Where Are You Now?

266 17 0
                                    

"Jantung pasien berhenti berdetak! Suster, tolong bantu saya!"

***

"Mara, lebih baik kamu pulang dulu. Aku gak tega ngeliat kamu sampe kecapekan gitu, biar Pita sama aku." Ucap Frans dengan nada serius.

"Ehm.. nggak usah kak, aku mau nunggu Pita." Ucap Gumara yang terlihat mengantuk.

"Nanti kalau ada apa-apa saya kabarin, sekarang kamu pulang saja. Nanti siang baru kesini," Frans yang masih menggendong Arsya mendorong Gumara pelan.

Gumara hanya menurut apa kata Frans, dia kembali ke kosannya yang bertempat di daerah Jakarta Selatan.

***

Siangnya, Gumara yang sudah siap langsung meluncur ke rumah sakit tempat Pitaloka dirawat. Tak lupa dia mampir ke toko buah dan bunga untuk membeli buah tangan untuk Pitaloka.

Gumara berjalan sambil menenteng buket bunga mawar kuning dan paket buah-buahan lengkap. Setelah sampai di depan kamar bougenville 15, Gumara berhenti sebentar di depan. Dia memiliki perasaan tidak enak sejak menginjakkan kaki di rumah sakit ini tadi, dia merasakan ada sesuatu yang menjauh darinya.

Hingga akhirnya..

"Sus, dimana pasien yang bernama Pitaloka Fransisca?!" Paniknya.

"Sebentar ya."

"Cepat sus!" Gumara tidak sabar.

"Pasien yang bernama Pitaloka Fransisca dari kamar Bougenville 15, tadi pagi sudah dirujuk ke rumah sakit di Singapore." Ucap suster yang berugas di bagian administrasi

"Apa?! Singapore?!" Gumara shock.

***

Di sebuah jalanan padat di ibukota Jakarta, tampak seorang pria yang berjalan gontai sambil menggenggam sebuah batu, bukan, bukan batu akik maupun bacan. Melainkan batu berbentuk hati yang diberikan seorang suster di rumah sakit tempat dia mendapat kehancuran. Terlintas di otaknya wajah gadis pujaan hatinya dengan tawanya yang menggetarkan hati, senyumannya yang menyejukkan jiwa, dan suaranya yang bagaikan suara bidadari. Dialah malaikatnya, hidup dan matinya, jiwa raganya, and she is his true love. Tampak batu yang digenggamnya bercahaya. Menunjukkan bahwa mereka memang berjodoh.

Di tempat lain, sebuah batu lainnya bercahaya, batu yang sama persis dengan batu Gumara. Di sela-sela cahaya batu itu, terbentuk sebuah huruf yang melambangkan jodohnya, huruf G. Gadis yang melihat kejadian itu hanya tersenyum simpul.

***

"Where are you now? When I need you the most.."

"Gumara!" Seseorang mencoba membuka pintu kos Gumara yang terkunci.

"Gumara!" Orang itu masih berteriak memanggil namanya.

Gumara lalu bangun dari kasur kecilnya yang berada di ruang tamu, berjalan gontai ke arah pintu, lalu memutar benda yang menjadi penahan pintunya itu.

"Sia- woaah!!" Belum sempat Gumara menyelesaikan kalimatnya, tamunya langsung mendorongnya hingga jatuh ke kasurnya.

"Mara, dimana Pita? Kenapa dia gak balik ke kosannya lagi? Jangan-jangan kamu hamilin dia ya? Terus kamu umpetin dia biar kamu gak diganggu lagi sama aku kan? Ngaku!" Orang itu langsung menyerbu Gumara dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya semakin frustasi.

"Sudahlah Rindu! Saya sudah bilang kalau Pitaloka tiba-tiba dibawa ke Singapore oleh kakaknya! Harus berapa kali saya beritahu?!"

"Tapi, dia ada di rumah sakit mana?" Tanya Rindu dengan nada manja.

"Dia ada di rumah sakit Mount Elizabeth," jelas Gumara.

"Kamu tahu tempatnya dimana?"

"Tahu, kenapa harus tidak tahu?"

"Yaudah aku pergi dulu," Rindu pun berlalu lalu hilang dibalik pintu.

Gumara hanya memandang pintu yang baru saja dia tempeli dengan fotonya dan Pitaloka beberapa waktu yang lalu.

Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke televisi, dia berusaha mengalihkan fikirannya ke acara televisi yang sedang berlangsung, tapi Pitaloka tetap saja bersarang disana. Dimana-mana ada Pitaloka.

"Ugh! Where are you now?! Why you dont come here with me?! I need you! Realy realy needing you!" Gumara berbicara sendiri sambil membanting bantal-bantal yang berada di kasurnya.

♡Love♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang