Hi guys jangan lupa vote n comment nya yaEnjoy reading love!
--------------------~•~---------------------
"Terry?"
Secara inisiatif aku pun memanggilnya. Muncul rasa penasaran yang aneh karena tiba-tiba saja setelah beberapa bulan tak melihatnya, pria tampan yang memiliki surai hitam legam sama sepertiku itu memanggilku ke arahnya, aku pun langsung menghampirinya tanpa menghiraukan draco dan blaise yang memanggilku dari kejauhan.
"Hai Terry, lama tak jumpa." Sapa ku basa-basi dan tersenyum kepadanya.
"Oh. Um. Ya, lama juga ya." Balas pria itu gelagapan dan menggaruk tengkuknya sendiri. Melihat itu pun aku tertawa kecil. Sedikit rasa curiga dari ku bahwasanya pria itu sepertinya masih menaruh perasaan padaku.
"Ada apa Terry? Apa kau membutuhkan sesuatu?" Tanya ku kepadanya saat melihat wajah pria berkulit putih bersih itu setengah panik. "Hei, tenanglah. Tidak usah buru-buru, jelaskan saja pelan-pelan." Ucapku menenangkan pria itu yang malah semakin kelabakan seperti orang gila.
Terry menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya secara perlahan. Tampan juga ternyata. "Y/N, begini.. um, Cho dan Harry.. astaga aku tak bisa menjelaskannya, bisakah kau ikut denganku saja Y/N?"
Aku terdiam. Benar-benar terdiam saat mendengar nama dua orang yang paling ku benci saat ini. Secepat kilat pikiranku terbang melayang ke segala dugaan. Apa yang terjadi dengan dua manusia bodoh itu sampai-sampai Terry menghampiriku hanya untuk menyebutkan nama tersebut?
"Y/N, aku tak bisa menjelaskannya secara langsung, jadi.. jadi bisakah kau ikut saja denganku?" Terus terang pria itu mengulang perkataan nya.
"Um, Terry, bisakah kau tunggu sebentar disisi?" Pinta ku pada pria itu yang lansung di angguki olehnya.
Melihat itu aku pun segera berbalik dan berlari ke arah draco juga blaise yang berdiri memandangku di kejauhan. Memang sedari awal aku bermain-main dengan bocah-bocah revenclaw, draco dan blaise duduk di atas pohon setelah aku yang menolak mentah-mentah untuk menjelaskan mengapa aku bisa berada di menara para profesor.
Aku tidak nyaman. Aku tahu watak draco dan pansy yang selalu saja berfikiran negatif. Aku selalu tidak nyaman disaat aku harus memaksakan diriku sendiri agar terbiasa dengan percakapan mereka yang selalu membangga-banggakan dosa zina.
Sakit rasanya harus mendengar bagaimana kakak sepupuku sendiri berbicara dengan entengnya tentang pengalaman dirinya terhadap dunia kebebasan. Kadang aku pun menangis saat berdoa kepada Tuhan sangking rindunya aku dengan sosok draco yang dulu. Yang belum menjadi pria murahan bahkan tak berakal.
Aku merindukan draco yang masih bisa ku ajarkan agar tidak memandang seseorang rendah hanya karena status darah mereka yang tidak sama seperti kami. Aku merindukan itu semua. Sayangnya kini semuanya sudah terlambat. Bahkan draco kini sudah merelakan sebagian jiwanya menjadi milik sang raja kegelapan.
"Ada apa, Y/N?" Tanya draco menenangkan ku yang datang sambil terengah-engah.
"Draco, aku mau pergi dulu sebentar. Tolong jangan cari aku oke?" Tanpa banyak basa-basi sialan, aku pun lansung berbicara pada pria bersurai platina tersebut.
"Memangnya kau mau kemana? Pergi bersama Potter huh?" Draco membalas sambil melirik-lirik ke arah koridor.
"Bukan begitu Drake, intinya.. aku pergi. Jangan cari aku, kumohon." Jelasku pada draco dan menatap netra abu-abu terang miliknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MRS. POTTER | Harry Potter x Reader
Fanfiction[18+] HARRY POTTER X READER Sebelum terjadinya tragedi mengerikan di Godric hollow tepatnya pada 31 Oktober tahun 1981 silam, pasangan James Potter dan Lily Potter secara diam-diam membuat perjanjian sumpah-tak-terlanggar dengan sahabat mereka, Ver...