written by : @AletheaKea
"Na! Coba lihat ini! Imut, kan?" Susan menunjukkan setelan lingerie bercorak hitam berenda padaku.
aku menengok sekilas, memastikan bahwa aku antusias menemani Susan membeli pakaian dalam wanita, dan memberi anggukan penuh arti meski di dalam hati aku menjerit karena merasa bosan dan juga malu.
Seumur-umur aku tidak pernah pergi ke toko baju untuk membeli pakaian dalam. Ibuku yang selalu dengan suka rela membelikannya untukku. membeli pakaian dalam sama saja telanjang di hadapan orang, itu prinsipku.
"Selamat pagi, para gadis!" Seorang pria berperawakan mempesona menyapa kami. Tertera nama di dada sebelah kiri pada jasnya bertuliskan Aquila Ferguson.
"Se-selamat pagi," Susan mendadak menjadi gagap. Aku mendengus melihat tingkah Susan yang selalu tidak tahan melihat kumpulan pria tampan elok rupawan dan aku menilai lelaki bernama Aquila masuk dalam jajaran pria the most wanted.
Aku mengamati sekilas lelaki itu dan membuang muka saat aku menyadari sebuah lingerie tergenggam di tanganku.
Memalukan!
"Selamat datang di toko kami. Saya pemilik mall di sini secara khusus melayani anda." Dia menambahkan senyuman di akhir ucapannya.
"Te-terima kasih," sahut Susan masih gagap.
Aku tidak mempedulikan lelaki itu maupun Susan dan memilih menghindari lelaki di area memalukan dengan kumpulan lingerie betebaran.
"Kau mau kemana?" Susan menyentak tanganku sehingga langkahku berhenti.
"Dasar wanita setengah jadi!" Aquila berjengit sedangkan aku melotot pada Susan.
"Kau itu sama dengan lingerie. Wanita bukan, pria juga bukan." oceh Susan sambil memilah-milah lingerie lagi.
Apa dia tidak sadar Aquila mendengar ocehannya. Aku yakin mukaku sudah memerah.
"Silakan, Nona! Lingerie di sini memiliki kualitas bagus," ucap Aquila.
Matanya tertuju padaku. Susah payah aku menelan ludah dan memalingkan pandanganku ke arah lingerie bermotif salah satu klub sepak bola. Real Madrid, tim kesayanganku. Aku tersenyum saat melihat lingerie itu.
'Lucu sekali' batinku.
"Pilihamu tepat, Nona."
"Kau selalu saja berpikiran bola. Bisakah kau pilih yang berenda? Itu membuatmu seksi!"
Aku mengerutkan hidungku menatap bengis Susan menyuruhnya diam melalui kode mataku sambil mengerling secepat kilat pada Aquila.
"Apa?!" Susan menaikkan volume suaranya. "Kau itu memiliki ukuran 34 C, Isna! Kau seksi!"
Bola mataku hampir keluar saat teriakan Susan membuat lelaki bernama Aquila langsung menatapku dengan tatapan horor.
"Susan, bisakah kau diam?"
"Tidak, sebelum kau membeli salah satu lingerie di sini." Susan menjawab enteng dan kembali berkutat pada pakaian dalam lainnya.
Aku mendesah menahan malu dan meraih kembali lingerie bermotif klub sepak bola kesayanganku.
"Aku tidak tahu kau memiliki 'harta karun sebesar'itu," Aquila berbisik dekat telingaku.
"Senang rasanya memiliki tunangan seksi sepertimu. Tidak sabar rasanya melihatmu mengenakan pakaian klub sepak bola kesayanganmu itu dan menonton pertandingan sambil--"
"You will..." Aku memberi ciuman pada bibir Aquila cepat.