Lobi rumah sakit ramai oleh para pembesuk. Kursi roda yang digunakan anak perempuan korban kecelakaan angkot sedang melaju pelan membelah keramaian. Suster Maryam yang mendorong kursi roda itu sesekali terlihat tersenyum dan menyapa orang-orang di sekitarnya. Dia sepertinya mengenali beberapa orang tersebut. Mungkin mereka adalah keluarga pasien yang sempat dirawat olehnya.
"Ibu dan ayah ada di sini, ya?"
Gadis kecil itu melihat ke sekeliling. Berbeda dengan Suster Maryam, anak perempuan itu justru tidak mengenali satu orang pun yang ada di tempat tersebut. Wajah mereka asing. Anak itu entah mengapa merasa tidak nyaman jika berada di antara banyak orang. Dia berusaha menemukan ayah dan ibunya di antara orang-orang asing tersebut.
Suster Maryam menghentikan kursi rodanya di salah satu tepi ruangan lobi rumah sakit.
"Kau tunggu sebentar di sini, ya."
"Memangnya ayah dan ibuku tidak di sini?" anak itu kembali bertanya dengan wajah sedikit kecewa namun tetap penuh harapan.
"Eh? Oh.. iya.. ehm, mereka.. ada di tempat lain. Tunggu sebentar, ya."
Sustem Maryam segera berjalan menuju resepsionis. Dia mau mengurus izin untuk keluar membawa pasien.
Tepat di seberang tempat anak perempuan berkursi roda itu menunggu, sebuah televisi yang sengaja dipasang di lobi untuk keperluan pengunjung rumah sakit sedang menyiarkan berita dari sebuah stasiun televisi swasta.
'Lima Hari Pasca Kecelakaan Maut Angkot dan Minibus di Jalan Barisutra, Polisi Temukan Penyebab Ledakan Angkot'.
Ya, itu berita tentang kecelakaan yang dialami anak perempuan di kursi roda tersebut. Anak perempuan yang sekarang sedang menyaksikan berita dari televisi di seberangnya dengan sangat jelas. Kabar buruknya, anak itu masih terus menyaksikannya saat sang presenter mengatakan bahwa ada 12 orang korban, di mana 11 orang tewas di tempat dan 1 orang korban selamat yang masih berusia 6 tahun sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Suster Maryam juga ikut mendengar berita itu. Dia sangat shock tetapi tidak bisa melakukan apa-apa. Kenapa harus berita itu? Semua orang di lobi rumah sakit juga menyaksikan berita dari televisi besar di ruangan tersebut. Tetapi mereka tidak tahu bahwa anak kecil korban kecelakaan tersebut sedang ada di antara mereka, dan ikut menyaksikan beritanya.
Anak perempuan itu masih menatap layar televisi tidak percaya. Sampai akhirnya presenter berita menyebutkan nama anak perempuan yang menjadi korban selamat, dan nama itu sama persis dengan namanya. Usianya juga sama, 6 tahun. Presenter berita juga menjelaskan bahwa anak itu ditemukan tak sadarkan diri setelah berhasil keluar dari angkot dan hanya berselang beberapa menit angkot tersebut langsung meledak.
Itu aku.
Seketika, kalimat 11 orang tewas di tempat dan 1 orang korban selamat yang masih berusia 6 tahun sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit memenuhi kepala anak perempuan itu.
Anak perempuan itu menatap Suster Maryam yang sedang berdiri tegang di depan meja resepsionis. Suster Maryam juga menatap anak itu dengan perasaan bercampur aduk, namun suster tersebut langsung menundukkan kepala. Anak perempuan yang sedang duduk di kursi roda itu sekarang mungkin tidak ingin melihat wajah pendusta miliknya.
Tetapi wajah Suster Maryam segera terangkat saat melihat kursi roda itu mendekatinya.
Anak perempuan itu sudah ada di depan matanya.
"Ayo! Suster mau mengajak aku bertemu ayah sama ibu, kan?"
Suster Maryam sudah tidak punya kata-kata lagi.
"Kenapa? Kenapa Suster diam saja?" ekspresi anak itu berubah.
"Apakah Suster akan membuatku mati agar bisa bertemu ayah dan ibuku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Burning Aster
RandomMaaf, cerita ini belum bisa berlanjut karena saya belum sempat ngedit chapter-chapter berikutnya.