Written by : @Ai_Ailee
523 words
Biya mematut tubuhnya di depan cermin. Pantulan disana membuatnya bergidik ngeri. Hiiiy! Pakaian macam apa ini?! Lekuk tubuhnya tercetak jelas. Belum lagi belahan dadanya yang terpajang di balik kain berpotongan rendah itu.
"Terlalu pendek. Terlalu ketat. Terlalu banyak renda. Terlalu aneh. Bah!" dia merutuk.
Ini gara-gara para wanita berisik itu. Tetangga-tetangganya yang centil. Berniat menggoda suami mereka dengan pakaian minim begini? Hah! Suami mereka bukan pilot genit yang terbiasa di kelilingi para pramugari seksi dan cantik kan? Suami mereka bukan pilot yang pulang hanya untuk ganti baju lalu pergi lagi kan? Suami mereka bukan Arka! Ck.
"Bisa-bisanya aku ikut-ikutan mereka. Bayar mahal-mahal hanya untuk pakaian begini? Cih! Lebih baik..."
"Lebih baik tidak usah di pakai,"
DEG!
Biya menoleh dan melotot horor saat melihat Arka bersandar di pintu kamar, melipat tangannya di dada, dan tersenyum busuk.
"Kenapa kau disini?" tanyanya masih dengan wajah horror.
"Aku? Pembatalan jadwal. Kenapa?" Arka menyahut santai. Senyumnya masih sama. Biya menyipitkan mata.
"Se-sejak kapan k-kau disana?"
Arka mengerutkan keningnya, berlagak berpikir, lalu tersenyum samar. "Dari mulai 'terlalu pendek. Terlalu ketat. Terla...,"
"Sudah! Cukup! Jangan teruskan!" potong Biya. Wajahnya memerah seperti tomat busuk.
Arka melangkah mendekat. Dia memandangi Biya dgn tatapan menilai.
"Kau benar, ini terlalu jelek. Apalagi kalau kau yang pakai. Ck," dia menggeleng-geleng.
Biya melengos, "Terserah. Kau suruh saja pramugari-pramugari itu yang pakai! Pasti lebih seksi kan? Dasar lelaki!"
"Hm," Arka mengangguk, dia sudah selangkah di hadapan Biya, "mereka pasti seksi kalau memakai begini," katanya lagi. Sampai disini Biya merasa ingin menguliti Arka dengan silet tumpul.
"Lebih baik dibuka sajalah," kata Arka lagi. Biya menaikkan alisnya bingung. Detik berikutnya, dia membeku saat sebelah tangan Arka sudah menangkap pinggangnya sementara sebelah lagi bergerak menggapai kait di belakang lingerie-nya.
"Ah, merepotkan sekali. Kau bisa tolong aku membukanya?" Arka menatap Biya dengan sorot mata jahil. Biya mengumpat dalam hati. Pilot tengil menyebalkan!
"Tidak akan! Jangan harap! Pergi saja kau sana!" dia mendorong Arka.
Tapi tangan Arka menahannya lebih kuat. Dia tersenyum busuk. Membuat Biya ingin mencoreti wajah di hadapannya itu dengan spidol permanen.
"Ya sudah kalau tidak mau membantu," Arka menyahut ringan, "jangan salahkan aku kalau..."
Breet!
Terdengar bunyi sobekan.
Mata Biya seakan melompat keluar. Bagian pinggir lingerie-nya di sobek dari pangkal paha hingga perut. Tangan Arka menyusup masuk dari sela sobekan itu.
"Kau! Lingerie ini mahal!" bentak Biya. Ia berontak dari kungkungan tangan Arka.
"Aku bisa membelikanmu selusin setiap harinya," Arka berkata, "setiap hari kau bertugas memakainya, dan aku bertugas merusaknya. Bagaimana?" dia mendekatkan wajahnya pada Biya.
"Minta saja pada pramugari-pramugari cantikmu itu," Biya menjawab seraya menelan ludahnya.
"Aku tidak pernah cukup denganmu, bagaimana bisa aku memikirkan yang lain," kali ini Arka berbisik di dekat bibir Biya yang mengatup rapat.
Biya menggigit bibirnya saat tangan Arka bergerak makin seenaknya menjajah tiap jengkal kulit Biya yang tertutup lingerie robek itu.
Arka menyusuri rahang Biya dengan bibirnya dan berhenti di telinga Biya.
"Jangan menolakku malam ini, nona," bisiknya sementara tangannya menyentuh salah satu titik sensitive yang membuat desah tertahan lolos dari bibir Biya
"Lingerie-nya sudah robek. Pakaian robek jangan di pakai," kata Arka sebelum menarik lepas lingerie itu dan tanpa belas kasihan melemparkannya ke lantai yang dingin.
Maaf lingerie, tugasmu sudah selesai.
-end-