Part 11

1.3K 72 3
                                    

Rizky pov

Seiringnya waktu hubunganku dengan gadis yang kini sedang menyantap sajian sarapan di meja makan kian membaik,rasa yang tak pernah terduga ini kian menumbuh begitu cepat.
Entahlah apa yang sekarang terjadi yang ku tau aku telah jatuh hati padanya.
Dinda apa kau juga merasakan apa yang ku rasakan?

"Rizky apa aku tidak usah pergi ke kantormu?"ucap Dinda.
Kemarin aku mengajaknya untuk pergi ke kantorku dengan alasan dia pasti kesepian di rumah karena sejak hubungan kami membaik Papahku sudah kembali ke Eropa.

"Kenapa,bukankah kemarin kau sudah setuju akan pergi menemaniku ke kantor?"ketus ku.

"Bukan begitu aku hanya saja tidak terbiasa,kalo semua orang kantor tau jika aku istrimu.aku tidak mau mempermalukanmu"

Aku langsung meraih jemarinya ku cium lembut,sorot matanya tersentak membuatku tak bisa berpaling darinya.

"Biarkan semua tau tentang hubungan kita dan asal kamu tau aku tidak pernah malu memiliki istri sepertimu,maaf jika selama ini sikapku kurang baik padamu"

Ku raih tubuh nya dalam dekapanku melihatnya bersedih saja hatiku miris ingin menangis.
Kenapa rasa ini baru muncul ketika aku telah banyak menyakitimu,maafkan aku dinda tapi ini benar-benar Cinta tulusku.

---
Di sebuah gedung yang kini ku gauli,tampak terlihat resah di wajah gadis di sampingku,ku eratkan rangkulanku di pinggangnya mencoba mengobati ke resahannya.

"Tidak apa-apa"ucapku untuk mencegah tangan Dinda melepaskan tanganku dari pinggangnya.

"Rizky aku risih dengan sikapmu sedari tadi kita berjalan di koridor ini semua tampak menperhatikan kita"bisiknya.

"Tidak apa-apa"
Dinda mulai kesal karena sedari tadi jawabanku hanya 'tidak apa-apa'.

"Oh ya Sayang ,biasakan dirimu tidak memanggil ku dengan sebutan namaku saja itu tidak sopan"

Matanya terbelakak karena sebutan 'sayang' ku padanya.

"Apa aku tidak salah dengar sejak kapan kau menyayangiku?lagi pula apa yang harus ku katakan untuk memanggilmu?"ketus Dinda sambil memajukan bibirnya ,membuatku ingin menciumnya saja.

"Kamu bisa memanggilku sayang,beib,hunny,suamiku. terserah yang penting enak di dengar"ucapku yang membuatnya kegeliaan.

"Apa tidak salah? Akhir-akhir ini kenapa denganmu.apa otakmu terbentur sesuatu sehingga sikapmu beda sekali dari sebelumnya"pertanyaan yang konyol,kenapa tidak peka sekali itukan sebuah kode untuk ia merasakan apa yang ku rasakan.

"Sudah jangan mengalihkan pembicaraan,aku menginginkan panggilan sayang darimu,apa itu salah?"

"Loh kok marah,iya.. iya... aku memanggilmu kakak saja yah,lebih baik bukan?"rayunya ketika melihat wajah ngambekku,sekarang aku terlihat seperti anak kecil yang meminta permen dari ibunya.Masa bodo yang penting aku bahagia melihatnya tersenyum lepas sekarang.

Tak terasa dengan begitu panjang perbincangan di antara kita ternyata kami sudah berada di dalam ruang kerja ku.
Berjam-jam...
Bermenit-menit...
Berdetik-detik...
Aku hanya memandangi wajah cantik istriku yang sedang duduk di sebuah sofa yang berada di ruang kerjaku.

"Jika aku berada di sini cuma buat kamu pandangi aku pulang saja,dari pada membuat kamu tidak konsen bekerja" ungkapnya yang langsung membuatku terhenyak.

"Jangan pulang! Apa salahnya jika aku memandangimu? Bukankah kau adalah istriku sayang"

"Tapi kak Rizky di sampingmu ada sekretaris ingin bicara denganmu"
Ketika kepalaku memutar kesamping ternyata sudah ada sekretarisku,sejak kapan Ryan sekretarisku berada di sampingku.

"Maaf pak Rizky di luar ada tamu dari perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita"

"Oh baiklah! persilahkan dia masuk"

Tanpa basa-basi Ryan menutup pintu ruangan kerjaku dan beberapa menit kemudian pintu itu kembali terbuka.

"Selamat pagi pak"

Entah kenapa setelah Dinda melihat nya dia tampak terkejut.
Ada apa?
Apa sebelumnya mereka saling kenal?
Oh tuhan semoga ini bukan pertanda buruk bagi hubungan kami dengan adanya sosok laki-laki yang lumayan tampan,tegas dan berwibawa ini.

***

Author note : maaf baru bisa next..
Ditunggu Vomen nya ...

Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang