Sekali berubah - takkan jadi seperti dulu lagi. Entah apa silap dia - entah apa yang aku mahu dari dia. Dilayannya aku penuh kasih sayang. Dilayan bagai puteri - salah - dilayan bagai bidadari - salah. Mungkin lebih senang di abai.
Di abai - pedih juga kadang.
"Bebaslah kau teman, pergilah kau berdikari. Kita masing-masing punya hala tuju dan impian sendiri"
Sering di pujuk ke tuan punya badan - agar sendiri tahu berdikari - agar dia tahu erti berkehidupan sendiri.
Ya - aku tak punya banyak masa untuk aku penuhkan ke kamu - setiap masa dan ketika - kalau aku tiada? Kemana kau mahu pergi?
Bukan - bukan aku benci - apatah lagi dengki. Cuma - aku ingin kau sentiasa tahu - yang nama kawannya itu - bukan cuma aku.
Sebulan. Aku cuba hilangkan diri dari kamu - berharap agar kau tahu berdikari.
Lepas aku kembali - dia bukan dia. Lain sungguh - situasi kekok - bergelak ketawa pun entah ada ikhlas atau tak.
Aku biar - mungkin dia terluka aku pergi dari dia. Aku biar lagi.
Lama-lama, lain benar rasa hati - pedih juga jiwa - kosong hidup tiada gelak ketawa dia. Aku cuba berhubung- lain - lain dari siapa dia.
Teman - maaf - saat aku tiada - bukan bererti aku benci - bukan aku mahu menjauhi - tapi aku mahu kau berdikari tanpa aku.
Berita tentang ibu kau - kekasih kau - aku minta maaf. Sedang sepatutnya sebulan aku menghilang itu aku perlu berada di sisi kau - biar hanya pendengar setia - namun aku hilang - dan kau - pelbagai dugaan dijalani sendiri - maaf teman.
Kalau lah aku kekal sabar - dan cuba faham situasi kau untuk sebulan yang lepas - pasti akan aku usap airmata mu.
Tabahnya kau - tiada kau berbunyi untuk itu - mengadu pun tiada.
Ya - tiada silapnya pada kau -cuma aku - teman yang tak tahu bersyukur.
Harapan aku - di tahun yang terakhir ini -hubungan kita kembali seperti pertamanya kita menjadi teman sebilik.
