"Bukan buat apa-apa, pengen disimpen aja," jawab Jidan.
"Masa?"
"Iya, Sayang."
"Oke, aku percaya." Ashella tak membawa ribet masalah itu, ia pun lanjut scroll chat Jidan ke bawah. Satu alisnya naik, saat ia membaca pesan dari Audy.
"Kamu chattingan sama Audy di belakang aku?" tanya Ashella, gadis itu memandang suaminya.
"Aku, itu cuma Audy minta di-save back aja, itu aja," jawab Jidan apa adanya.
"Kamu save dia?"
"I-iya."
"Kenapa di-save? Siapa yang suruh?"
"Emang gak boleh ya?"
"Kalo aku jawab gak boleh, kamu bakalan marah?" Jidan menggeleng. "Kalo aku delete gak papa?"
"Delete aja, Sayang." Jidan memilih pasrah saja, ia tidak peduli kontak yang ada di handphonenya itu mau diapakan, mau diblokir boleh dihapus juga boleh. Ia tidak mau mengundang marah Ashella hanya karena masalah sepele seperti ini.
"Ya udah, aku delete kontak Audy!"
"Iya!"
Ashella pun menghapus kontak Audy dari SIM card Jidan, ia sungguh tidak menyukai wanita satu ini.
Keesokan harinya, Jidan sudah ada di basecamp Orion. Ia duduk di atas drum minyak kosong, dikelilingi oleh semua anggotanya yang sedang duduk juga. Tapi, Marvel dan Naufal mereka berdiri di kedua sisi Jidan.
"Jadi, Guys... Marvel sama Naufal itu, mereka sebenarnya gak khianatin kita. Mereka juga gak out dari Orion," ujar Jidan membuat semua anggotanya itu saling pandang bingung.
"Terus, yang kemarin itu maksudnya apa?" sahut Leo yang masih bingung dengan kalimat yang dilontarkan Jidan.
"Itu strategi Marvel buat dapet info tentang Fauzan. Dulu, gue pernah tugasin dia buat cari tau tentang Fauzan, dan sekarang Marvel jalanin tugas itu tanpa sepengetahuan gue," jelas Jidan.
"Sebenernya ini salah gue juga, gue gak inget kalo gue pernah kasih tugas itu sama Marvel, gue minta maaf sama kalian."
"Santai aja kali, Dan... Kita gak akan khianatin lo, ketua Orion Universe ataupun keluar dari Orion Universe, jiwa raga kita udah bersumpah mengabdi kepada Orion Universe," ujar Naufal memegang dada kirinya.
"Gede juga ya nyali kalian berdua," sahut Roni.
"Jadi, apa yang lo dapet dengan jadi anggota pura-pura Steel Iron?" Ezra.
"Kita berdua berhasil tau rencana dia deketin Shella terus, karena dia mau balas dendam sama bokap-nya Jidan dulu, yang pernah hamilin nyokap-nya dan gak mau tanggung jawab, dan akhirnya bunuh diri," ungkap Marvel.
"Fauzan jadiin Shella sebagai jalan balas dendam dia ke Jidan, dia pengen keluarga Jidan hancur seperti keluarganya yang dulu hancur karena bokap Jidan," imbuh Naufal.
"Si Fauzan itu gak bener-bener suka sama Shella?" Bobby.
"Suka, tapi udah sadar kalo dia gak bakalan pernah jadi miliknya," jawab Marvel.
"Pinter juga ya tuh cowok satu," sahut Malik.
"Jidan, pan peuting dina grup téh manéh ménta rekaman, lin? Jang naon éta rekaman téh?" tanya Rija.
"Gue mau jadiin bukti buat nangkep dia ke polisi," jawab Jidan.
"Polisi? Tapi kalo dipikir-pikir, Dan... yang salah itu Om Marsel, bukan Fauzan," ujar Jono memberikan pendapat.
"Tetep aja, Jon! Fauzan tetep salah karena udah bikin Om Marsel meninggal, dia udah bunuh Om Marsel. Walaupun emang inti masalah ini itu Om Marsel, tetep aja Fauzan juga salah di sini," balas Malik.
"Tapi..."
"Tapi apa, Dan?!"
Jidan ragu-ragu untuk menjebloskan Fauzan ke penjara. Ia masih memikirkan bagaimana nasib Zena, gadis kecil tak bersalah itu. Ia tak tahu apa-apa tentang kesalahan kakaknya, jika Fauzan dipenjara lantas bagaimana dengan hidupnya?
"Zena itu anak hasil hubungan gelap bokap lo sama nyokap Fauzan, jadi otomatis dia adik lo juga dong! Ya gak sih?" ucap Marvel buka suara.
"Gue gak tau, gue sanggup atau enggak anggap dia sebagai adik gue," balas Jidan frustasi. "Liat muka dia aja gue udah gak suka."
"Jangan gitu lah... Dia 'kan adik lo juga, anak bokap lo. Meskipun dia bukan dari rahim yang sama, dia berhak tau dan diakui sebagai anggota keluarga lo," ujar Naufal menasehati temannya itu untuk tidak egois.
***
"Jidan, kok kita ke sini?" tanya Ashella ketika sampai di depan rumah Fauzan. Ashella masih ingat jika itu rumah Fauzan, karena ia pernah ke sana dulu.
"Aku mau ketemu sama Fauzan dan Zena juga," jawab Jidan.
"Tunggu, sebenernya kamu mau ngapain sih?" Ashella penasaran, karena Jidan dari semalam tidak memberitahukan apa yang akan ia lakukan.
"Jangan bilang kalo kamu mau laporin Fauzan ke polisi." Firasat Ashella tak enak.
"Udah, kita sekarang masuk aja." Jidan mengalihkan pembicaraan dan tak menjawab pertanyaan Ashella itu.
Tok! Tok! Tok!
Jidan mengetuk pintu rumah Fauzan. Hanya butuh beberapa detik, pintu itu terbuka dan keluarlah Fauzan dari dalam.
"Lo?" Fauzan terkejut dengan kedatangan Jidan, "Ngapain lo ke rumah gue?"
"Kak Cantik!!" Zena nyelonong keluar ketika mata kecilnya menangkap sosok yang mirip dengan 'Kakak Cantik' nya itu, dan ternyata ketika sudah diperiksa memang benar itu adalah dia, orang yang dia rindukan selama ini.
Kaki kecil hendak melangkah untuk memeluk Ashella, tetapi tangan Fauzan lebih cepat mencekalnya. Zena menoleh pada kakaknya, dan dibalas gelengan.
Dengan raut wajah yang sedih, Zena pun mundur kembali dan menjaga jarak dengan Ashella.
"Lo harus pertanggungjawab-in atas semua yang udah lo lakuin sama mendiang bokap gue," ujar Jidan.
"Maksud lo?" tanya Fauzan tidak mengerti.
Jidan memutar rekaman yang ada di handphonenya itu di depan Fauzan, "Gue gak segan-segan, bunuh si Marsel bejat itu. Walaupun gue tau dia lagi sakit parah, tapi dia udah tega bikin nyokap gue meninggal, gue gak sudi liat si Bejat berkeliaran di dunia ini." Mata Fauzan membulat sempurna, ia terkejut dengan rekaman yang diputar Jidan itu.
Ia bertanya-tanya pada dirinya, dari mana Jidan mendapatkan rekaman suara dirinya itu, dan siapa yang sudah merekam pembicaraan-nya?
"Dari mana lo dapet rekaman itu?" tanya Fauzan.
"Gak penting gue dapet dari mana, yang jelas lo harus tanggung jawab. Lo udah tega bunuh bokap gue!" pekik Jidan, menarik kerah baju putih Fauzan.
"Bukan gue yang bunuh bokap lo!"
"Lo gak bisa bohong! Udah ada buktinya, Anjing!" maki Jidan penuh amarah.
Fauzan melepas paksa tangan Jidan yang mencengkram kuat kerah baju kaosnya.
"Asal lo tau, gue lakuin itu semua karena bokap lo yang mulai! Gue gak akan bunuh dia kalo dia tanggung jawab sama nyokap gue!!" ucap Fauzan dengan tegas, membela diri."Lo itu tetep salah, Fauzan! Lo main hakim sendiri, seharusnya lo dateng ke rumah dan minta pertanggungjawaban bukan malah main bunuh orang! Lo pikir bokap gue boneka apa?!" Jidan tak menerima pembelaan.
Lanjut? Jangan lupa komen di bawah 👇
Makin penasaran gak sih sama kelanjutan pertengkaran antara Jidan sama Fauzan ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2 [HIATUS]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Shella, kamu masih hidup, atau cuma ilusi aku aja?" Jidan.