Kesalahan terbesar dalam hidup Zergan adalah bertemu dengan Daisy, seorang tuna daksa yang ditemukan di panti asuhan saat dirinya dan teman-temannya mengadakan kegiatan "FISIP Peduli Panti" di sebuah panti asuhan daerah Bandung.
Pertemuan yang tida...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
【☆】★【☆】
Suasana FISIP mulai sepi. Banner kegiatan yang semula menempel di dinding aula sudah dilepas oleh panitia BEM. Lampu lorong menyala setengah, menyisakan cahaya temaram yang menguning di antara dinding-dinding kampus.
Zergan melangkah cepat ke dalam aula tempat acara tadi berlangsung. Ia baru ingat laptopnya tertinggal di belakang panggung. Setelah mengambil laptop itu, langkahnya mengarah ke Sekre BEM FISIP untuk mengecek barang-barang lain yang sempat ia tinggalkan. Suasana di sekre masih cukup ramai—beberapa anggota BEM terlihat bercanda sambil merapikan kabel, banner, dan proyektor. Suara tawa dan candaan masih terdengar.
Zergan berhenti melangkah saat netranya melihat Laksar sedang bersandar pada dinding dekat sekrenya, sembari melipat kedua tangan di depan dada. Pandangannya kosong menatap lantai, seperti sedang menimbang sesuatu.
"Lo ngapain di sini? Ada isu penting yang butuh wawancara malem ini?"
Laskar mengangkat kepalanya, kemudian gelengan pelan menyambut pertanyaan Zergan. Ia mulai menjauhkan tubuhnya dari dinding tempatnya bersandar, menatap Zergan dengan tatapan yang sulit dibaca. "Gue ngerasa lo makin deket sama Frea."
"Gue sama Frea cuma temenan biasa aja. Kita juga gak sedeket itu."
"Lo tau, kan, kalo gue masih pacaran sama Frea?"
Kalimat itu dilontarkan tanpa nada mengancam, tapi terasa berat. Laskar menjeda ucapannya, seolah ingin memberi waktu Zergan untuk mencerna atau menyesal. Namun, Zergan tidak menjawab. Maka Laskar kembali melanjutkan, suaranya lebih tenang, tetapi tak kalah getir.
"Gue sayang banget sama Frea, gue selalu mau yang terbaik buat dia, apa pun itu. Gue juga tau kalo Frea sempet punya perasaan sama lo, ya, gue gak tau perasaan itu masih ada atau enggak, tapi gue ngerasa hati Frea gak sepenuhnya buat gue. Mungkin juga rasa sayangnya dia ke gue selama ini gak lebih dari seorang sahabat."
"Semenjak hari di mana lo menyelamatkan Frea dari kericuhan aksi, gue rasa Frea udah bener-bener mengagumi lo."
"Sorry, tapi gue gak ada niat buat ngerebut Frea dari lo." Zergan menghela napas berat, suasana hatinya mendadak tidak jelas setelah mendengar semua penuturan Laskar. Ia sadar bahwa dirinya salah, seharusnya ia bisa lebih menjaga jarak dengan Frea meski posisinya mereka hanya berteman. Ia benar-benar merasa bersalah pada Laskar, apalagi saat melihat ketulusan Laskar pada Frea.
"Gue tau lo gak pernah ganggu hubungan gue sama dia dan gue pengin jadi tempat dia pulang, tapi kalo tiap kali dia deket lo, dia keliatan lebih bahagia."
"Gue gak bisa paksa dia tinggal kalo ternyata emang bukan gue yang dia mau." Suara Laskar terdengar lirih, tetapi tak berselang lama cowok itu tertawa—terdengar begitu hambar di telinga Zergan.
"Kita udah bukan anak kecil lagi, gue juga gak mau keliatan gak dewasa cuma karena masalah percintaan." Laskar menghela napas secara perlahan.
"Kalo seandainya bahagianya Frea itu sama lo, gue mau nitip dia, ya. Jangan pernah sakitin dia, jangan bikin dia nangis. Dia udah kehilangan ayahnya dari masih kecil, dia kehilangan cinta pertamanya. Jadi, dia harus dapet cowok yang bener-bener sayang sama dia dan gue percaya sama lo, Gan."