Part 48

172 10 0
                                    

"Iya, Kak?" Ashella menatap Mina.

"Kamu kok tadi dingin banget sama, Jidan. Lagi marahan sama dia?" tanya Mina tak enak hati karena takut dikira ikut campur masalah mereka berdua.

"Maaf kalo Kakak lancang, Kakak cuma nanya aja. Kalo kamu gak mau jawab juga gak papa kok."

"Gak papa kok Kak, jangan minta maaf, lagian 'kan Kakak cuma nanya, gak perlu minta maaf."

"Aku cuma badmood aja sama dia," tutur Ashella.

"Badmood kenapa? Dia pagi-pagi udah effort banget lho, bikinin kamu sarapan," tanya Mina.

"Aku tau itu. Tapi, dia tuh tadi bilang ke aku, kalo aku itu istri tercinta yang ini, berarti kalo kalimat "Yang ini", yang dia maksud itu ada yang lainnya, paham gak sih, Kak?" jelas Ashella.

"Jadi, kamu ngambek gitu sama dia cuma karena dia bilang gitu ke kamu?" Ashella mengangguk. "Dia minta maaf gak ke kamu?"

"Udah sih, tapi males maafin dia-nya juga, gak mood," jawab Ashella malas mengingat Jidan lagi.

"Emang ya, cewek itu ribet banget. Tapi, gak papa kok, itu 'kan hormon orang hamil, wajar aja lah. Kakak yakin kok, dia juga pasti ngerti sama keadaan kamu," ujar Mina sembari mengusap rambut Ashella dengan lembut.

"Kenapa sih, dia tuh harus bikin aku bete pagi-pagi banget?"

"Emang sih, cowok tuh pada nyebelin banget! Kadang aja, Mahen juga gitu," tutur Mina.

"Kak Mahen emang nyebelin? Kok aku ragu ya, soalnya dia keliatannya gak ada salah apapun, perfect!" sahut Ashella penasaran. "Beda sama Jidan, yang amburadul."

"Iya, dia tuh nyebelin banget, gak peka. Waktu kita pacaran aja, dia tuh kalo lagi kita lagi jalan bareng, dia suka nanya, "Mau makan apa? Mau minum apa?", nyebelin banget gak sih cowok modelan kek gitu?" tutur Mina.

"Gak salah sih, tapi nyebelin rasanya."

"Semua cowok emang sama aja!" seru Ashella.

***

Jidan sudah sampai di kantor miliknya, J Group; pemberian orang tuanya. Ia menatap gedung tinggi itu dengan penuh harapan.

"Ma, Pa, doain Jidan ya, semoga Jidan bisa kelola kantor ini dengan baik dan bikin kalian bangga di sana," gumamnya.

Jidan masuk ke dalam kantor tersebut. Karyawan-karyawan yang sedang bekerja langsung berhenti sesaat ketika melihat Jidan masuk ke dalam kantor.

Tatapan mereka tak bisa lepas darinya. Bahkan saat Jidan sudah sampai di ruangannya, mereka masih menatapnya.

"Mereka semua pada kenapa sih? Ngeliatin gue sama segitunya, emang gue kenapa coba?" tanya Jidan terheran-heran.

***

"CEO kita keren ya, masih muda, ganteng lagi. Makin betah gue kerja di sini, dan gak mau cepet pulang."

"Sama. Emang ya, anak-anaknya Pak Marsel sama Bu Dania tuh gak ada yang gagal, keren semua."

"Denger-denger sih, Pak Jidan tuh ketua geng motor. Tapi, dia lebih milih kerja di sini kebanding geng-nya. Keren sih, anak zaman sekarang mana mau kerja-kerja gini."

Begitulah kira-kira kata-kata karyawan di sana setelah Jidan bergabung dengan J Group dan menjadi pemimpin di sana.

***

Ashella kembali ke kamar, matanya melihat piring berisi nasi goreng di samping meja dan satu gelas susu, yang tak laik adalah makanan yang dibawakan Jidan tadi untuknya.

"Jidan tadi bangun pagi-pagi dan bikinin aku sarapan, tapi pas udah jadi malah enggak aku makan."

"Kok aku sampai hati sih lakuin itu sama dia?" gumamnya merasa bersalah karena sudah mendiamkan Jidan, padahal hanya masalah sepele, masalahnya hanya salah bicara saja.

"Jadi gak enak sama Jidan, kira-kira dia marah nggak ya sama aku, udah aku diemin tadi?"

***

Di ruangannya, Jidan hanya duduk di kursinya sambil melihat room chatnya dengan Ashella. Chatnya masih yang kemarin, Ashella sama sekali tak ada mengirim pesan padanya.

"Shella marah banget kayaknya sama gue, gara-gara gue salah ngomong tadi. Ini juga, kenapa sih lo mulut, pake salah ngomong segala?" Jidan memarahi mulutnya karena sudah salah bicara dan membuat Ashella marah dan mendiamkannya.

"Gue chat aja deh, karena gue tau cewek itu gengsi kalo chat duluan. Lagipula gue gak mau marah-marahan gini sama dia, gak tenang banget hidup gue," katanya dan mulai mengetik.

Ting!

Sebuah pesan muncul di handphone Ashella. Ia segera mengambil handphonenya dan membuka pesan tersebut, pesan itu dari Jidan.

"Ashell... lagi marah ya sama, Aa?"

Ashella membalas pesan tersebut.
"Nggak."

"Kalo gak marah kenapa tadi pagi Aa didiemin? Gak mungkin banget kalo gak ada apa-apa. Atau gara-gara tadi Aa salah ngomong ya, sama Ashell?"

Ashella tersenyum membaca pesan itu, karena Jidan menyadari kesalahannya.
"Gak marah kok, cuma kesel aja."

"Kok kesel?"

"Kesel karena salah ngomong! Tapi gak papa, sekarang udah gak kesel lagi kok, tenang aja."

"Udahan keselnya? Tumben gak perlu dibujuk-bujuk dulu."

"Lagi males drama aja, gak ada tenaganya."

Tiba-tiba, saat Jidan hendak membalas pesannya, seseorang mengetuk pintunya.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" seru Jidan.

Seorang wanita masuk dengan membawa berkas di tangannya. Wanita itu bernama Hana, sekretaris yang ditunjuk oleh Mahen untuk membantu pekerjaan adiknya dalam mengelola bisnisnya.

"Selamat pagi, Pak Jidan," sapa Hana tersenyum ramah pada Jidan yang sedang kebingungan.

"Pagi juga. Ada perlu apa?" tanya Jidan.

"Saya Hana, sekretaris Bapak yang ditunjuk oleh Pak Mahen untuk membantu pekerjaan Bapak," jelas Hana.

"Sekretaris?"

Hana mengangguk. "Dan Bapak pagi ini ada pertemuan dengan pada investor untuk membicarakan soal bisnis."

"Sekarang banget?" komentar Jidan yang sedikit malas harus bertemu dengan bapak-bapak berbaju rapi itu.

"Iya, sekarang Pak," jawab Hana.

"Lo aja deh, gue males banget, eh?!" Jidan salah bicara, ia teringat pesan Mahen jika di sini ia tak boleh memanggil karyawan-karyawan di sini dengan panggilan lo-gue, karena tidak sopan.

"Maksudnya, kamu aja deh, saya lagi males."

"Tidak papa, Pak. Saya bisa mengerti, Pak Jidan masih baru di sini, jadi wajar jika berbicara seperti itu, tetapi... Pak Jidan harus menghadiri pertemuan itu," balas Hana.

"Ya udah deh, ayo berangkat sekarang," final Jidan dengan terpaksa. Mau bagaimana lagi, sekarang ia pemimpin di sana mana mungkin ia semena-mena.

"Baik, Pak."

Ashella masih setia memandangi layar handphonenya dan tidak mengembalikan room chatnya dengan Jidan.

Terlihat, pesan yang ia kirim sudah centang biru tandanya sudah dibaca, tetapi tak kunjung ada balasan.

"Kok Jidan gak bales-bales aku? Cuma diread doang! Ke mana sih, bikin badmood aja!" keluh Ashella kembali badmood karena Jidan tak kunjung membalas pesannya.

Lanjut? Jangan lupa komen di bawah 👇

Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2 [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang