27| Ru, it's very annoying

254 68 8
                                    

Sudah hampir setengah hari, Ruka merasa hatinya begitu berdebar dan kepalanya berdenyut tak karuan.

Baru 60% pekerjaannya selesai. Itupun sedikit tergesa-gesa. Beberapa garis melenceng dari yang seharusnya. Padahal, karyanya itu akan menjadi salah satu produk contoh event jurusannya.

Rasa cemas yang entah penyebabnya apa terus menggerogoti Ruka. Ia jadi sering berpandangan kosong. Hanya seperkian detik, sebuah garis sepanjang nyaris 20 cm mencoreng kertas sketsanya.

"Shit!"

Bergegas Ruka mengambil cat poster putih dan mulai menguas bagian yang tercoreng. Pulasan tipis-tipis dilakukan agar tak terlalu terlihat menonjol.

Ya Tuhan! Apa yang sebenarnya dia khawatirkan sampai kehilangan fokus seperti ini? Ruka menggeleng. Menghembuskan napas berat berkali-kali.

Atau karena pesan yang dia kirim belum juga dibalas oleh tunangannya?

Bahkan Ruka tahu jika Ritha pastinya sedang sibuk melakukan studi kasus sampai tak sempat membuka ponsel, namun tak urung mengenyahkan kegelisahannya.

Ri... kamu nggak kenapa-kenapa, kan? Gumam Ruka seraya mengecek ponselnya yang masih sunyi.

Ruka semakin gelisah. Jika melukisnya dipaksa, bisa-bisa akan ada coretan panjang lainnya menghias. Ruka sadar dirinya butuh ketenangan segera, dengan tahu kabar Ritha.

"Ruka! Lo kenapa sih?!"

Minji, yang sedari tadi berada tepat di depan manusia kukang itu, jengah dengan sepupunya yang terlihat 'tak terkendali'.

Beberapa orang yang ada di sana juga memandang Ruka penuh penasaran.

"Gue udah rela-rela nunggu hampir 45 menit buat lo nyelesaiin karya lo itu, Ru. Rapat juga harus ditunda cuma gara-gara nungguin lo."

Tatapannya terlihat ganjil. "Dari tadi kayaknya lo nggak konsen. Sering ngelamun. Gue harus manggil nama lo lebih dari dua kali sampai lo sadar. Apa event ini begitu nggak penting buat lo?"

Ruka mendesah. Dia sadar sudah membuat agenda rapat BEM membahas event Wimala Biennale tertunda cukup lama, padahal semua sudah berkumpul di ruangan ini.

Ruka memang menjadi sosok penting dalam event. Ruka dipercaya sebagai salah satu seniman yang karyanya akan dipajang pada pameran seni rupa kontemporer yang menampilkan karya seni dari seniman nasional dan internasional. Meski dengan tangan yang cedera, kepercayaan itu masih tersemat untuk Ruka, sebab hanya dia mahasiswa yang layak mempertunjukkan masterpiece-nya.

"Ru, mau gue bantu? Nggak biasanya lo bikin prototipe doang selama ini. Tangan lo aman?" Asa ikut bertanya. Jujur, dia juga heran dengan sikap Ruka hari ini. Padahal tadi, saat baru sampai, Ruka terlihat begitu ceria dengan senyum merekah.

Prototipe yang dimaksud Asa adalah, berupa sketsa atau diagram yang menggambarkan konsep lukisan. Hal itulah yang akan menjadi pokok utama bahasan rapat.

Amat sangat jarang bahkan nyaris tidak pernah Ruka berlaku seperti ini. "Aku minta maaf karena kurang konsentrasi. Nggak akan terulang lagi nanti."

"Butuh istirahat?" Tanya Minji. Dia menatap Ruka dan Asa bergantian. "Gue nggak tahu masalah apa yang lagi ganggu lo selain urusan event. Tapi hal pribadi nggak pantes dibawa ke sini." Sindir Minji

Tak ada yang bersuara. Asa bahkan menunduk karena campuran rasa tidak enak. Sementara ekspresi Ruka tetap sama seperti biasa.

"Yang lain gimana? Cuma Asa kayaknya yang daritadi aktif nanggepin gue. Merasa semua ini nggak penting juga?" Minji menatap satu-satu anggota rapatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ToGetHer | RuPha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang