New Student

923 39 5
                                    

~gumara's POV~

"Perkenalkan, nama aku Pitaloka Francisca. Senang bisa mengenal kalian."

"Nah Pitaloka, sekarang kamu duduk disamping Gumara ya, karena hanya itu bangku yang tersisa."

"Baik miss," dia menghampiriku.

"Boleh aku duduk disini?" Tanyanya lembut.

"…"

"Halo?"

"Eh, iya silahkan duduk saja. Eh maksudku silahkan saja duduk disini," ya tuhan aku salah tingkah.

"Terimakasih," lalu dia duduk disampingku.

"Oke anak-anak, kita ulang lagi pelajaran kemarin ya!" Ucap Miss Rania.

Kemudian pelajaran pun dimulai. Selama pelajaran aku hanya bisa memandang wajah gadis yang duduk satu meja denganku, hingga..

"Gumara, tolong berikan contoh reaksi kimia seperti yang tertulis di depan!"

"…"

"Gumara?! Apa kamu tidak mendengar saya?!"

"…"

"Gumara! Apa yang kamu pikirkan?! Apa kamu kehabisan beras di rumah?! Atau kamu terpesona dengan.. eh siapa nama kamu nak?"

"Pitaloka, bu."

"Nah sama Pilatoka?"

"Pitaloka misss......" ucap seluruh murid.

"Eh.. ehm.. enggak kok, miss. Saya tadi mikiriin... oh! Saya mikirin temen saya yang lagi sakit miss! Saya kasian sama dia miss.." jawabku kaget dan frontal.

"Saya tidak percaya! Sekarang kamu keluar dan berdiri di koridor! Pikirkan temanmu disana!"

"Iya miss.."

'Ih Miss Rania kayak gak pernah jatuh cinta pada pandangan pertama aja! Kayak gak pernah muda aja deh..' batinku protes sambil berdiri di koridor sekolah.

~Pitaloka's POV~

hehehe.. dia pikir aku gak tau apa yang dia fikirkan pas dia ngeliatin aku?? Dia belum tau kekuatan aku sih..

*FLASHBACK*

Pitaloka masih berumur 5 tahun, dia yang berlarian mengejar kakaknya, Fransiscus. Kakaknya berlari sangat cepat hingga akhirnya menghilang dari pandangan Pitaloka. Pitaloka yang penakut mulai menangis di tengah-tengah hutan. Setelah satu jam menangis, Pitaloka tidak merasa takut lagi. Dia mulai menjelajah hutan yang dia tidak kenal. Tiba-tiba dia menemukan gua yang cantik, gua itu tertutup oleh sulur-sulur berwarna pink yang membentuk seperti tirai. Karena penasaran, Pitaloka pun masuk ke dalam gua tersebut. Betapa terkejutnya Pitaloka saat melihat isi gua tersebut.

Di dalam gua tersebut, terdapat dunia fantasy yang dihuni oleh peri, putri duyung, kuda unicorn, dan para kurcaci. Saat Pitaloka melangkahkan kakinya ke dalam sana, seluruh penghuni gua ajaib tersebut langsung memandang Pitaloka. Ada yang terpaku melihat Pitaloka, ada yang gemetaran, ada yang kabur -lari, terbang dan berenang- dan ada yang mendatangi Pitaloka.

"Siapa namamu anak hawa?" Tanya seorang peri.

"Nama atu Pitalota," ucap pitaloka yang masih belum lancar berbicara.

"Hai Pitaloka, namaku Ariana. Aku adalah putri peri di Laratopya, tempat kamu berdiri ini adalah Laratopya. Dan kamu harus menjaga rahasia tentang tempat ini, kalau tidak ka-" ucapan Ariana terpotong oleh kedatangan raja dan ratu Laratopya.

"Selamat datang Pitaloka, kami adalah penguasa Laratopya, raja Jordan dan ratu Annalise." Ucap ratu Annalise.

"Perkenalkan, saya raja Jordan." Ucap raja Jordan memperkenalkan diri.

"Calam yang mulia, nama caya Pitalota, umul caya 5 tahun. Caya telsesat ti hutan tapi tiba-tiba caya ada dicinih."

"Iya Pitaloka, kami tahu dan kami akan mengembalikan kamu ke tempat asalmu. Apa kamu suka?" Tanya ratu Annalise.

"Iya.. iya.. atu mauu.." Pitaloka yang melompat-lompat kegirangan tiba-tiba terpleset dan terjatuh dari bukit hingga lutut dan sikutnya terluka.

Raja dan ratu Laratopya yang melihat kejadian tersebut langsung membawa Pitaloka ke danau di dekat air terjun Falling Rainbow. Disana Pitaloka diberi air ajaib dari air terjun yang memiliki kekuatan untuk menyembuhkan segala penyakit. Setelah diobati, Pitaloka mengambil air di danau tersebut untuk diminum. Ketika mengambil air, Pitaloka menemukan sepasang batu berbentuk hati dan berwarna putih. Raja dan ratu mengizinkan Pitaloka untuk membawa pulang batu tersebut dengan satu syarat, apabila Pitaloka sudah menemukan cinta sejatinya, dia harus memberikan salah satu batu tersebut kepada cinta sejatinya agar cinta mereka abadi. Pitaloka mengangguk setuju kemudian Ariana, sang putri mengantar Pitaloka kembali ke rumahnya dengan selamat tanpa diketahui siapapun.

*FLASHBACK END*

Akan tetapi, hingga kini Pitaloka tidak pernah memberitahu pada siapapun tentang batu dan dunia ajaib tersebut. Ternyata, batu itu memiliki kekuatan lain yang muncul saat usia Pitaloka menginjak 10 tahun. Batu itu memberikan kekuatan ghaib pada Pitaloka sehingga dia bisa membaca fikiran orang lain, bisa mamindahkan benda tanpa menyentuhnya, bisa berbicara dengan binatang, dan bisa membuat benda menjadi hidup.

♡Love♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang