Bab 2. Pelarian ke Dunia Bawah

2 2 0
                                    

Raka berlari di belakang Maya, menyusuri lorong-lorong gelap yang hanya diterangi remang lampu jalan. Langkah kaki mereka menggema, berpacu dengan suara mesin kendaraan yang mendekat. Maya tampak tahu persis ke mana harus pergi, seolah-olah kota ini adalah labirin yang telah ia hafal.

“Kita mau ke mana?” tanya Raka, suaranya hampir tenggelam dalam napas yang terengah.

“Ke tempat yang tidak bisa mereka lacak. Dunia bawah,” jawab Maya tanpa menoleh.

“Dunia bawah?”

Maya berhenti di ujung sebuah jalan kecil, lalu membuka penutup saluran air besar. “Masuk. Cepat!”

Raka tertegun, menatap lubang gelap di bawah mereka. “Kau serius? Ini hanya saluran air.”

Maya mendekat, menarik kerah bajunya. “Saluran air ini adalah pintu menuju Kota Bawah Novana. Percaya padaku, atau tetap di sini sampai mereka menemukanmu.”

Tanpa pilihan lain, Raka akhirnya menuruti perintahnya. Ia melompat ke dalam lubang tersebut, mendarat di dasar yang dingin dan basah. Aroma lembap bercampur bau besi memenuhi hidungnya. Maya menyusul, menutup kembali penutup saluran sebelum menyalakan senter kecil dari sakunya.

“Ikuti aku,” katanya, berjalan cepat menyusuri lorong panjang yang semakin gelap dan menyesakkan.

---

Kota Bawah Novana..

Setelah beberapa menit, lorong itu mulai meluas. Cahaya samar dari lentera-lentera kuno terlihat di kejauhan. Mereka melangkah ke sebuah ruang besar, seperti aula bawah tanah, yang penuh dengan suara dan kehidupan. Puluhan orang berkumpul di sana—penjual makanan, mekanik yang bekerja di mesin tua, dan kelompok musisi jalanan yang memainkan nada melankolis.

Raka terdiam, takjub. “Apa ini?”

“Kota Bawah Novana,” jawab Maya. “Tempat di mana orang-orang seperti kita bersembunyi. Mereka yang diburu, yang kehilangan, atau hanya ingin hidup di luar sistem.”

Raka memperhatikan lebih seksama. Di setiap sudut terlihat kabel dan perangkat elektronik yang dirakit dari sisa-sisa teknologi. Orang-orang di sini hidup dari reruntuhan teknologi dunia atas, menciptakan sesuatu yang baru dari barang bekas.

“Mereka tidak bisa melacakku di sini?”

Maya menggeleng. “Tidak. Tempat ini berada di bawah radar Nethrone. Tapi ini hanya sementara. Kita perlu rencana untuk menghadapinya.”

---

Maya membawa Raka ke sebuah bar kecil di pojok aula. Pemiliknya, seorang pria paruh baya bernama Pak Roni, menyambut Maya dengan anggukan singkat sebelum melirik Raka.

“Jadi, ini bocah yang kau bilang membawa masalah besar?” tanyanya.

Raka hanya menatapnya tanpa berkata apa-apa. Maya mendudukkan Raka di kursi kayu tua.

“Kami butuh bantuan, Pak Roni. Dia menemukan sesuatu yang besar—file tentang Project Aurora.”

Pak Roni berhenti sejenak, lalu mengunci pintu bar. “Project Aurora? Kau benar-benar sedang bermain dengan api, Nak. Apa kau tahu siapa yang kau hadapi?”

“Aku tahu ini berbahaya, tapi aku tidak tahu seberapa besar,” jawab Raka.

Pak Roni menghela napas panjang. “Project Aurora adalah bagian dari Nethrone, sistem yang mereka gunakan untuk mengendalikan dunia. Kau tidak hanya menemukan file rahasia. Kau menemukan pintu menuju inti kekuatan mereka.”

Raka merasa tubuhnya melemas. “Apa mereka akan membunuhku untuk ini?”

“Bukan hanya membunuhmu. Mereka akan menghapus keberadaanmu dari dunia. Tak ada rekam jejak, tak ada kenangan. Seolah-olah kau tak pernah ada,” jelas Pak Roni.

Maya menyela. **“Kita butuh jalan keluar. Sesuatu yang bisa membalikkan keadaan.”**

Pak Roni termenung. “Ada seseorang yang mungkin bisa membantu. Dia tahu lebih banyak tentang Nethrone daripada siapa pun. Tapi dia tidak mudah ditemukan.”

“Siapa?” tanya Raka.

“Amira Hartono,” jawab Pak Roni. “Seorang ilmuwan yang dulu bekerja untuk mereka, sebelum dia menghilang. Kabarnya, dia bersembunyi di luar kota, di Pegunungan Rantek.”

---

Sebelum mereka bisa membahas lebih jauh, terdengar suara keras dari luar bar. Suara tembakan menggema, disusul teriakan orang-orang. Maya segera berdiri dan menarik pistol kecil dari pinggangnya.

“Mereka menemukannya.”

Pak Roni mengintip dari celah pintu. “Sialan, ini mereka. Agen Nethrone.”

Maya menarik Raka ke belakang bar. “Kita harus pergi sekarang.”

“Pergi ke mana? Mereka ada di mana-mana!” Raka mulai panik.

Maya memukul bahunya. “Tenang. Kau hacker, bukan? Berpikir logis. Aku butuh kau fokus.”

Raka menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan adrenalin. “Oke, ke mana kita pergi?”

Pak Roni membuka pintu rahasia di lantai bar. “Ini akan membawamu keluar ke saluran utama. Dari sana, kalian bisa menuju terowongan Pegunungan Rantek.”

Maya dan Raka segera turun, menyusuri tangga yang gelap. Di atas, mereka bisa mendengar suara ledakan dan langkah kaki yang semakin dekat.

---

Terowongan Menuju Pegunungan Rantek

Terowongan itu gelap dan dingin, dengan udara lembap yang terasa menusuk kulit. Maya memimpin di depan, menggunakan senter kecil untuk menerangi jalan.

“Apa ini sering terjadi padamu?” tanya Raka dengan nada sarkastis, mencoba mengusir rasa takutnya.

Maya hanya tersenyum kecil. “Aku sudah terbiasa dikejar. Tapi kau, tampaknya ini pertama kalinya.”

“Oh, aku tidak tahu. Mungkin karena aku tidak pernah berhadapan dengan organisasi rahasia yang ingin melenyapkan seluruh eksistensiku sebelumnya,” balas Raka.

“Kau akan terbiasa.”

Mereka melanjutkan perjalanan tanpa bicara lagi, sampai akhirnya mencapai ujung terowongan yang terbuka ke luar. Mereka kini berada di kaki Pegunungan Rantek, tempat yang tampak terpencil dan sunyi.

---

Maya menatap ke arah perbukitan di depan mereka. “Amira ada di suatu tempat di sini. Dia satu-satunya harapan kita untuk mengalahkan Nethrone.”

Raka mengangguk, meski dalam hatinya ia masih meragukan segalanya. Dunia ini terlalu besar, terlalu rumit, dan ia merasa seperti pion kecil dalam permainan yang jauh melampaui dirinya.

Namun, satu hal yang ia tahu pasti: Jika ia tidak melawan, maka semuanya akan berakhir—tidak hanya untuknya, tetapi mungkin untuk semua orang.

“Kalau begitu, ayo temukan dia,” ujar Raka akhirnya, dengan nada yang lebih tegas dari sebelumnya.

Maya menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil. “Itu semangatnya.”

Di belakang mereka, suara helikopter terdengar samar. Pengejaran belum berakhir.

⭐Jangan lupa untuk kasih votenya ya guys ⭐

Shadow of NethroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang