Inviting

16.2K 1.4K 66
                                    

Maafkan saya karena chapter sebelumnya banyak kesalahan dalam penulisan nama :( semoga chapter yg ini kesalahan namanya cuma dikit, ya. Dan kalo masih salah, tolong dikoreksi atau dimaklumin karena saya juga kan baru belajar wahaha.

Selamat baca.

========
Inviting
========

Rasa bersalah adalah sebuah rasa yang sangat tidak disukai oleh Dave. Karena Dave orang yang tidak suka menyakiti atau membuat kesalahan pada seseorang dan ketika secara tanpa sadar dia melakukannya, rasa bersalah yang sangat tidak enak akan selalu menghantuinya. Rasa bersalah itu baru akan pergi kalau dia sudah mendapatkan kata maaf dari orang yang telah dia sakiti.

Seperti sekarang ini. Dave sedang merasa bersalah pada Zac karena sudah lupa pada janjinya sendiri yang akan mengantarnya pulang sekolah. Cowok imut itu mengatakan kalau mama dan papanya tak bisa menjemputnya, dan dia masih belum tahu jalan kalau naik bus, jadi dia meminta pada Dave untuk menumpang pulang bersamanya. Dave menyetujui permintaannya dan menyuruh Zac untuk menemuinya di ruang latihan basket setelah pulang sekolah karena Dave pikir dia akan ada latihan basket hari itu. Tapi, ternyata dia tak ada jadwal latihan basket, sehingga dia tak jadi pergi ke ruang itu dan tidak tahu kalau Zac menunggunya di sana. Saat itu Dave sudah tidak ingat sama sekali dengan Zac. Setelah selesai kelas, Dave langsung pulang begitu saja tanpa sedikit pun mengingat tentang Zac.

Dan sekarang, akibat perbuatannya yang lalai itu, dia harus merasakan rasa bersalah yang sangat tidak enak di dadanya. Apalagi Zac tidak mau memaafkannya dan memilih untuk mengabaikan Dave begitu saja. Rasanya sangat tidak enak ketika Zac membanting pintu rumahnya keras-keras dan menolak untuk membukakan pintunya untuk Dave yang saat itu menggedor-gedornya. Dan karena gedorannya tak digubris oleh Zac, Dave akhirnya menyerah dan memilih untuk meninggalkan Zac sendirian.

Saat ini Dave tak pernah bisa memikirkan apa pun lagi kecuali Zac. Dia merasa sangat berdosa pada cowok imut itu yang sudah bersikap sangat baik padanya. Zac sudah menjaganya, merawatnya, membantunya mendorong kursi rodanya, tapi kebaikan Zac malah dia balas dengan kejahatan. Dave malah melupakan janjinya sendiri yang membuat Zac kecewa padanya.

“Aaaargh!” dia mengerang frustrasi sambil menjambak-jambaki rambutnya. “Kenapa hanya dengan janji sekecil itu saja aku bisa lupa?”

Mengutuki diri sendiri adalah satu-satunya hal yang paling mudah dia lakukan sekarang. Karena meminta maaf pada Zac sama sulitnya dengan mencari jarum di dalam jurang. Tapi, mengutuki diri sendiri tidak akan bisa membuat rasa bersalahnya menghilang. Hanya kata maaf dari Zac yang bisa membuat keadaannya jadi lebih baik.

Malam itu Dave nyaris tak bisa tidur nyenyak. Setiap kali dia menutup mata, bayangan Zac yang marah-marah dan membanting pintu rumahnya keras-keras selalu menghantuinya. Dia tak pernah merasa lebih bersalah daripada hari ini. Biasanya dia selalu bisa menahan semua perasaan yang seperti ini, tapi kali ini dia tak bisa menahannya. Dia tak bisa menahan rasa bersalahnya pada Zac.

Besoknya, Dave bangun pagi-pagi sekali dan langsung bergegas mandi. Dia ingin mengajak Zac berangkat sekolah bareng hari ini, untuk menebus kesalahannya yang kemarin. Semoga Zac tidak menolak ajakannya.

Setelah ikut sarapan bersama ayah dan ibunya, Dave buru-buru pamit dan masuk ke Mustang hitamnya yang sudah bersih dan sehat berkat kerja keras Jamie. Pasca kecelakaan, mobil Dave mengalami rusak berat pada bodi dan juga beberapa mesinnya. Dan mobil itu diserahkan kepada Jamie untuk diperbaiki, dan hasilnya sangat memuaskan. Mustangnya terlihat lebih mengilap dari sebelumnya.

Mobil itu melesat di jalan Marylin Street dan berhenti di depan rumah Zac. Begitu keluar dari mobil, Dave buru-buru lari ke depan rumah cowok imut itu dan mengetuk pintunya.

Shut Up and DriveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang