Bab 7. Menuju Citadel

1 1 0
                                    

Malam itu dingin dan sunyi. Drone transportasi yang ditumpangi Raka dan Maya melayang perlahan di atas gurun terpencil, menjauh dari fasilitas Moradin. Di bawah mereka, hamparan pasir tampak tak berujung, diterangi oleh sinar bulan. Raka duduk bersandar di sudut kabin, mencoba menenangkan pikirannya.

“Kita selamat,” gumamnya, setengah tidak percaya.

Maya menatapnya, masih memegang tablet yang berisi data Aurora. “Selamat, untuk saat ini. Mereka akan tahu kita pergi ke Citadel.”

“Apa kau yakin ini ide yang bagus? Citadel adalah pusat operasi Nethrone. Kau bilang sendiri, tempat itu mustahil ditembus,” kata Raka, mencoba memahami keberanian Maya.

Maya menatap tablet itu dengan serius. “Benar, tapi tidak ada pilihan lain. Data ini tidak ada gunanya jika kita tidak menghancurkan inti sistem Aurora. Citadel adalah tempat semua itu dikendalikan.”

Raka menghela napas panjang. “Baiklah. Jadi, bagaimana rencananya?”

Maya meletakkan tablet di pangkuannya dan memutar layar ke arah Raka. “Kita tidak bisa masuk ke Citadel seperti yang kita lakukan di Moradin. Penjagaan di sana jauh lebih ketat. Tapi aku punya satu celah.”

Di layar tablet, terlihat diagram Citadel yang kompleks. Di bagian bawahnya, ada satu titik kecil yang berkedip.

“Apa itu?” tanya Raka sambil menunjuk titik tersebut.

“Sebuah terowongan ventilasi,” jawab Maya. “Terowongan ini digunakan untuk membuang panas dari sistem server utama. Itu tidak dijaga, karena mereka menganggapnya terlalu kecil untuk dilalui.”

“Dan kau yakin kita bisa masuk dari sana?”

Maya tersenyum tipis. “Aku tidak pernah yakin dalam hal seperti ini, tapi itu peluang terbaik kita.”

Kota Bayangan di Gurun

Drone akhirnya mendarat di sebuah pemukiman kecil di tepi gurun. Kota itu tampak seperti oasis yang ditinggalkan, dengan bangunan-bangunan tua yang sebagian besar kosong. Hanya ada beberapa penduduk lokal yang hidup di tempat itu, sebagian besar pedagang dan mekanik.

“Kita akan butuh peralatan sebelum menuju Citadel,” kata Maya, melangkah keluar dari drone. “Tempat ini dikenal sebagai pasar bayangan. Mereka punya apa pun yang kita butuhkan, dengan harga yang tepat.”

Raka mengikutinya, merasa tidak nyaman dengan suasana kota itu. Orang-orang yang mereka lewati menatap mereka dengan curiga, sementara suara mesin tua dan percakapan pelan terdengar di udara.

Maya membawa Raka ke sebuah toko kecil yang penuh dengan peralatan elektronik dan senjata. Pemilik toko, seorang pria tua dengan rambut beruban dan mata tajam, menyambut mereka dengan anggukan singkat.

“Maya. Sudah lama tidak melihatmu,” kata pria itu.

“Kami butuh perlengkapan,” jawab Maya tanpa basa-basi. “Kau punya alat untuk infiltrasi skala kecil?”

Pria itu mengangguk, berjalan ke belakang toko dan kembali dengan sebuah tas besar. “Alat ini digunakan untuk masuk ke tempat-tempat yang seharusnya tidak bisa dimasuki. Tapi itu tidak murah.”

Maya menatapnya dengan dingin. “Kita tidak punya waktu untuk negosiasi, Pak Jafar. Berapa pun harganya, aku akan membayarnya nanti.”

Pria itu tertawa kecil. “Kau masih sama, Maya. Ambil saja. Kau selalu tahu cara membayar utangmu.”

Rencana yang Berbahaya

Setelah mendapatkan perlengkapan yang mereka butuhkan, Maya dan Raka kembali ke penginapan kecil di kota itu untuk merancang rencana mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 17 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shadow of NethroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang