Epilog

600 24 47
                                        

【☆】★【☆】

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

【☆】★【☆】

Udara Jatinangor terasa cukup dingin. Hujan turun sejak beberapa jam lalu dan belum juga menunjukkan tanda-tanda akan reda.

Zergan duduk di ruang tamu dengan tatapan tertuju pada sebuah paket sederhana berbalut kertas cokelat. Di pojok kirinya, terdapat nama pengirim yang masih ia ingat. Daisy.

Zergan menghela napas, lalu mengambil paket tersebut dari atas meja. Ia membuka kertas yang membalutnya secara perlahan, hampir seperti takut merusaknya. Di dalamnya, terdapat sebuah buku dengan sampul berwarna navy—terlihat begitu cantik—dengan judul yang membuat napasnya sedikit tercekat; Tulisan untuk Zergan. Di bawahnya, terdapat nama penulisnya; Daisy Xanara Swastika.

Zergan lantas mengusap lembut sampul buku tersebut, kemudian membuka halaman pertama. Ia membaca satu tulisan sederhana yang tertera di sana.

"Untuk kamu, yang pernah jadi rumah dalam gelapku. Terima kasih karena pernah membuatku merasa cukup."

Zergan membiarkan matanya tertahan di halaman itu. Jantungnya berdegup pelan. Tak ada amarah, tak ada juga luka, tetapi mungkin sedikit kerinduan.

Zergan tersenyum tipis saat membaca lembar demi lembar dalam buku tersebut. Semua mengisahkan tentang dirinya dan juga kisahnya dengan Daisy yang harus berakhir. Semua tertulis seperti kehidupan aslinya. Namun, tokoh Zergan terlihat jauh lebih sempurna.

"Teruntuk kamu, yang kini hidup abadi dalam setiap halaman ceritaku. Semoga kebahagiaan menemukanmu, di mana pun kamu berada. Terima kasih telah singgah, menjadi bagian dari kisah hidupku. Saat ini, kamu tidak hanya dicintai oleh penulisnya, tapi juga oleh pembacanya."

Zergan menutup halaman terakhir dari buku tersebut, bersamaan dengan itu pula, ia sadar bahwa kisahnya dengan Daisy sudah benar-benar berakhir—seperti apa yang ditulis dalam buku tersebut.

"Dari Daisy, ya?"

Suara itu datang dari balik pintu. Frea muncul dengan rambut setengah terikat, mengenakan hoodie kebesaran sembari membawa dua gelas kopi. Ia duduk tanpa diminta, meletakkan salah satu gelas di depan Zergan. Mereka duduk dalam diam, seperti biasa. Sama-sama nyaman dalam sunyi.

"Lo gak kehujanan?"

"Terlalu fokus baca, ya? Hujannya udah reda dari 1 jam yang lalu."

"Gue gak terlalu merhatiin." Zergan akhirnya mengambil kopi yang Frea bawa. "Makasih, ya? Nanti gue ganti, sekalian punya lo juga," katanya, lalu menyeruput kopi tersebut.

"Jadi, lo sama dia udah bener-bener selesai?" tanya Frea pelan, tak ada penekanan dalam setiap kalimatnya. Ia hanya ingin tahu, sebelum hubungannya makin dalam.

Tulisan untuk Zergan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang