Part 13

1.3K 81 6
                                    

Rizky pov

Tak pernah ku percaya semua seperti mimpi.ku rasa aku akan kehilangan nya.jika saja kini ku bisa meminta padanya untuk memilih.tapi aku tahu diri,dia pasti lebih memilih orang yang kini memeluknya.

Pergi di ruangan ku sendiri? Bukan hal yang buruk,lebih baik begitu. walau Dinda adalah istriku namun aku tak berhak melarang nya menemui lelaki itu,yang jelas-jelas ku tahu hatinya bukan untukku.lebih tepatnya dia menikah denganku karena terpaksa hanya untuk memenuhi ego kakaknya.

Entah kenapa kini ku sudah berada di sebuah Bar,hal apa yang bisa membuat ku berada disini?
Aku meminum sedikit demi sedikit cairan putih yang berada di gelas ku genggam sambil memikirkan masalahku.

Clien kerja ku yang datang ke perusahaan bukan hanya mengambil dokumen kerja sama di antara perusahaan kami namun dia juga tiba-tiba mengambil istriku.kenapa harus seperti ini? Ketika ku merasakan ada sesuatu di hatiku padanya kenapa di saat itu juga aku kehilangannya?

Malam semakin larut,Aku tak berselera untuk pulang. Bagaimana jika aku pulang,aku tidak menemukan sosok Dinda di rumahku.
Huaaaa.....
Pikiran ku semakin kalut.

---

Akhirnya setelah lama berpikir memikirkan keputusan ku untuk pulang atau tidak,di bantu dengan kancing kemejaku yang ku hitung akhirnya aku memutuskan pulang walau berat hati jika aku harus menerima kenyataan jika Dinda telah pergi meninggalkanku.

0_O

Namun semua ke khawatiranku menghilang ketika mendapati sosok Dinda yang tertidur di sofa ruang tamu.
Bodoh nya aku membiarkan gadis pujaan ku terbaring di sofa hanya untuk menunggu ku? Menunggu ku? Percaya diri banget aku,tapi untuk apa Dinda tidur di sofa ruang tamu kalo bukan untuk menunggu ku.

"Rizky.." teriak nya yang sontak mengagetkan ku.

"Hee.." aku hanya nyengir di hadapannya ketika ku sadar dia sudah berdiri tepat di hadapanku.

Oh My Gad? Jantung ku kayanya mau loncat-loncat ketika Dinda menghamburkan pelukannya ke tubuhku,seperti ada percikan api ketika tubuh kami bersentuhan.
Oh My Dinda... kau sudah membuat ku gila.

"Kemana saja? Aku menunggumu sangat lama,ku kira kamu tidak akan kembali sejak kejadian tadi di kantormu"

Senyum ku hampir hilang ketika mengingat kembali kejadian yang tak harus terjadi itu. Perlahan aku melepas pelukannya, dan langsung pergi melewatinya ke dalam kamar ku.

"Maafkan aku Dinda,aku hanya tak bisa membayangkan jika kau benar-benar memilih laki-laki itu"

Tok .. tok...

Suara ketukan pintu dari luar kamarku, pasti itu Dinda.
Huh...
Menatap matanya saja aku tidak sanggup.

"Rizky... apa kau marah? Ayo buka pintu kamarmu kurasa kita perlu bicara" suara Dinda dari balik pintu.

Aku hanya diam berdiri di depan pintu kamarku tak sanggup untuk menarik kenop pintu.

"Ayo Rizky buka pintu mu!" Suaranya kembali.

"Ada apa?" Ucap ku setelah bersusah payah membuka pintu.

"Ck..ck.. Rizky kau mabuk?" Tanya Dinda kurasa dia mulai mencium bau alkohol dari mulutku.

"Lihat dirimu berantakan sekali"
ucap nya kembali sambil mengangkat jemarinya merapikan rambutku,dan daerah kerah kemeja ku.
Oh tuhan sentuhan nya membuat ku melayang terbang ke langit ketujuh.

"Dinda.." mulutku mulai membuka berbicara padanya.

"Hmm..." respond nya mendengar suaraku.

"Siapa laki-laki itu?" Wow beraninya aku bertanya seperti ini.

Bukannya menjawab dia malah menarik jemariku ke dalam kamar dan mendudukan ku di pinggiran kasur dan di susul olehnya.

"Tapi setelah kau tahu jangan marah yah?" Pinta nya.

"Baiklah aku tidak akan marah!" Jawabku.

"Laki-laki itu adalah Adipati,dia adalah pacarku tapi jangan kau pikir aku berselingkuh darimu,walaupun pernikahan ini terpaksa aku tidak berani mengkhianati janji suci kita" jelasnya.

"Lalu?"ucapku agar dia melanjutkan ceritanya.

"Aku dan kak Adi telah berpacaran sejak SMP namun ketika kita lulus SMA dia pergi melanjutkan kuliahnya ke luar negeri,tak ada kata putus di antara kita tapi hilangnya kontak selama dia pergi ku kira pertanda jika hubungan kita telah berakhir" jelasnya kembali.

"Itu kan menurutmu,jika dia berpendapat lain bagaimana?" Aku mulai bertanya

"Tenang saja aku tidak akan pergi meninggalkanmu bagaimana pun aku adalah istrimu"

Aku mulai meraih jemarinya mencium punggung tangan nya dengan lembut, aku masih tak percaya dengan kata-katanya.

"Dinda..mungkin tak pernah ada kata Cinta yang terucap dari mulutku selama ini,tapi jangan kau ragu hatiku seluruh jiwaku selalu bersama mu."

"I have no doubt on it" ucapnya yang kemudian mencium pipi kananku.

"Apa kau mau menjadi pasangan ku sampai aku memejamkan mata terakhirku" tanyaku meyakinkan nya.

"Aku akan selalu bersamamu,apa pun yang terjadi" katanya yang langsung menghamburkan pelukannya ke dalam tubuhku.

***

Hola!!! Apa kabar para readers???
Makasih yah yang udah baca cerita aku dan makasih banget udah ngasih Vomen nya ...
Hehe... seneng deh liat vote nya udah nyampe seratus lebih semoga bisa sampe beribu,berjuta,bermilyaran.
Hahaha...

Happy reading...

Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang