- Dago

2.4K 68 17
                                    

*1,5 tahun kemudian*

Satnite, Jalan Dago

seribu aja, seribu aja

seeeribu ajaaaa.......

seribu aja, seribu aja seeeribu ajaaaa.......

terdengar nyanyian atau lebih tepat lagi kalo gw sebut teriakan segerombolan mahasiswa tingkat dua sebuah perguruan tinggi negeri di bandung di depan sebuah tempat makan yang terletak di dekat perempatan jalan dago - jalan diponegoro - dan jalan sulanjana. awalnya, segerombolan mahasiswa tersebut hanya diam berdiri di tengah jalan sambil mengawasi semrawutnya arus lalu lintas kendaran yang melintasi dago kala itu. tetapi sewaktu lampu setopan (sory, orang bandung ngga kenal lampu merah. kenalnya setopan.) berubah warna menjadi merah, maka kendaraan yang semula lalu-lalang otomatis berhenti. seketika itu juga gw dan teman-teman yang semula berdiri jaim, langsung menyerbu dan mengelilingi sebuah mobil berplat "B". ada tiga orang yang berdiri di samping kaca pengemudi, dan sisanya berdiri di depan mobil sambil melakukan atraksi-atraksi ngga tau malu.

ada yang cuma ikutan tepuk tangan dan bernyanyi, tapi ada juga yang berjoget ala inul. sementara gw yang membawa gitar dan dua orang teman lainnya bernyanyi penggalan syair lagu yang ada di atas. gw sengaja membawa dua orang teman cewek yang good looking untuk menarik hati sang pengemudi mobil. biasanya sang pengemudi ada yang memberikan uang seikhlasnya, tetapi ada juga yang memberikan uang dua puluh ribu atau lima puluh ribuan karena tergoda olah dua orang bidadari yang sengaja berdandan maksimal malam itu. tak jarang ada beberapa pengemudi nakal (biasanya anak muda) yang meminta nomor telpon teman gw karena tadi dia merasa sudah memberikan uang 'lebih'. tapi ya namanya juga mahasiswa, harus banyak akal atuh. temen gw sengaja menggunakan nomor cadangan untuk sekedar mengiyakan permintaan mereka. permintaan orang-orang yang memang sengaja datang ke bandung untuk 'hunting' pacar dan sebagainya karena sebuah trademark turun temurun ; perempuan bandung itu gareulis (cantik-cantik) dan tak lupa laki-lakinya yang juga terkenal kararasep.

oke. kami bukan penipu, dan kami juga bukan pengamen profesional yang rela menyanyi sebuah lagu atau bahkan satu album. kami cuma sekumpulan mahasiswa biasa yang sedang membuang rasa malu mengumpulkan uang recehan untuk membiayai kegiatan kampus yang akan kami selenggarakan. anak- anak tingkat satu memang biasanya diserahi tugas sebagai staf danus (dana usaha). selain mencari sponsor, kami juga mengupayakan alternatif lain seperti berjualan makanan, minuman, pulsa, dan segala macam barang yang bisa dijual. ketika dana yang dibutuhkan masih terasa kurang, barulah kami 'turun ke jalan' seperti sekarang ; ada yang menyanyi di kafe, dan ada juga yang ngamen di sepanjang salah satu jalan keramat di bandung kala itu, jalan dago. biasanya ada tiga kelompok yang disebar di beberapa titik ; simpang dago, perempatan dukomsel dago, kemudian disepanjang jalan cilaki. kalo lagi beruntung, dalam satu malam per kelompok bisa mengumpulkan uang recehan sebanyak tiga ratus ribu lebih. tak lupa, dipotong beberapa persen untuk pengamen asli daerah dago yang lahannya kami pinjam malam itu. selain mengamen, kami juga turut menjual bunga mawar merah/putih yang sebelumnya kami beli di wastukencana kemudian kami jual lagi dengan harga dua kali lipat.

biasanya kami mulai mengamen sekitar pukul tujuh sampai jam sepuluh malam. tak lupa, di masing- masing kelompok selalu disisipkan beberapa orang pemanis baik itu cowok atau cewek untuk menarik perhatian. selesai mengeroyok satu mobil dan mengucapkan terima kasih, kami langsung mencari mangsa baru yang biasanya berplat "B". kenapa harus plat "B"? ya karena pada kenyataannya, tiap akhir pekan, kota bandung berubah menjadi lautan kendaraan dengan plat nomor "B". jadi, itung-itung bayar pajak bikin macet dan buang asap knalpot. hehehe. dulu (sekarang ngga terlalu), di sepanjang jalan dago masih berdiri puluhan bahkan ratusan tenda dadakan setiap malam minggu yang didirikan oleh pedagang kaki lima, masyarakat sekitar dan mahasiswa. tak lupa, sebagian warga kota bandung juga ada yang sengaja berkumpul di jalan dago sesuai dengan kelompok/gank nya masing-masing.

Cerita Secangkir KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang