Maaf yaa Postingannya lama , coz lagi disibukin sama tugas-tugas :)
Vonelo p.o.v
Aku duduk ditempat dimana Niall ber-make-up tadi , karena saat baru sampai tadi aku duduk didekatnya. Sekarang aku duduk sendiri dan yang lain sedang asik ngobrol. Aku hanya termenung mentap kaca besar yang ada didepanku ini dan ternyata saat aku tersadar dari lamunku aku melihat Niall sedang berdiri dibelakangku , sontak aku kaget lagu membalikkan badanku. Niall pun duduk disebelahku.
“hey kau tadi kenapa ?” , Tanya Niall sambil mengelus-elus kepalaku dengan lembut seperti dia mengelus kepala Demi waktu itu.
“entahlah apa yang sedang aku rasakan , aku bingung ini apa tapi sudahlah lupakan aku tidak mau membahasnya.” , jawabku sambil menyingkirkan tangan Niall dari kepalaku.
“baiklah maaf kalo gitu , tapi beneran kan kamu gapapa ?” , sambung Niall.
“tenang sajaa Ni aku tidak apaapa.” , sahutku tenang.
*skip –
Setelah The Boys membereskan barang-barang mereka , merekapun mengantarkan kami pulang karena malam sudah agak larut.
Sesampai rumah aku langsung merebahkan tubuhku ditempat tidur sambil memejamkan mata memikirkan hal tadi , tiba-tiba handphoneku yang ada taruh ditas meja bergetar tanda ada sms masuk. Akupun bergegas mengambilnya dan ternyata ada pesan dari Niall .
To : Vonelo
Malam Vonelo, Maaf aku mengganggu waktu istirahat kamu , aku hanya ingin mengajakmu keluar besok , apa kamu mau ?
To : Nialler
Malam Ni , tidak apa apa , baiklah aku mau. Jam berapa ?
To : Vonelo
Baiklah , aku akan menjemputmu besok jam 10. Dan sekarang kamu segera tidur ya. Good Night Vonelo J
To : Nialler
Iya Ni , terimakasih dan Good Night Niall J
Niall P.O.V
Waktupun menunjukkan pukul 10.00 am dan aku segera bergegas menjemput Vonelo dan aku berharap ini adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya pada Vone. Setelah sampai aku langsung memencet bel rumahnya. Vonelo pun keluar membukakan pintu.
“eh kau Ni , silahkan masuk.” , sapa Vone.
Akupun segera masuk dan duduk disofa ruang tamunya , sepertinya orang tuanya sedang tidak dirumah karena suasana disini sepi. “orang tuamu kemana ?” , tanyaku pada Vone.
“mereka sedang ada kerjaan diluar kota.” , jawabnya.
“saudara ?” , sambungku. “aku anak tunggal , jadi kalo udah gini aku sendirian , oh iya aku mau ganti baju dulu ya?” , ucap Vone. Akupun hanya tersenyum.
*skip—
“kita mau kemana ?” , Tanya Vone saat berada didalam mobil sambil memasang sabuk pengamannya.
“aku akan mengajakmu kesuatu tempat dan ada sesuatu yang mau aku bicarakan padamu. “ , jawabku.
“apa ?” , tanyanya sambil menoleh kearahku.
“nanti juga kau akan tau.” , jawabku sambil tersenyum dan tetap focus pada jalan.
*skip---
“kita sampai.” , ucapku sambil turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Vonelo.
“untuk apa kita kesini ? dan kenapa hanya kau dan aku ?” , Tanya Vone sambil turun dari mobil.
“tidak apa apa , aku hannya ingin menenangkan fikiranku disini , dan kenapa hanya berdua karena ada sesuatu yang ingin aku bicaran padamu.” , jawabku sambil memegang tangan Vone lalu berjalan menuju bangku dipinggir Danau.
Pertama kami hanya diam memandang pemandangan yang ada didepan kami tanpa ada suara dariku maupun Vone. Akupun memulai pembicaraanku.
“aku hanya ingin bercerita dengan kamu , karena selama ini aku belum pernah menemukan seseorang yang tepat untuk aku ajak bicara. Walopun kita kenal belum lama tapi aku sudah merasa nyaman ada didekat kamu.” , jawbku sambil menatap mata Vone yang berwarna coklat itu. Vone pun hanya tersenyum mendengar perkataanku. Lalu aku melanjutkan ceritaku.
“sebenarnya kau mengajakmu kesini adalah aku ingin menunjukkan bahwa Danau ini adalah saksi saat pertama aku bertemu dan menyatakan perasaanku kepada Demi.” , sambungku sambil menatap keDanau tapi Vonelo tetap memandang dan mendengarkan ceritaku dengan penuh pengertian karena menurutku dia adalah pendengar yang baik. “lalu ?” , sela Vone.
“akupun mengakhiri hubunganku dengan Demi juga disini dan menyakitkan memang mengenang itu semuaL” , sambungku. Seketika Vonelo merangkulku dan bilang “sabar Ni , kamu tidak perlu sedih ada aku disini , aku akan selalu ada disamping kamu kapanpun kamu mau. Kalo boleh tau kamu putus sama Demi karena apa ?” , Tanya Vone sambil melepaskan rangkulannya.
“dia kembali dengan mantannya saat dia masih bersamaku. Entahlah kenapa dia melakukan itu semua padaku, tapi jujur walopun dia melakukan itu , aku tidak bisa membencinya , tetap saja hingga sekarang aku masih menyayanginya. Tapi setelah aku bertemu denganmu , aku merasa kamu orang yang tepat untuk menggantikan posisi Demi dihatiku.” , jawabku sambil menatap Vonelo. “apa ?” , jawabnya kaget sambil menatap kearahku.
“iya Vo , kamu maukan menjadi kekasihku ? dan aku berharap kamu akan menjadi yang terakhir untukku.” , jawabku sambil menatap dan memegang kedua tangan Vonelo.
“tapi ini terlalu cepat Ni , kita baru saja kenal.” , sahutnya. “aku tau , aku tidak akan memaksa kamu untuk menjawabnya sekarang , karna yang terpenting aku sudah menyatakann apa yang aku rasakan padamu.” , ungkapku.
*skip----
Setelah beberapa lama Vonelo berfikir akhirnya dia memutuskan apa jawabanya.
“aku mau menjadi kekasihmu.” , jawabnya sambil tetap focus menatap kearah Danau.
“apa ? sungguh ?” , sahutku yang terkejut langsung menatap Vone dan akupun langsung memeluknya erat. “terimakasih Vo , terimakasih kamu sudah mau menjadi kekasihku , aku janji akan selalu menjagamu.” , sambungku yang masih tetap memeluknya. “iya Niall iya.” , sahutnya sambil mengelus punggungku.
Entahlah apa yang ada dibenakku , aku senang sekali dan sekarang akan aku tunjukkan pada semua orang bahwa aku bisa hidup tanpa Demi. Aku berharap sekali Vonelo bisa menjadi yang terakhir untukku.
Tiba-tiba handphoneku bordering menandakan ada telefon masuk. Akupun langsung melepaskan pelukanku. Ternyata Zayn menelfon.
OTP
Zayn : kau dimana ? buruan balik ke flat , sebentar lagi kita da rapat bersama management. Kau lupa ?
Niall : Omg :o aku lupa. Baiklah aku segera kembali.
“aku harus segera kembali ke flat , aku lupa kalo sekarang ada rapat bersama management , tapi kami tidak dibertahu akan merapatkan apa.” , ucapku sambil memasukkan handphone kedalam saku.
“baiklah dan lebih baikkamu segera kembali daripada terlambat.” , jawabnya.
Akupun langsung mengantarnya sampai depan rumah. Saat turun dari mobil dia tersenyum dan berterimakasih padaku , akupun mebalas senyumannya dan langsung berpamitan untuk segera pulang.