Lima

0 0 0
                                    

Rajash.

Mumet banget otak gue sekarang. Hati gue ingin mencoba menghubungi Eloise setelah kejadian di pesawat kemarin. Tapi ternyata saat sampai di villa, gue langsung tepar.

Belum lagi hari ini juga harus ketemu client yang mengharuskan gue seharian penuh berada di luar. Jadi, begitu sampai di villa lagi gue sungguh amat kehabisan energi. Gue harus recharge.

Padahal gue tahu betul gimana caranya mengisi kembali energi gue yang hilang. Gue akan coba.

Eloise
ringing...

"Halo."
"Halo, El."
"Oh, Ajash ya?"
"Iya, kok tahu?"
"Tahu dari suaranya."
"Curang."
"Curang kenapa?"
"Harusnya gue yang tugasnya gitu, tapi kenapa malah lo yang ngomong?"
"Emangnya salah ya? Maaf, Jash."
"Enggak, El. Gue cuma bercanda."
"Kirain beneran."
"El, udah makan belum?"
"Kok pertanyaan lo kayak orang baru pacaran gitu sih, Jash?"
"Jadi kita udah pacaran lama ya ceritanya?"
"Hahaha. Mulai deh."
"Tapi gue serius nanya udah makan apa belum. Soalnya gue mau ngajakin keluar."
"Gue udah makan sih tadi sore, biasanya malam gue nggak makan lagi. Tapi berhubung diajakin ya gue mau dong."
"Oke. Gue jemput ya, El. Villa lo dimana?"
"Sheraton."
"El, lo nggak bercanda kan?"
"Hal apa yang membuat gue harus bercanda?"
"Gue juga di Sheraton. Ya ampun, udah gue bilang emang kalau jodoh nggak kemana. Semesta terlalu mendukung kita, El."
"Dasar buaya."
"Ya udah, kita ketemu di lobby aja kalau gitu."
"Oke, Jash."

Kebetulan apa yang terjadi diantara gue dan El? Berawal dari ketemu di kafe, satu pesawat, duduknya sebelahan dan sekarang ternyata malah satu villa.

Dari awal juga gue udah yakin sama pilihan gue.

***

"Ajash."
"Hai, El. Lo nggak bisa jelek ya?"
"Gimana?"
"Lo cantik terus."
"Kayaknya lo beneran lapar deh ya, Jash. Otaknya kegeser, jadi ngomongnya ngawur."
"Enak aja."

Tapi gue beneran nggak bohong kalau Eloise selalu cantik di mata gue.

***

Lihat pemandangan di depan gue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lihat pemandangan di depan gue. Bisakah kalian menemukan kekurangannya? Tidak ada celah sedikitpun yang bisa kalian lihat.

Kenapa ya gue bertanya-tanya sama diri sendiri, semenjak ketemu Eloise kayaknya gue jadi norak. Apa aslinya emang gini ya?

"Jadi, masih nggak mood sekarang?"
"Udah kenyang jadinya mood gue bagus. Emang bener sih kata orang, good food good mood."
"Bagus deh kalau gitu. Jadi gue nggak akan lihat lagi pemandangan jelek."
"Maksudnya?"
"Iya kemarin lo jelek banget."
"Enak aja. Tapi, thank you so much ya, Jash."
"My pleasure, El."

Gue nggak akan bertanya tentang kemarin karena gue tahu betul kalau cowok kemarin adalah mantannya Eloise. Daripada gue tanyain juga nanti gue yang mungkin akan merasa cemburu atau bahkan insecure, jadi mending gue keep aja sampai El sendiri yang mau cerita.

***

"Kayaknya kita terlalu keasikan ngobrol deh Jash sampai Edmund nyariin gue nih."
"Posesif amat adiknya. Tahu aja gue lagi bawa lari kakaknya."
"Gue angkat telfon dari Ed sebentar ya."

Waktu berjalan tuh nggak berasa ya kalau lagi sama orang yang kita taksir.

Wah, beneran udah kelewat norak deh gue. Makanya gue males banget jatuh cinta, ya gini jadinya sok puitis.

"Jash, pulang yuk."
"Oke, El."

Damn. Wanginya El ini ternyata candu banget.

Udahlah, gue capek banget jadi norak.

My BlueWhere stories live. Discover now