Dengan bahagia, aku berlari menghampirinya.
"Aku pulang, Sayang!" ucapku dengan teriakan kebahagiaan. Setelah ku atur nafasku, aku berlutut memandanginya.
" ... aku pulang, Sayang. Aku ... pulang," kini suaraku terdengar seperti suara rengekan. Aku tak kuasa melihat Sayangku kini terbujur kaku di atas tempat tidur rumah sakit setelah melahirkan anak pertama kami.
Aku tidak tahu lagi apakah aku bisa melihat anak pertama kami tanpa merasakan kebencian yang sangat dalam.