I thought that I've been hurt before.
But no one's ever left me quite this sore. - Rinov. (Stitches)Your words cut deeper than a knife.- Tara. (Stitches)
***
Cessa keluar dari mobil hitam Rinov. Perlahan, tangannya melempar tas punggungnya ke lengannya. Seolah, dia sedang menjadikan lengannya sebagai tumpuhan salah satu sisi tasnya.
Sebelumnya, Cessa meninggalkan wajah sebal ke arah Rinov, langsung meninggalkan Rinov menyusul Tara yang berlari kecil menuju pintu gerbang.
Sejenak, tangannya berhasil menarik Tara. Dia berdiri di tengah jalan tanpa melanjutkan jalannya. Cessa menarik tangan Tara ke arah bahu jalan yang terdapat tanaman tinggi.
"Apa?" selidik Tara. Mereka sedang mengamati mobil hitam yang baru saja membawanya ke tempat ini. Mobil Rinov, maksudnya.
Cessa menggigit bibir bawahnya gelisah. "Dia yang mau dinikahin sama gue, Ra!" ceplos Cessa.
"Maksudnya?"Sial. Tara melupakan soal ini.
"Yang waktu itu gue pernah curhat sama lo!"
Tara berhenti napas sejenak. Terlalu kurang ajar, jika Cessa sedang mendustai dirinya. Tara berbalik badan. Berlari kecil ke arah jalanan tengah, ingin melihat lagi lelaki berbaju kemeja itu dengan pandangan yang lebih inspektif.
"Gue dihadapin masalah yang sama kayak lo. Ketika gue harus nerima cowok yang umurnya di atas lima tahun sama gue. Sayangnya, gue nggak cinta dia!"
Jadi, lelaki itu yang dimaksud oleh Cessa. Dunia sempit. Kenapa harus mantan pacarnya. Kenapa harus lo, Nov?
Cessa memutar badannya. Dia membiarkan Tara yang masih mengamati lelaki itu dengan tatapan kosong. Terakhir, dia mulai melenggang pergi, sebelum Tara memanggilnya.
Pelupuk mata Tara tergenak air yang mengembun. "Dia yang gue maksud." kata Tara.
Cessa mengangkat kedua alisnya bersamaan. Bibirnya agak terbuka, merespon ungkapan Tara. Apa yang Tara ungkapan baru saja, percayalah, Cessa masih belum seberapa mengertikannya. Seolah, Tara memojokannya dengan kejadian di mana dia menunjukan sosok Rinov di hadapan Tara. Tara menumpahkan amarahnya sekarang. Padahal, Cessa masih tidak paham.
"Apaan, sih, Tar?" Cessa meraih tangan Tara.
Tara menepis dengan cepat, sebelum Cessa benar-benar memegang pergelangan tangannya. Pelupuk matanya, berhasil menitikan air bening. Dan, bisa Tara tebak, Cessa tidak akan pernah peduli tentang isi hatinya.
"Lo ngerti apa maksud gue!" teriak Tara.
Cessa menggeleng. Tiba-tiba, Tara marah. Ini tidak mungkin ada hubungannya dengan Rinov. Dan, mulut Cessa mulai terbuka lagi. "Gue nggak tau!"
"Kenapa nggak bilang sejak malam itu? Kenapa nggak bilang namanya Rinov!"
Cessa merasakan tarikan napas yang sangat dahsyat di dalam hati. Dan tanpa Tara berbicara lebih lanjut, Cessa paham apa yang dia maksud. Maka, jangan salahkan Tara yang sangat kecewa dengan dirinya. Atau, jangan salahkan perasaan Tara yang memaruh hati pada seseorang yang akan menjadi seseorang di kehidupannya nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Leave ✔
Teen Fiction(COMPLETED) Poin utama pada cerita ini, kamu akan ikut merasakan masalah yang mereka semua hadapi. Mereka akan membawamu merasakan kehancuran, keterlukaan hati, dan berusaha mengembalikan keadaan seperti semula. Mereka yang saling menyakiti, dan men...