Part 56

803 23 0
                                    

"Maafkan adekmu ini mbak Angel" batinku.
Kami sama-sama terdiam untuk waktu yang lama.
.
"Bagaimana anaknya Bu Magda?mbak Angel suka?" tanyaku. Akhirnya aku mengawali pembicaraan,
walaupun hatiku rasanya jadi aneh, dan membuat dadaku sedikit sesak.
.
Mbak Angel hanya tersipu.
"Sepertinya orangnya baik." jawabnya malu.
"Memang baik.." balasku spontan.
"Hmm?" Mbak Angel merasa aneh dengan jawabanku.
Yaa Aku keceplosan.
.
"Yaa, kan Magda baik,pasti anaknya juga baik, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya kan mbak?" akupun langsung memberi sanggahan, mbak Angel tersenyum,syukurlah dia tidak melanjutkan pertanyaannya.
.
"Kamu benar dek.." jawabnya,
"Jadi?"
"Apa?"
"Mbak Angel suka?"
Mbak Angel terdiam
"Kepoo ahh adek..." mbak Angel menepuk salah satu kakiku yang aku selonjorkan, sehingga membuatku berteriak kesakitan, kakiku belum sepenuhnya hilang rasa nyerinya.
.
"Duh...dek maaf, maaf sakit yaa,sini mbak pijitin..." Mbak Angel langsung panik, aku masih meringis menahan nyeri.
.
Mbak Angel memijat kakiku perlahan, dari wajahnya aku bisa melihat dia tertarik dengan Kak Bintang, siapa yang tidak tertarik dengan laki-laki seperti Kak Bintang. Dia ganteng, baik, dewasa, mapan. Cocok sama mbak Angel yang berhati malaikat.
.
Yaa aku harus mengorbankan perasaanku demi kebahagiaan mbak Angel, saatnya Mbak Angel menemukan kebahagiaannya.
.
"Gimana masih sakit?,kamu kurang pemanasan ya dek latihannya? kesenggol dikit nyeri kakinya."
Aku menggerak-nggerakkan kakiku, seandainya Mbak Angel tahu, rasa sakit ini bukan karena latihan dance.
.
Dia capek-capek pulang kerja masih sempat-sempatnya memijat kakiku, padahal dia pasti sangat lelah.
.
"Yaa sudah mbak mandi dulu yaa dek.." pamitnya sambil mengelus rambutku. Mbak Angel meraih tasnya dan berlalu pergi ke kamarnya.
.
Akupun meraih ponselku dan mengetikkan sebuah pesan ke Kak Bintang.
.
"Kak, besok aku mau ketemu, jam 5 sore di lapangan, tengs"
Tanpa menunggu jawaban,
Aku langsung meletakkan ponselku di meja.
.
Aku tahu apa yang harus aku lakukan, saatnya aku yang harus berkorban demi kebahagianmu mbak Angelku.
Aku matikan televisiku, dan berjalan pelan menuju kamar, aku harus menggerak-nggerakkan kakiku supaya cepat pulih.

Diary LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang