Hari yang sama seperti hari biasanya, dimana aku tak tahu manakah pagi dan manakah malam, kau tahu kenapa? Karena di kota Margin selalu gelap, tak ada pancaran cahaya mentari, hanya angka digital yang menunjukkan pukul 7am.
Aku memakan Red Pill yang tersedia di meja makan, setelah itu ku telan Blue Pill untuk menghilangkan dahagaku.
Aku butuh kekuatan ekstra hari ini, karena aku diminta untuk membantu Prof. Hou mengerjakan projectnya di laboratorium. Sebenarnya aku tak mau, karena memang aku tak punya bakat dibidang science, tapi apa boleh buat Prof. Hou memaksaku.
Laboratorium Prof. Hou berada cukup jauh dari rumah, dan letaknya pun aku tak tahu pasti, hanya saja aku harus berjalan ke sebuah bangunan usang dekat pengelolaan limbah, setidaknya seperti itulah yang dikatakan Prof. Hou.
"Hey Daren, aku pergi dulu kau jaga rumah ya"
"Siap kapten Edward"
Aku sangat senang dengan semangat Daren, ia bercita-cita menjadi anggota YSA (Young Space Academy) sebuah akademi bagi anak-anak mudah berbakat dibidang astronomi juga tentu yang memiliki kekuatan fisik dan mental. Setiap anak muda di Bumi bisa menjadi anggota YSA tak terkecuali bagi mereka yang hidup di kota buangan, Margin. Tapi, persaingan sangat ketat, karena mereka harus bisa lolos tes sebagai seorang astronot.
Aku berharap suatu saat nanti Daren bisa menjadi anggota YSA yang hebat dan dapat merubah kondisi saat ini.
***
Keadaan kota Margin mulai ramai dengan segala riuk piuk suara hentakan kaki, dimana orang-orang lalu lalang menjalani aktivitas mereka. Tak ada kendaraan canggih seperti mobil yang bisa terbang atau kendaraan masa depan seperti film-film fiksi, mengapa? Ya, karena penduduk Margin adalah kaum miskin yang tak mampu membeli alat atau kendaraan canggih.
Aku terhenti sejenak dan orang-orang disekitarku pun ikut berhenti. Sebuah layar hologram raksasa menampilkan gambar presiden Veltron. Semua aktivitas kala itu terhenti seperti sedang pause. Kami serentak menatap layar hologram yang super besar itu.
"Warga Bumi yang aku cintai, ada pemberitahuan penting yang harus kami sampaikan. Mohon waktu dan perhatiannya. Kami baru-baru ini mendapatkan data dari hasil observasi dan penelitian selama bertahun-tahun oleh Planetary Research and Observation Centre (PROC) tentang penemuan sebuah planet yang masuk kedalam daftar planet layak huni. Dalam waktu dekat ini tim dari PROC akan bekerja sama dengan YSA untuk melakukan ekspedisi antar galaxy untuk mengetahui apakah planet yang kami sebut Planet X ini 100% layak huni. Demikian penyampaian kami"
Tiba-tiba layar hologram yang menampilkan sang presiden berganti menjadi tayangan berupa iklan-iklan produk. Seketika pun semua orang sontak bubar tanpa ada perasaan senang dengan info tadi, justru mereka terlihat sangat murung.
Aku tak mengerti ada apa dengan mereka, bukannya merasa senang justru mereka nampak sangat sedih.
Tanpa sadar aku sudah berada di depan bangunan usang dekat pabrik limbah. Aku memberanikan diri memasuki gedung tua yang gelap tanpa penerangan. Tiba-tiba terdengar suara bising seperti suara kikisan besi, aku mendekati suara itu perlahan namun pasti.
"Akhirnya kau tiba juga, kau terlambat 10 menit"
"Ehh.. hmm.. anu.. maaf profesor"
Aku sontak terhenti, Prof. Hou mengetahui keberadaanku yang saat itu dalam posisi mengendap-endap.
"Sudahlah cepat kemari, tolong aku mengangkat besi-besi ini"
Dengan sigap aku mengangkat besi-besi yang cukup banyak itu, untung ukurannya kecil hingga bisa ku angkut sekaligus.
Aku mengikuti Prof. Hou memasuki ruang bawa tanah dengan berbagai macam lorong di dalamnya. Berbekal sebuah senter kecil kami menyisiri lorong demi lorong, hingga kami tiba di depan pintu baja berukuran sangat besar.
Prof. Hou menekan panel digital dengan urutan angka-angka seperti code, hingga pintu besar itu terbuka dan luar biasa apa yang kulihat tak bisa ku percaya, sebuah ruangan laboratorium besar nan megah, berbagai macam alat-alat canggih ada disini, dan yang menarik perhatianku adalah sebuah pesawat berukuran cukup besar yang sangat megah.
Aku terus menatap pesawat itu sambil meletakan besi-besi pada tempat dimana profesor menunjuk dengan jari nya.
"Profesor Pesawat apa itu?"
Aku melontarkan pernyataan dengan mata yang tak bergerak menatap kemegahan pesawat itu.
"Oh itu? Itu adalah proyek yang sedang ku jalani"
Aku pun teringat dengan berita yang diberikan oleh presiden tadi.
"Apakah itu pesawat luar angkasa yang akan membawa umat manusia ke Planet X seperti yang dikatakan oleh presiden?"
"Apa? Pesawat apa? Planet X? Apa maksudmu?"
Prof. Hou tampak bingung dengan perkataanku, tampak jelas dari ekspresi wajahnya yang mengkerut.
"Jadi profesor belum tahu soal berita tentang Planet X?"
Profesor tampak serius dan sangat ingin mengetahui berita tentang Planet X ini sampai-sampai ia menghentikan segala aktivitasnya dan duduk di sebuah kursi demi untuk mendengarkanku.
"Katakan padaku yang kau ketahui tentang Planet X?"
"Saat perjalananku kesini, presiden menyampaikan sebuah berita besar tentang planet layak huni, planet itu diberi nama Planet X. Dalam waktu dekat tim dari PROC akan bekerja sama dengan YSA untuk melakukan ekspedisi antar galaxy untuk meneliti Planet X tersebut. Itulah ku tahu"
"Hm jadi begitu ya?"
Prof. Hou bangkit dari tempat duduk nya dan menatap pesawat besar yang sukses membuatku penasaran apa kegunaannya.
"Sebentar lagi siap"
Apa maksud perkataan Prof. Hou dan pesawat apa itu sebenarnya, masih menjadi misteri tersendiri bagiku, setiap kali ku tanya tentang pesawat itu, prof. Hou tak pernah mau menjawab pertanyaanku.
***
Hari ini aku merasa sangat lelah, ya mungkin beberapa pekerjaan berat di laboratorium prof. Hou cukup menguras tenagaku.
Langsung ku rebahkan tubuhku ke ranjang tempat tidurku, dan ku pejamkan mataku.
"Bangun! Ed bangunanlah!"
Suara ini sangat menganggu tidurku hingga aku terbangun.
"Ia ia aku bangun, ada apa Daren?"
"Apa tahu itu? Apa kau melihatnya?"
Dengan perasaan cukup lelah aku coba memahami perkataan bocah 12 tahun ini.
"Apa maksudmu?"
"Presiden mengumumkan sebuah berita penting tentang ekspedisi antar galaxy"
"Lalu apa maksudmu?"
"Aku akan ikut seleksi Young Space Academy, dan ikut dalam ekspedisi itu. Dan yang membuatku bahagia, peserta seleksi bisa masuk zona Veltron. Bukankah itu keren Ed?"
Aku hanya tersenyum dan mengangguk.
"Akan ku beri tahu ini pada profesor"
Lalu Daren pergi meninggalkan kamarku dengan perasaan riang gembira. Aku sangat senang jika melihat Daren tersenyum, ia sudah kuanggap adikku sendiri.
"Kota Veltron huh?"
Aku sangat ingin melihat kota besar seperti Veltron, akupun juga ingin melihat dan menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri. Dari rumor yang beredar, orang-orang di Veltron dapat merasakan matahari dan perputaran waktu antara siang dan malam.
"Veltron City? Seperti apakah hidup disana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EARTH IN 2150
Science FictionAsteroid besar menghantam Bumi membawa bencana bagi peradaban umat manusia, sebuah alat dibuat untuk mencegah kepunahan. Efek samping dari alat ini membuat manusia berhibernasi selama bertahun-tahun dan akan mengalami amnesia bahkan hilang ingatan s...