I Found You

236 16 0
                                    

Note : pihak sekolah yang mengantar Pitaloka ke RS namanya Pak Yunus, Pak Zayadi, dan Pak Tarikh

~Gumara's POV~

"Bagaimana ini? Pak Yunus, Pak Zay, sama Pak Tarikh belum pergi. Bagaimana cara kita masuk?" Tanya Daffa.

"Tenang sayang, Mara pasti punya jawabannya." Ucap Zahra sambil membelai rambut Daffa yang halus.

Sementara aku, Rajo, Ratna, Tissa, Lucas, Chacha, dan Adit sedang berfikir keras tentang bagaimana cara masuk ke dalam kamar Bougenville 15, kamar tempat Pita dirawat.

"Ah! Aku tahu!" Chacha kemudian bicara sambil menjentikkan jarinya.

"Apa itu sayang?" Tanya Adit penuh harapan.

"Gimana kalo kita bilang kita udah izin ke pak kepala sekolah buat nengok Pita?!" Ucapnya.

"Hmm.. boleh juga tuh!" Ucap Rajo dan Ratna bersamaan.

"Tapi.. kalau mereka tidak percaya bagaimana?" Tanya Tissa yang membuat kami semua terdiam dan berfikir kembali.

"Kita coba lagi dengan cara lain!" Ucap Lucas.

"Tapi nanti ketahuan dong kalau kita bohong dan kabur dari acara?!" Ucap Adit.

Tiba-tiba aku mendapat ide..

"Oh! Begini..."

****

~Author's POV~

Tissa dan Lucas berjalan ke arah pak Zayadi, pak Yunus, dan pak Tarikh yang sedang meminum kopi sambil mengobrol di depan pintu menuju ruangan Pitaloka.

"Pak, apa kami boleh menjenguk Pitaloka didalam? Kami sudah minta izin kepada kepala sekolah tadi," ucap Tissa dengan imutnya.

"Gimana ya, masalahnya kami belum dapat persetujuan dari pihak rumah sakit," ucap pak Tarikh.

"Ta.. tadi kami sudah minta izin kok!" Lucas yang bicara.

"Tapi tetap saja tidak bisa, harus kami yang meminta izin ke dokter dan sustet disini! Lebih baik sekarang kalian kembali ke hotel!" Bantah pak Zayadi.

"Baiklah kami akan pergi," Ucap Lucas.

Kemudian Lucas dan Tissa dianggap gagal.

Kini giliran Zahra dan Daffa yang mencoba.

"Pak, boleh kami menemui Pitaloka?"

"Tidak, dia sedang koma."

"Tapi.."

"Pergilah sebelum saya usir dengan kasar."

Dan merekapun gagal.

Kini giliran Ratna, Rajolangit, Chacha, dan Aditya yang maju.

"Pak kami punya kopi nih, bapak minum ya." Chacha dan Ratna memberikan 3 gelas kopi yang sudah diberikan banyak pil tidur.

"Maaf kami sudah minum banyak tadi, untuk orang lain saja." Pak Zayadi menolak mentah-mentah tawaran kopi mereka.

Mereka berempat juga gagal.

Kini tinggal giliran Gumara.

"Pak saya mohon, izinkan saya bertemu dengan Pitaloka, saya ingin melihat wajahnya sekali saja." Gumara memohon.

"Tidak bi.."

"Izinkan saja, Zay."

Pak Zayadi menengok dan mendapati pak kepala sekolah sudah berdiri di belakangnya. Dan akhirnya mereka diperbolehkan masuk.

***

"Pita, aku mohon kamu bangun, ini aku Mara." Gumara meneteskan air mata.

Yang lain juga ikut meneteskan air mata, tak terkecuali Frans yang baru sampai dari Prancis.

"Pita, adik abang bangun ya. Kasihan nanti Arsya gak punya teman, nanti Gumara sama siapa? Memang kamu tega meninggalkan kami semua disini?" Kini Frans menangis sambil menggenggam erat tangan adiknya.

Tak lama kemudian, Arsya datang ditemani babysisternya beserta supir pribadinya.

"Tante Pita.." Arsya naik ke bangku di samping tempat tidur lalu naik ke tempat tidur.

"Tante Pitaa.." ucap Arsya manja sambil mengguncang pelan tangan Pitaloka.

"Tante Pitaa.. bangun dong.." Arsya menangis.

Gumara sendiri yang melihat kejadian itu langsung menangis, dia tak peduli lagi pada seluruh dunia, yang dia mau hanya Pitaloka. Pitalokanya.

♡Love♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang