6

911 109 18
                                    

Semua orang mengelilingi gundukan tanah merah yang dinaungi tenda itu. Beberapa orang menaburkan bunga, menangis, dan menjerit. Dan dia hanya bisa terpaku di sana, dengan kemeja hitamnya.

"Ran, Randy?"

"Apa, Rey?"

"Kalau suatu hari nanti aku meninggal... ya aku tahu kamu bakalan nangis sih... tapi, apa kalau ada satu kata yang bisa mengungkapkan kesedihan kamu, kata apa itu?"

"Kamu tahu kata apa itu?"

"Ya apa? Cepet jawab dong, jangan balik nanya!"

"Kata itu adalah: mati."

"Jadi kamu bakal mati kalau aku mati?"

"I'll still alive, but I'm barely breathing."

"Please be creative. Jangan nyolong lirik lagu dong!"

"Engga, beneran. Aku bakalan mati secara mental. Aku bakal jadi robot yang bekerja dari jam 8 pagi sampe jam 8 malam dan makan, tidur, serta nonton dengan normal. Tapi di dalamnya, aku mati."

"Kayak orang gak punya Tuhan aja, sih. Segitu cintanya sama aku?"

"Bukan. Bukan terlalu cinta. Tapi kamu adalah hal ketiga yang berarti di hidupku setelah Tuhan dan keluargaku. Aku bisa hidup tanpa kamu, tapi akan jadi hal yang sangat sulit bagiku untuk hidup tanpa kamu di sekelilingku."

Kemeja hitam itu basah dengan titik-titik air mata.

Meski dia belum mati, dia juga punya kata yang tak terucap. Itu menjadi kata yang tak terucap karena dia tak punya lagi tujuan untuk mengucapkannya. Sang tujuan itu telah pergi membawa alasan bagi kata itu untuk berarti.

Dia berbalik pergi setelah menghibur kedua orang tua dari Reya, dan berjalan masuk ke dalam mobil.

"Kita pulang, Wid?"

"Ran, jujur."

"Kamu mau makan di mana? Kita makan di Hanamasa, yuk. Kemarin kamu bilang kamu mau makan makanan Jepang, kan?"

"Randy, stop."

"Kenapa stop? Mau cari kamar mandi dulu? Di mall aja. Di sini kamar mandinya kotor."

Randy mengulurkan tangannya untuk mengganti gigi, namun Widya mengenggam tangannya dengan lembut. Lembut, tapi cukup keras untuk menahan gerakan Randy.

Ditatapnya mata Randy dalam-dalam. Sendu, sedih, seakan membisikkan ucapkanlah, aku akan mencoba mengerti perasaanmu.

Tatapan itu menusuk ke dalam mata Randy. Seakan menggelitik kelenjar air mata Randy, tetesan-tetesan itu berubah jadi sangat deras. Tubuhnya yang tegap itu berubah jadi sangat lemah dan lesu. Dia terjatuh di atas joknya dan menangis seperti anak kecil. Menjerit, memukul setir, menutupi wajah dengan frustasi, dan kemudian menghantam kepala belakangnya ke jok mobil.

"Kenapa? Kenapa aku gak pernah berani bilang ini semua? Kenapa dia harus pergi? Apa yang bisa aku lakuin tanpa dia? Gak ada lagi perempuan yang duduk di sebelah kubikelku, gak ada lagi dia. Gak ada! Kenapa aku pengecut, Widya? Kenapa?"

Dengan segala perasaan yang bercampur dalam hatinya, Widya meraih leher Randy dan memeluk pria itu erat-erat. Kepala Randy jatuh ke bahu Widya dan air matanya membasahi baju Widya. Tubuh mereka berdua sama-sama terguncang hebat karena tangisan mereka yang semakin menjadi.

"Wid, aku sayang sama dia, Wid. Aku mau dia balik. Aku mau dia denger ini. Aku gak mau dia pergi tanpa denger kata-kata ini. Kenapa aku terlalu pengecut dan takut ambil resiko? Kenapa? Kenapa aku merasa takut mencoba bertahan?"

Widya menggigit bibirnya dengan sedih. Dia pun bertanya-tanya dalam hatinya. Kenapa Randy tak mengucapkan kata itu? Kenapa Randy harus menerima tawaran mamanya untuk mengenalkan dirinya pada Widya? Kenapa dia harus membuat Widya terpana ketika hatinya belum melepaskan Reya? Dan kenapa dia harus menjadi pelabuhan sementara bagi Randy?

Tapi di satu sisi lainnya, cinta tulus itu berusaha memahami perasaan Randy. Widya kini sepenuhnya menangis karena dia mengerti Randy. Kini dia sepenuhnya menangisi hati Randy, menangis bersama Randy.

Ada banyak kata yang tak terucapkan di dunia ini. Beberapa di antaranya tidak hilang dibawa mati oleh si pemilik mulut. Beberapa diantaranya harus ditahan seumur hidup, karena kehilangan alasan untuk diucapkan.

Randy harus menahan kata itu di dalam tenggorokannya. Menelannya masuk ke dalam hatinya, menyesakkan paru-parunya. Kini Reya sebagai tujuannya untuk berkata-kata telah pergi. Tak ada lagi tujuan baginya untuk mengatakan hal itu. Dia harus menahannya seumur hidup sampai dia mati.

Aku mau bertahan sama kamu. Aku mau berjuang untuk kita.

Aku masih mencintaimu.

��bw� ��

Unspeakable [6/6]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang