"Gimana, enak kan?" tanyanya sewaktu aku mencicipi masakannya.
Aku mengacungkan jempolku sambil tersenyum. "Tau gini, aku dari dulu belajar memasak dari kamu aja." gurauku.
"Udah, cepetan makan nanti telat." katanya sambil menuangkan segelas susu untukku.
"Kamu lebih pintar mengurus rumah tangga daripada aku yang perempuan." ucapku di sela-sela makan.
"Kita saling melengkapi, Intan."
Aku hanya tersenyum.
Apakah itu benar, Raf? Mungkin kita memang saling melengkapi saat ini, tapi setelah kamu kembali pada dirimu sendiri, apa kau juga akan bilang begitu? Hah! Terkadang aku takut membayangkan berbagai kemungkinan.
"I love you." lanjutnya.
"I love you too.."
Uh, rasanya aku sendiri tak percaya aku bisa sangat fasih mengucapkan kalimat itu untuk Rafi. Kalimat yang sebenarnya sangat sulit kuucapkan. Tapi Rafi telah mengajariku mengucapkannya dengan dengan fasih dari jiwaku. Ya! Itu benar! Aku telah jatuh cinta pada Rafi, suamiku yang tengah amnesia.
"Tan, setuju nggak kalau kita ubah interior rumah. Aku rasa...." Rafi menjelaskan panjang lebar. Aku melirik arlojiku.
"Udah...udah...aku hampir telat. Aku setuju idemu. Besok kita kerjakan. Aku berangkat dulu ya." kataku sambil menyambar tas.
"Hati-hati, sayang!" masih sempat kudengar teriakan Rafi dari dalam rumah.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
SAAT KAMU BUKAN DIRIMU
Romance"Aku nggak mau tidur denganmu!" seruku saat laki-laki itu naik ke ranjangku. "Kamu mau menolak suamimu?" sahutnya santai sambil menyandarkan dirinya di kepala ranjang.