Aku menatap ke luar jendela. Pemandangan di luar gelap, bahkan nyaris nggak terlihat. Aku justru bisa melihat pantulan diriku dan Mas Agi, yang duduk di sampingku. Sesekali, lampu-lampu dari rumah-rumah dan gedung-gedung yang terlewati, terlihat berkelip seperti bintang.
Hatiku rasanya campur aduk. Aku nggak sabar pengin segera sampai di Jakarta. Aku pengin buru-buru berlari ke makam Papa. Tapi, ada cemas menyelinap yang sulit aku uraikan alasannya.
"Kamu kedinginan?" tanya Mas Agi sambil menarik selimutku sampai menutupi pundakku. "Di sini dulu, ya. Mas beliin yang anget-anget dulu."
"Nggak usah, Mas." Aku segera mencegah Mas Agi pergi. Tapi, pria itu tetap meninggalkanku, setelah meyakinkanku bahwa dia cuma pergi sebentar.
Aku sungkan menerima kebaikan Mas Agi lagi dan lagi. Semua perjalanan ini, Mas Agi yang mengurus. Mulai dari tiket kereta untuk pulang-pergi, hotel, dan transportasi selama di Jakarta, Mas Agi memintaku nggak perlu khawatir. Mas Agi cuma menyuruhku tenang dan menikmati perjalanan. Walau bukan fasilitas termewah, Mas Agi berusaha banget membuatku nyaman.
Kebaikan Mas Agi ini justru membuatku semakin merasa bersalah. Aku tahu Mas Agi bukan memperlakukanku sebagai sahabat atau saudara. Ada perasaan yang menuntut untuk segera aku balas. Tapi, aku nggak sanggup melakukannya.
***
Happy reading!
Bab ini dihapus sebagian karena pindah ke Karyakarsa.
Akun Karyakarsa : Franciarie
❤❤❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Baby Wanna Be (Tamat)
Roman d'amourKalian punya Papa posesif, yang terus mengawasi dan mengikuti ke mana pun? Sama! Aku benci Papa yang membuntuti setiap pergerakanku, seolah aku ini balita yang nggak bisa dibiarkan keluyuran sendirian. Tapi, ternyata saat Papa pergi, aku sadar kalau...