Shea, seorang gadis biasa yang awalnya hanyalah penggemar setia Kaizen, seorang idol terkenal, tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah begitu rumit. Dari sekadar kekaguman sebagai fans, takdir mempertemukan mereka secara nyata, membuat perasaan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Shea memandangi ponselnya dengan ekspresi campur aduk. Berita dari Bi Asih bahwa Andini telah menyiapkan banyak makanan untuk suguhan tahlil benar-benar membuat emosinya meluap. Ia tahu Andini mungkin berniat baik, tetapi semuanya terasa salah di matanya. Mengapa wanita itu selalu bertindak tanpa memikirkan apa yang diinginkan oleh Shea dan Bara?
"napas panjang mulu dari tadi, kalau ada yang nggak enak di hati, mending lo cerita deh," ujar Luna lagi, mencoba mengorek apa yang sedang mengganggu pikiran sahabatnya.
Shea memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan hatinya. Namun, bayangan Andini selalu membayangi pikirannya. Padahal Shea dan Bara sama sekali tidak menginginkan kehadirannya.
"Lo tahu nggak sih, Lun, kadang gue bingung sama orang-orang yang berhati batu. Gue nggak minta dia masak atau beli apa-apa. Gue nggak minta dia ada di rumah gue, tapi kenapa dia nggak ngerti, kalo gue nggak menginginkan dia kembali." kata Shea akhirnya, suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca.
Luna menatap Shea dengan hati-hati. "Mungkin dia cuma pengen memperbaiki semuanya. Tapi gue ngerti sih, lo pasti masih sakit hati banget sama apa yang udah dia lakuin dulu."
Shea mendengus kecil. "Pengen memperbaiki? Gue bahkan nggak tahu apa dia sadar sepenuhnya gimana dia ngehancurin hidup gue dan Bara dulu. Lo tahu kan, Lun? Dia ninggalin gue, ninggalin Bara, ninggalin Papa sampai Papa nggak kuat dan akhirnya..." Shea terdiam, suaranya tercekat.