Bisa kah kita benahi pikiran kita?
Membuka mata, tanpa berpura menjadi buta.Karena jika air mengering, bulan berhenti bersinar, dan bintang-bintang mulai terjatuh, kamu akan tahu seberapa aku menyimpan rasa untukmu.
(Best Mistake)
***
Arkan menyengir kuda. Seribu persen, kalian akan tahu apa yang Sena tahan dalam perut yang berteriak ini. Salah satunya mual. Sena ingin memuntahkannya sekarang juga. Di depan Arkan. Karena Arkan terlalu percaya diri.
"Cowok, kalau terlalu percaya diri, cewek bisa ilfiel, Kan!" Sena menyela. Mengusap keringatnya dengan ujung baju basketnya.
Arkan mengerutkan dahinya. Kontan tawanya bertambah lebar. Ada kegirangan dalam hatinya. Padahal, otaknya bisa menyuruhnya untuk berhenti berbuat demikian. Tapi, tetap saja, Arkan tidak bisa diam. Terlalu berbunga-bunga di hari yang terlalu pagi ini.
Sena melengos. Memantulkan bola basketnya beberapa kali ke tanah. Mendekati ring dan mulai melay up-nya. Dia bersorak pelan. Sudah lama, tidak lagi menyentuh bola oranye ini.
"Lo ngerti, apa reaksi dia, waktu gue dengan beraninya ngirimin dia pesan via line?"
Kontan tawa Sena berderai, "Jadi, lo ditanggepin? Gue kira nggak!"
"Wah, ini lebih dari segera ditanggepin, Sen!"
Sena tetap mendengarnya. Dia berusaha berlari kecil, mendribble bolanya. Shoot. Sena memasukannya lagi. "Hmm."
"Gue diblokir, Sen!" Arkan tertawa. "Gue mah makin seneng, kalau ada cewek yang sok-sok malu-malu demen gini, Sen!"
Sena tertawa garing. Candaan Arkan receh, tapi dia suka. "Ya, ya, ya! Diblokir kok malah seneng?"
"Seneng dong, berarti dia ini malah ngasih peluang gue buat deket!"
"Bego!"
"Kok bego? Inget, Sen, yang bantuin lo jadian sama Cessa itu siapa, kalau bukan gue?"
Sena gagal melay up bola basketnya. Kembali mendribble lagi. "Hmm."
Arkan rasa, dia salah bicara. "Maaf."
"Udah biasa,
"Sen ...,"
"Udah dimaafin!"
Arkan kembali cengengesan, "Kalau anak cewek nolak, dalam hatinya itu ngereng buat direply ulang, asal lo tau!"
"Lah, kok gitu?"
"Kan dia nolak tuh, nolak itu beralasan, sejauh apa gue buktiinnya. Halah! Gue mah, makin seneng!"
"Bego, Kan, bego!"
***
Tara menarik napasnya berat. Kenapa harus sekarang hujannya datang. Mengapa tidak besok saja. Atau, mengapa tidak dari tadi saja, selama pelajaran berlangsung. Kalau sudah hujan, bakalan susah ada bus lewat mau menampung. Para sopir, pasti harus berpikir berkali-kali buat masukin cewek basah kuyup, kotor, seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Leave ✔
Teen Fiction(COMPLETED) Poin utama pada cerita ini, kamu akan ikut merasakan masalah yang mereka semua hadapi. Mereka akan membawamu merasakan kehancuran, keterlukaan hati, dan berusaha mengembalikan keadaan seperti semula. Mereka yang saling menyakiti, dan men...