Warning!!! Chapter yg ini berisi konten dewasa 18++. Buat yg homophobic dan anak dibawah umur... menyingkirlah! Saya nggak butuh caci maki kalian di sini.
Gambar di media itu adalah DavexZac yang lagi making love, hahaha. Semoga chapter yg ini bagian menggemaskan dan hot-nya juga dapet, yaaaa.
==============
Making (Love)
==============Sudah tiga minggu berlalu sejak Zac memutuskan untuk menerima Dave sebagai kekasihnya. Tiga minggu yang mereka lalui itu punya banyak cerita. Di minggu-minggu awal, sindiran dan kata-kata pedas dari orang-orang yang tidak senang dengan berita hubungan mereka, mulai merajalela di seantero sekolah.
Kebanyakan yang menyindir mereka adalah kaum perempuan yang mengagumi Dave, yang merasa diri mereka lebih pantas berada di samping Dave daripada Zac. Namun, walaupun begitu, Dave tidak pernah mengindahkan semua sindiran pedas mereka. Dia tetap memandang Zac dengan penuh cinta, dan membiarkan mulut-mulut nyinyir itu berkoar-koar di belakangnya. Dia tidak peduli. Saat ini, Zac adalah dunianya.
Selama tiga minggu itu pula, Dave tidak pernah absen menjemput Zac setiap hari. Dan terkadang, Dave juga ikut sarapan bersama keluarga Hammel, yang membuat hubungannya dengan ayah Zac jadi semakin dekat dan penuh kehangatan.
Kalau biasanya Dave selalu takut bertemu dengan pria itu, maka sekarang dengan penuh keberanian dan kebulatan tekad untuk mencuri hati calon mertuanya, dia tak pernah merasa takut atau pun malu lagi. Dia lebih percaya diri dan yakin kalau Mr. Hammel juga menyukai dirinya.
Selain itu, Zac juga lebih sering berkunjung ke rumah Dave pada malam hari untuk ikut makan malam bersama keluarga Price. Pasangan suami istri yang sama-sama memiliki mata hijau itu selalu bersikap baik dan sopan pada Zac, yang membuat Zac selalu nyaman dan betah berada di tengah-tengah keluarga mereka.
Ayah Dave memiliki sifat seorang pemimpin yang berpikiran luas dan dewasa, sementara ibunya memiliki sifat lemah lembut dan penyayang yang luar biasa. Zac yakin, kalaupun pada akhirnya nanti Dave akan come out mengenai hubungan mereka ke orang tuanya, mereka pasti tidak akan mempermasalahkan hal itu. Karena, pada suatu hari ketika sedang menikmati santap malam mereka, Mr. Price berkata kepada Zac:
"Dave sudah lama tidak punya kekasih semenjak Shaina meninggalkannya. Dan akhir-akhir ini kalian terlihat semakin dekat. Aku curiga... jangan-jangan kalian memiliki hubungan istimewa yang lebih dari sekadar teman."
Lalu Dave menanggapi. "Apa itu menjadi masalah buat Dad?"
"Tidak, tidak. Aku tidak masalah sama sekali. Aku hanya kasihan pada Zac yang harus mendapatkan cowok brandalan sepertimu."
Lalu mereka semua tertawa bersama-sama, membuat suasana makan malam jadi lebih menyenangkan. Walaupun omongan Mr. Price terdengar bercanda, tapi Zac tahu pria itu sebenarnya serius dengan yang dikatakannya. Bahwa dia tidak masalah apabila orientasi seks anaknya berubah menjadi gay.
Setelah makan malam bersama keluarga Price selesai, Zac akan naik ke kamar Dave karena cowok itu mengajaknya ke sana. Awalnya Zac gugup karena mereka berada di kamar berduaan, yang memungkinkan mereka untuk melakukan apa pun yang lebih intim lagi. Membayangkannya saja sudah bisa membuat pipi Zac memerah karena malu.
"Pipimu memerah," kata Dave, bergerak mendekati kasur. Zac sudah duduk di atas kasur itu. "Kau malu?"
Zac mengangguk. "Apa tidak apa-apa kalau kita berduaan di kamar?"
"Apa masalahnya?"
"Tidak ada." Pipi Zac merona makin memerah. "Apa yang akan kita lakukan?"
Sebagai jawaban, Dave akan mengeluarkan laptopnya, kemudian mereka menonton film romantis sambil berpelukan di atas kasur. Zac akan menaruh kepalanya di atas dada Dave, sementara cowok itu akan mendekapnya, mengusap kepalanya, mencium keningnya dengan penuh kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shut Up and Drive
Romance"If you love me―really, really love me―just shut up... and drive! But if you don't... Please, just let me out." - Zac Hammel. *** Kisah cinta Zac, seorang remaja gay yang menyukai cowok straight bernama Dave yang merupakan seorang pembalap liar jala...