14

180 42 4
                                    


Langkah kaki itu dibawanya menuju ke salah satu ruangan dimana terdapat salah satu putranya tengah berdiam diri di atas ranjang sembari menatap ke arah jendela dengan pandangan kosong. Sudah hampir tiga bulan salah satu anaknya itu harus mendekam di tempat yang tidak pernah dirinya bayangkan. meski ini bukan pertama kalinya mengunjungi anaknya yang telah ia banyak berikan luka, tapi dirinya masih tidak terbiasa. 

Dirinya tidak diijinkan masuk kedalam ruangan tersebut, dan kini dirinya hanya dapat menatap anaknya itu melalui kaca yang berukuran sedang. Karena jika anaknya melihat dirinya akan dipastikan anaknya itu akan mengamuk dan mencari alat tajam untuk kembali melukai dirinya sendiri.

Tidak lama kemudian kedua putranya yang lain datang dengan sebuah boneka dan juga beberapa macam permen yang sudah dipastikan akan diberikan kepada adik mereka melalui perawat atau dokter yang memeriksa keadaan anaknya.

Ya betul sekali, sebulan setelah perdebatan dan kenyataan yang ada. Sakha harus direhabilitasi di rumah sakit jiwa karena gangguan pada mentalnya yang sangat terguncang. menerima fakta jika anak itu selalu saja dianggap pembunuh dan juga kesialan membuat anak itu dengan hasrat yang sangat tinggi selalu ingin menyakiti dirinya sendiri.

Masih jelas terbayang meski sudah sebulan berlalu, tapi masih sangat jelas diingatan ayah bagaimana dirinya menemukan keadaan anaknya itu tengah melukai kedua tangannya dengan sebuah silet namun kedua mata anaknnya itu terlihat kosong tetapi bibirnya tersenyum, selain itu ayah sempat memergoki anaknya berbicara sendiri, lalu setelah itu dirinya pernah mendapati anaknya yang memilih untuk menenggelamkan dirinya di kolam renang rumahnya.

Mengapa ayah selalu tahu? karena setelah dirinya menemukan Sakha yang tengah melukai dirinya sendiri membuat hati kecilnya meringis dan juga merasa bersalah kepada anaknya itu dan sejak saat itu ayah menyadari jika dirinya sudah memberikan luka yang sangat besar untuk anaknya itu hingga membuat anaknya berada di titik seperti ini. Dan selain itu dirinya pun dibuat terkejut ketika mengetahui kenyataan jika anaknya itu mengidap penyakit kanker lambung, dan saat ini anaknya itu tengah berusaha untuk berobat tapi jika keadaannya seperti ini ayah pun hanya dapat menyerahkan semuanya kepada dokter yang menangani anaknya.

"Bawa apa bang?"

Ryan tersenyum tipis. "Permen sama boneka. seenggaknya dia enggak ngerasa sendirian lagi disana."

Ayah mengangguk lalu terus memperhatikan anaknya yang masih betah menatap dengan kosong ke arah jendela sana.

"Ayah.."

Ayah menolehkan kepalanya ketika melihat putranya yang lain tengah duduk dikursi  roda yang didorong oleh bundanya.

"Kenapa kesini? emang kamu udah sehat?"

Anaknya yang lain itu adalah Hikael, ya Hikael sudah mendapatkan donor jantung dari orang lain yang saat itu keadaannya sudah divonis mati otak. maka tanpa pikir lama lagi, setelah keluarga pendonor menyerah dan mengikhlaskan pendonor, Hikael menjadi yang pertama untuk mendapatkan donor jantung. Dan kini keadaannya sudah baik-baik saja.

"Udah ayah, aku mau lihat Sakha. udah lama aku enggak lihat dia."

Sementara itu bunda hanya menangis terisak kecil melihat keadaan putranya yang lain. dirinya sama seperti ayah yang sangat menyesal karena sudah menciptakan luka paling besar untuk anaknya itu.

"Maafin bunda sayang..."

Tidak lama kemudian seorang perawat keluar dari ruangan dimana Sakha berada dan memberikan beberapa lembar kertas yang terlihat ada yang kusut dan juga ada sebagian yang masih rapi.

"Ini dari Sakha. Dua hari yang lalu dia menitipkan ini kepada saya, katanya ini untuk ayah dan bundanya. lalu yang ini untuk abang-abang." Selain kertas perawat itu memberikan sebuah origami kepada ayah.

"Terima kasih sus."





SELESAI




15 Februari 2025

S A K H AWhere stories live. Discover now