Aku tak mengerti dengan apa yang terjadi 2 jam yang lalu. Mencoba menerkah-nerkah sesuatu yang ganjal di rongga tubuh, perasaan atau hati? Entahlah. Sesuatu itu terasa begitu aneh, tapi tak begitu asing. Sepertinya pernah kualami dimasa laluku, cinta? Mungkin saja. Tetapi hal itulah yang membuat aku dan Clary semakin dekat dari 2 jam yang lalu ketika sebuah rangkaian kalimat "cinta" terucap dari bibir mungilnya-Clary. Entah mengapa seketika kata itu membuat semua ini terasa mudah.
Kini aku dan Clary berada di puncak gedung WTC. Pemandangan malam yang begitu indah, kerlap-kerlip cahaya lampu kala memandang kearah kota Veltron, dari ketinggian gedung ini. Suasana romantis kian tercipta diantara kami. Bau wewangian dari parfum yang dipakai oleh Clary menambah daya pikatnya. Aku dan Clary berdiri tepat di ujung gedung yang di pagari tembok setinggi dada kami.
"Aku sering kesini, disaat aku sedih bahkan disaat aku senang"
Aku hanya menatap diam dia yang berdiri disampingku dengan senyum manis yang ada di bibirnya.
"Apa yang kau lihat?"
Pernyataannya itu cukup menyadarkanku dari lamunanku. Aku sontak menolehkan pandangan kearah yang tak jelas.
"Kau tahu Ed, aku selalu memimpikan Bumi dimasa yang lalu, dimana pepohonan dan tumbuh-tumbuhan bebas hidup di iklim yang sejuk. Aku ingin sekali berlari di rerumputan yang hijau nan luas. Berlari hingga terjatuh dan berbaring di hamparan rumput hijau serta merasakan aroma bumi yang masih sejuk..."
Ia berhenti sejenak dan menghela nafas lalu melanjutkan ucapannya.
"...tapi itu hanya sebuah mimpi yang akan segera lenyap"
Ia menoleh kearahku dengan tatapan sayup penuh harapan. Aku hanya membalasnya dengan senyum.
"Apa kau mempunyai mimpi?"
"A-aku?.. entahlah, mungkin sebuah kebenaran"
"Kebenaran? Apa maksudmu?"
Tatapan kebingungan ia lontarkan kearahku. Belum sempat aku membalasnya, bibirnya mulai bergerak.
"Kebenaran ya? Andai kau tahu siapa aku, mungkin kau takkan mau berada disini denganku"
"Apa maksudmu?"
Kini rawut wajah sedih dan kepala yang tertunduk menjadi pemandanganku kali ini. Aku coba menenangkannya dengan memegang bahunya.
"Sudahlah, jangan bersedih"
"Ed, ada yang ingin aku sampaikan"
Ia mengangkat kepalanya, menatapku dengan keragu-raguan yang begitu nampak lewat mimik yang di tunjukkannya.
"Umat manusia akan segera musnah, tak ada yang bisa menghentikannya"
"A-apa maksudmu? M-manusia? Musnah?"
"Ya, proyek Ekspedisi antar galaxy sebenarnya adalah proyek untuk mengelabuhi umat manusia, yang sebenarnya adalah proyek pemusnahan massal. Kau pasti terkejut jika dalang dari semua ini adalah.... a..yahku sendiri"
Seketika itu wajahnya kian murung. Seperti sebuah jatuhan komet yang langsung menghancurkan seisi bumi.
Aku lagi-lagi berusaha menghiburnya. Di lain sisi, ini kesempatan yang baik untuk mendapatkan informasi, tapi di lain sisi aku seakan merasa ibah dengan keadaan Clary.
"Akan kuantar kau pulang, mungkin kau bisa lebih tenang dengan beristirahat"
Anggukan kepala menandakan sebuah ungkapan "ya". Segera aku membawanya pulang.
Sesampainya di depan apartemen, tanpa sepatah katapun ia mulai melangkah masuk. Sebelum pintu tertutup, sebuah ungkapan terdengar.
"Tolong aku, hentikan ayahku"
Lalu pintu apartement pun mulai menutup. Segera kaki ini melangkah menjauh dari apartement Clary.
Dalam perjalanan pulang menggunakan taxi, otak ini terus berpikir mencoba menerkah makna dari perkataan Clary. Apa pemusnahan massal segera dilakukan? Ataukah mungkin malam ini?
Aku tak tahu harus menghentikan semua ini dengan cara apa, dan bagaimana. Entah Ben atau John tak pernah mengatakan cara menghentikan semua ini. Haruskah aku membunuh orang nomor satu di Bumi dan menjadi target incaran para pengikutnya? Semua spekulasi ini sungguh membingungkan serta beresiko besar. Ben, mungkin aku harus meminta saran darinya.
"Kita sudah sampai tuan"
Suara supir taxi menyadarkanku bahwa aku tepat berada di depan apartement. Aku memberi sejumlah uang dan taxi itu segera beranjak menghilang di udara.
Panel angka nomor 10 menjadi tujuan lift yang ku naiki menuju ruang apartement Ben.
Ting! Bunyi lift serentak dengan terbukanya pintu lift.
Segera aku bergegas menuju ruang apartement Ben tepat di ujung lorong. Hal yang membuatku terkejut ketika menyaksikan sebuah pertunjukkan dimana Ben dan Presiden serta para pengawal Presiden yang berjumlah 2 orang sedang berbicang tepat di depan apartement Ben.
Mengintip dari balik tembok, itulah yang kulakukan. Aku mencoba mendengarkan perbincangan mereka tapi hanya bagian akhir yang bisa kudengar.
"...terima kasih atas kerjasamanya, kau sungguh bisa diandalkan"
Sebuah jabatan tangan mengakhiri percakapan mereka. Merasa keberadaanku akan diketahui, segera kaki ini mengambil langkah seribu menuju lift yang tertutup.
Aku terus menekan berulang-ulang tombol dengan logo arah panah kebawa. Perasaan ini semakin bergejolak, keringat mulai bercucuran, udara terasa seakan-akan begitu membakar ketika langkah kaki Presiden perlahan mulai mendekat.
Ting! Pintu lift pun mulai terbuka. Segera kutekan tombol dengan angka 1, sialnya pintu liftnya tak mau menutup. Sial!
"Ayolah!"
Bayangan hitampun mulai membesar menandakan mereka berada mungkin hitungan centimeter dari belokkan lorong apartement.
Hingga akhirnya pintu lift pun mulai menutup. Perasaan legah kini mulai terasa, seperti terbebas dari sebuah belenggu yang mengikat.
Di lantai 1 aku berada, coba bersembunyi dengan membalikkan badan menatap kearah luar. Langkah kaki pun mulai terdengar seiring pintu lift menutup. Presiden dan pengawalnya berlalu dengan menaiki sebuah Limousine [?].
***
Teettt!
"Makan malamnya bagaimana?"
Sumber suara yang tak asing di telingaku. Aku menoleh kearah sumber suara yang tak lain tak bukan adalah Ben.
"Lumayan"
"Ayolah kesini, ceritakan padaku"
Ben pun mulai menepuk-nepuk sebuah kursi berlapis platinum yang mengkilap. Dengan berpura-pura malas, aku mendekatinya dan duduk disampingnya.
Entah apa yang merasuk otak ini, aku seperti menaruh curiga kepada Ben. Aku coba mengkait-kaitkan dengan ucapan Clary tentang ayahnya. Kunjungan Presiden hal yang biasa jika itu berhubungan dengan pekerjaan, mengingat Ben adalah kepala YSA, tapi cukup aneh jika harus bertemu selarut ini, dan mengapa harus bertemu secara langsung? Ada hal yang terasa ganjil disini.
"Kenapa kau menatapku seperti itu? Cepat ceritakan hubungan kalian"
Aku tak menghiraukan perkataan Ben. Yang terus kulakukan adalah menatap matanya dan coba membaca mimik wajahnya. Apa ku tanyakan saja maksud kedatangan Presiden? Ah.. mungkin sebaiknya jangan, perlahan akan kuselidiki semua kejanggalan ini. Hal busuk walau disembunyikan dengan baik, pada akhirnya akan tercium juga. Aku hanya harus memastikan semua ini.
"Kami baik-baik saja. Aku butuh istirahat"
"Ah kau ini sangat membosankan. Yasudah tidurlah"
Aku mengangkat tubuh ini untuk berdiri, dan menuju ke kamarku. Aku terus mengulang rangkaian kejadian dimulai dari tenpat misterius di area terlarang, ucapan Clary dan kedatangan Presiden. Banyak spekulasi yang muncul tapi tak satupun yang bisa ku pastikan keakuratannya.
Suatu saat semua ini akan terungkap, cepat atau lambat. Semuanya pasti.
[?] Limousine/limo adalah mobil sedan mewah, biasanya digunakan oleh kaum bangsawan maupun petinggi negara.
KAMU SEDANG MEMBACA
EARTH IN 2150
Science FictionAsteroid besar menghantam Bumi membawa bencana bagi peradaban umat manusia, sebuah alat dibuat untuk mencegah kepunahan. Efek samping dari alat ini membuat manusia berhibernasi selama bertahun-tahun dan akan mengalami amnesia bahkan hilang ingatan s...