Veltron's Gate, gerbang besar berlapis baja kini membentang luas di hadapan kami. Upaya menembus gerbang pun terasa semakin mustahil, bahkan hampir sebagian pasukan kami mulai menyerah setelah tidak ada satupun dari senjata kami yang bisa menembus gerbang tersebut.
"Hancurkan gerbang itu!" tiba-tiba Profesor berkata dengan lantangnya pada pilot yang mengendarai pesawat itu.
Aku hanya terdiam. Mana mungkin bisa menembus gerbang itu? Entahlah. Jika Profesor berkata demikian pasti ada cara menghancurkannya.
"Baik Profesor" ucap pilot itu dengan tegas.
"Pasukan garis depan tolong menyingkir kami akan menghancurkan gerbang itu" sambungnya melalui sebuah mikrofon yang ada di depannya.
Aku mendengar sebuah dengungan dari dalam pesawat. Arahnya dari bawa pesawat. Dan tiba-tiba sebuah sinar laser berwarna merah mengarah lurus kedepan gerbang dan duuaarrrr!!! Gumpalan asap memenuhi area sekitar gerbang. Perlahan asap mulai minipis dan terlihat gerbang sudah hancur. Seketika suasana menjadi riuh dengan teriakan-teriakan dari para pasukan kami. Segara kami bergegas masuk melewati perbatasan.
Kilauan cahaya berwarna merah menyala sepanjang dinding yang membatasi Margin dan Veltron. Sirine berbunyi bergitu keras. Tapi kami tidak gentar. Pasukan kami terus maju kedepan.
"Red code, red code! Veltron's Gate telah hancur. Siaga 3, siaga 3!" suara tersebut berkumandang di seluruh kota Veltron.
Dari kejauhan kami melihat segerombolan Poltron dan Cyborg berdiri tegap membentuk barikade untuk menghalangi kami. Bakutembak tak terelakkan. Satu persatu pasukan kami gugur di tembak dengan senjata laser.
"Profesor jika terus begini, garis depan kita akan hancur. Berikan perintahmu" salah seorang pilot terlihat begitu panik.
"Suruh Alpha 2 dan 3 untuk menyerang barikade tersebut" kata Profesor.
"Baik Profesor. Alpha 2, Alpha 3 lakukan penyerangan!"
"Alpha 2, siap!"
"Alpha 3, siap!"
Kini Alpha 2 dan 3 yang berada di sisi kiri dan kanan, langsung bermanuver dan bergegas menuju garis depan. Para Poltron dan Cyborg mulai menembaki pesawat kami namun nihil, tidak ada satupun senjata mereka yang dapat merusak pesawat canggih yang kami dan Profesor buat. Aku melihat puluhan misil beterbangan menuju barikade di depan kami. Ledakan dahsyat terjadi dan baride yang tadinya menghalangi kami kini telah lenyap ditelan puluhan misil kami.
Profesor berjalan mendekati mikrofon yang ada di kokpit pesawat, ia menghela nafsa kemudian mulai berbicara.
"Baiklah para perjuangku yang berani. Inilah saatnya kita untuk menunjukkan siapa. Majulah aku bersama kalian!"
Serentak kebisingan pun terdengar dari arah depan pesawat. Semua pasukan kian membara setelah mendengar apa yang dikatakan Profesor. Mereka pun maju mulai memasuki perkotaan. Para warga terlihat berhamburan dan beberapa harus merengang nyawa akibat tembakan ratusan peluru dan laser yang menembus tubuh mereka. Ada yang terbakar adapun yang harus bersimbah darah. Pemandangan yang mengerikan tapi aku melihat kearah mata Profesor nampaknya tidak ada keraguan disana, hanya semangat yang membara.
Tak begitu lama pasukan kami menembus bibir kota dan menguasainya. Namun masalah besar kini muncul ketika ratusan Poltron dan Cyborg bahkan puluhan pesawat berbentuk oval perlahan mendekat. Aku tahu populasi Veltron lebih sedikit dari kami, dan aku sudah meneliti selama beberapa bulan ini tapi aku tak pernah melihat pasukan sebanyak ini.
Apa ini? Apakah ada yang kulewatkan? Mengapa mereka mempunyai militer sebanyak ini? Pasukan mereka melebihi pasukan kami. Apakah kita bisa melawan mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
EARTH IN 2150
Science FictionAsteroid besar menghantam Bumi membawa bencana bagi peradaban umat manusia, sebuah alat dibuat untuk mencegah kepunahan. Efek samping dari alat ini membuat manusia berhibernasi selama bertahun-tahun dan akan mengalami amnesia bahkan hilang ingatan s...