Part 10

176K 3.2K 11
                                    

Aku masih duduk terdiam, Adam di sampingku, merangkul dan membawaku kedalam pelukannya. Tiba2 terlintas dalam pikiranku, aku tak bisa diam saja seperti ini. Aku hanya akan memberi siapapun itu kepuasan karena dia akan berfikir aku dalam permainannya. Aku menelpon Lexy, dia pasti punya teman yg bisa membantu ku dengan ide ku.

"Lexy, km lagi dimana? Bisa ketemu sekarang juga gak?" tanyaku sedikit memaksa

"Oke, dimana?"

"Di apartment mu aja" jawabku singkat dan Lexy pun meng iyakan.

"Kita ke tempat Lexy sekarang" pinta ku ke Adam

"Why? Can u tell me? What u planning babes?" tanya Adam sambil membantu ku membuka kan pintu mobil.

"Aku minta Lexy menghubungi temannya yg ahli dalam melacak bahkan jika orang itu memakai private number. Aku gak bisa diam aja, aku gak mau kasih dia kepuasan bahwa aku ada dlm permainannya" jelasku saat kami sedang dalam perjalanan.

Adam menatapku sekilas, dan menancap gas lebih cepat untuk bisa sampai di tempat Lexy. Tangannya tak lepas menggenggam tanganku, aku menjadi lebih merasa percaya diri dan tenang.

Saat kami sampai, Lexy dan temannya sudah menunggu kami. Lexy memeluku, lebih tepatnya setengah meremukkan tulangku, Aku bisa merasakan kekhawatiran nya.

"All gonna be okay, we're here for u, u know that right?" sambil tersenyum dia memberikan kalimat penyemangat itu, aku mengangguk mantap. Karena memang ku tau aku mempunya orang yang akan ada untukku.

Aku memberikan Iphone ku pada temannya Lexy, dia melakukan sesuatu dengan laptopnya. Yang ku pahami sedikit, dia akan menggunakan program untuk mencari sinyal dari penelepon itu. Saat sinyal nya didapat, akan di dapat juga lokasinya.

"I got it" katanya, setelah hampir 30 menit berlalu

Dengan spontan aku, Lexy, dan Adam memandangi laptopnya. Tertera titik di map, alamat yang mungkin bisa menuntun kami pada si peneror itu. Meskipun hati kecil ku tak yakin akan semudah ini, tapi aku pun berharap ini sesuatu awal dalam mengungkap si peneror.

"Aku sudah pasang program di Iphone mu, jadi saat si peneror itu menelpon, akan langsung terdeteksi dimana lokasi dia menelpon" jelasnya sambil menyerahkan Iphone ku

"Thanks, apa yg anda lakukan akan sangat membantu kami" ucap Adam, menjabat tangan teman Lexy, sedikit terlihat possessive krn aku baru saja mau melakukannya. Tapi mengingat kondisi saat ini, aku tak ambil pusing.

"Are u sure wanna come? Aku rasa kau lebih baik disini, aku khawatir akan terjadi sesuatu kalau kau ikut" pinta Adam

Tapi hati ku terlalu gusar, untuk diam dan menunggu. Aku harus ikut, aku tak ingin terlihat lemah. Dan entah kenapa aku tak merasakan takut karena ada Adam yang akan menjagaku, yakinku.

Aku menggeleng "No, i must come. Dan aku tak takut karena ada dirimu yang akan menjagaku, ya kan?" sambil menatap penuh harap Adam mengizinkan aku ikut.

Sambil menghela nafas, Adam menganggukan kepalanya "But, kau tak boleh lepas dari ku"

"Tentu" jawabku, dan kami segera bergegas. Sementara Lexy menunggu kabar dari kami, sekaligus memonitor kalau ada sinyal yang tertangkap dari si peneror itu.

Akhirnya, setelah semua teror sialan itu. Aku akan mendapatkan sesuatu yang bisa mengantarku pada si peneror gila itu. Dia manusia pasti akan meninggalkan jejak atau kesalahan meskipun kecil, batinku. Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri. Sampai tak sadar, kalau sudah di lokasi tujuan. Yang ternyata adalah sebuah gedung terbengkalai.

Shit, dia memang terlalu pintar. Dia menelpon dari sini, bahkan tak ada kamera cctv di sekitar sini. Aku terlihat sedikit frustasi, sampai menendang sebuah kotak di dekatku. Bodoh memang, karena aku merasakan sakit setelahnya.

HOT RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang