Chapter 33: menyangkal rasa

19 15 2
                                    

Shea masih berdiri di depan Kaizen, napasnya belum kembali normal setelah mendengar pengakuan pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shea masih berdiri di depan Kaizen, napasnya belum kembali normal se
telah mendengar pengakuan pria itu. Ia memalingkan wajah, mencoba menyembunyikan pipinya yang memerah. Tapi detak jantungnya terlalu keras, hingga rasanya sulit bernapas.

"Kai... kamu sadar nggak apa yang udah kamu ucapin tadi?" tanya Shea, suaranya pelan, nyaris berbisik.

Kaizen menatapnya dengan penuh keyakinan. "Aku sadar, Shea. Aku udah menyimpan ini terlalu lama, dan aku nggak mau lagi berpura-pura. Aku mencintaimu. Bukan karena kamu penggemar aku, bukan karena kita dekat. Tapi karena aku tahu, kamu adalah seseorang yang selalu aku inginkan dalam hidupku."

Shea menggeleng pelan, mencoba mengatur pikirannya yang mulai berantakan. "Nggak.... Nggak mungkin Kaizen, nggak mungkin kmu suka sama aku..." kata Shea yang masih menyangkal ucapan Kaizen.

Kaizen tersenyum tipis. Ia mendekati Shea dengan langkah pelan, memberi jarak yang cukup agar gadis itu tidak merasa terintimidasi. "Shea, aku nggak pernah anggap kamu cuma seorang penggemar. Dari pertama kali kita kenal, kamu selalu jadi lebih dari itu buat aku. Kamu adalah seseorang yang bikin aku merasa jadi manusia, bukan cuma idola. Bahkan sebelum kita bertemu untuk pertama kali di acara fan sign waktu itu." ujar Kaizen sembari mengingat saat pertama kali ia melihat Shea.

Ketika Andini pertama kali memperkenalkan Shea dan Bara kepada Kaizen melalui sebuah foto, rasa penasaran mulai tumbuh dalam dirinya. Namun, semua itu berubah ketika Kaizen tanpa sengaja menyaksikan Shea di sebuah taman, sedang menghabiskan waktu bersama anak-anak panti asuhan. Shea tampak begitu ceria, bercanda, tertawa, dan menghibur anak-anak yang tampak sangat senang berada di dekatnya. Kaizen tersenyum melihat kebahagiaan itu, dan entah mengapa, hatinya mulai tersentuh. Sejak saat itu, benih-benih perasaan suka mulai tumbuh di dalam dirinya.

Namun, plot twist yang tak terduga datang ketika Shea mengungkapkan sebuah pengakuan mengejutkan. Dia mengungkapkan bahwa Kaizen adalah bagian terpenting dalam proses penyembuhannya, seseorang yang telah memberi kekuatan pada dirinya selama bertahun-tahun. Kaizen terkejut, namun semakin terkejut lagi ketika dia menyadari siapa Shea sebenarnya. Ternyata, Shea adalah perempuan yang memberinya lolipop dan menghiburnya di masa kecil, saat ia merasa terpuruk dan sepi. Kata-kata Shea yang hangat, "Jangan bersedih, kamu pasti bisa," adalah kenangan yang membekas di hati Kaizen, sebuah kenangan yang membantunya bertahan melalui masa-masa sulit.

Semakin Kaizen menyelami kisah hidup Shea, semakin ia menyadari betapa dalam ikatan yang telah mereka bangun tanpa mereka sadari. Namun, semakin dalam perasaannya pada Shea, semakin besar pula rasa kecewa yang ia rasakan ketika mengetahui bahwa Shea menaruh rasa kecewa padanya. Rasa kecewa itu muncul karena Kaizen adalah anak tiri yang berasal dari hubungan gelap ibunya, yang telah merusak kehidupan keluarga besar mereka. Shea merasa sakit, merasa terkhianati oleh kenyataan tersebut.

Kaizen merasa hancur, dan meskipun ia berusaha untuk menebus segala kesalahan dan memperbaiki hubungan mereka, perasaan cinta pada Shea semakin berkembang. Cinta yang tumbuh dengan begitu kuat dan tulus, yang semakin sulit untuk dipendam. Tak hanya perasaan cinta, tetapi juga rasa tanggung jawab dan keinginan untuk memperbaiki segalanya, meskipun ia tahu, perasaan itu mungkin akan sulit untuk terbalaskan.

LOVE IN HEA(U)RT [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang