6] Clary Rosemary

5.4K 379 14
                                    

Bangunan besar nan megah, dinding yang didekorasi sedemikian rupa hingga nampak indah membuat setiap orang didalamnya merasa nyaman. Ribuan kursi berjejer dengan rapih dengan sebuah panggung pementasan yang besar dan pusat perhatian ribuan orang yang hadir untuk mendengar konser akbar dari musisi piano ternama di muka Bumi ini. Clary Rosemary, wanita cantik berkulit putih, dengan rambut panjang nan lurus berwarna kecoklatan, postur tubuh yang sangat ideal menambah pesona wanita yang menabrakku waktu itu.

Aku tak tahu jika dia seorang musisi yang tersohor. Begitu cantik, dengan talenta yang tak semua orang bisa memilikinya, wanita tercantik? Ya, Clary Rosemary wanita tercantik yang pernah kutemui sepanjang hidupku.

Jari-jemari yang bergerak kesana kemari, menciptakan nada-nada yang begitu harmonis yang begitu indah dengan frekuensi yang tepat, masuk ke telinga setiap penonton termasuk diriku.

Sempurna, kata yang mendeskripsikan perasaan hatiku saat ini. Tatapan mata birunya kala menatapku waktu itu-gedung YSA-sudah cukup membuatku tertarik pada wanita yang seumuran denganku, jika ku tafsir.

Deretan lagu demi lagu yang berhasil menciptakan berbagai ekspresi dari para penonton, ada yang menangis, ada yang tersenyum ada pula yang hanya menampakkan ekspresi yang tidak puas atau apalah itu yang membuatku sedikit kesal, di tengah keindahan lagu dan musisinya masih saja ada yang tidak menyukainya.

2 jam sudah konser akbar berlangsung, hingga seorang berpakaian rapih menutup rangkaian acara yang tersusun. Puas, itulah yang kurasa, bisa mendengar lagu-lagu yang indah serta bisa melihat Clary membuatku cukup relax ditengah misi sulit yang kujalani.

***

"Terima kasih atas kedatangannya" ucapan kedua wanita yang berjaga di pintu keluar gedung konser.

Aku segera melangkahkan kakiku untuk menuju rumah Ben, jaraknya lumayan jauh, 2 blok dari gedung konser. Langkah demi langkah menuntunku pulang kearah yang kutujuh.

Kutekan tombol lift dan segera naik menuju lantai dimana rumah Ben berada.

"Aku pulang" kataku saat membuka pintu rumah Ben.

"Hey Ed, bisa aku bicara sebentar?"

"Tentu"

Segera aku menuju kearah Ben yang duduk di sofa yang terletak di ruangan tengah.

"Ada apa Ben?" Sambil aku membungkukkan tubuhku dan duduk di sofa empuk milik Ben.

"Ini dia, coba kau lihat" Ben menyodorkan sebuah foto.

"Bukankah dia Clary Rosemary?"

"Benar. Apa kau tahu siapa dia?"

"Yang kutahu dia seorang musisi terkenal"

"Dia memang musisi terkenal, tapi yang lebih penting lagi, dia adalah putri tunggal Grendy Duntsman, Presiden Veltron"

"Lalu apa yang kulakukan?"

Ben menatapku dengan mantap seakan tak menandakan keraguan di matanya.

"Dekati dia, cari informasi mengenai ayahnya!"

"Apa?!" Aku cukup terkejut dengan pernyataan Ben. "Mendekatinya? Apa kau gila?" Kataku melanjutkan.

"Aku yakin kau pasti bisa, aku juga sudah berdiskusi dengan John, kami sepakat bahwa kau harus melakukannya"

"Aku?"

Ben memegang bahuku dan berkata "Ya kau bisa, aku percaya padamu. Cari informasi darinya"

Aku hanya menganggukkan kepalaku pertanda setujuh dengan hal itu.

"Terima kasih Ed. Aku mau istirahat. Selamat malam Ed."

"Hm ya Ben, selamat malam"

Satu lagi misi yang harus kutanggung. Di lain sisi aku cukup senang karena bisa mendekati Clary, tapi aku cukup takut mendekati wanita yang sempurna yang ternyata putri tunggal dari orang nomor satu di Bumi. Mungkinkah aku bisa? Mungkin dia tertarik padaku yang bukan siapa-siapa ini, ditambah jika dia mengetahui dari mana aku berasal, akkhhh hal ini cukup membuatku gila.

3 bulan yang cukup sulit bagiku, akupun tak tahu kabar profesor Hougens pun Daren. Apakah mereka baik-baik saja? Misi ini membuatku gila, benar-benar gila!

***

Sepekan yang tak membuahkan hasil. Clary, target misi tak kunjung menampakkan diri selepas konsernya.

"Ini dia pesanannya tuan, selamat menikmati" suara pelayan restauran cukup menyadarkanku dari lamunanku.

"Oh, ya, ya terima kasih"

Pelayan itu membungkuk dan segera meninggalkan meja makan.

Aku cukup lelah, makan di restauran untuk merasakan sensasi makanan yang terbuat dari sinar ultraviolet yang entah apa namanya, mungkin Burrito atau sejenisnya? Aku tak tahu. Hal ini mengurangi kepenatanku mencari keberadaan Clary.

Disela-sela kegiatan menyantap makananku, sosok yang tak asing menampakkan dirinya di sudut restauran ini. Clary, dialah yang ku maksud.

Otak ku segera bekerja mengetahui keberadaan Clary, segera ku ambil sapu tangan yang terletak dimeja makan, sebuah pena yang menggantung dibalik saku jasku menjadi alasan yang tepat untuk mendekatinya.

Tanpa ragu segera ku dekati wanita cantik yang sukses membuatku terpesona saat pertama kali melihatnya.

"Hm, maaf apa kau Clary Rosemary musisi terkenal itu?"

"Oh ya, itu aku"

"Boleh aku duduk?"

"Tentu, mengapa tidak?"

"Thanks. Ngomong-ngomong aku penggemar beratmu, bisa aku minta tanda tanganmu?" Aku menyodorkan sapu tangan dan sebuah pena.

Ia pun mengangguk dan menyambut tanganku seraya menuliskan coretan-coretan sebagai tanda tangannya dan mengembalikannya padaku.

"Thanks Clary Rosemary"

"Tidak, tidak, tidak. Jangan panggil aku dengan nama lengkapku itu sedikit aneh, kau tahu? panggil saja aku Clary"

"B-baiklah, Clary"

"Maaf sudah menganggu" aku segera bergegas meninggalkan meja Clary dan memberinya kesempatan untuk menyantap makanan yang juga sampai bertepatan setelah ucapanku.

"Tunggu sebentar"

"Hm, ya?" Aku membalikkan tubuhku dan menatap Clary.

"Siapa namamu?"

"Aku Edward, Edward McBrown"

"Oke Edward, karena kau sudah menganggu waktuku dan telah kuberikan tanda tanganku, kau harus bertanggung jawab dan menemaniku menghabiskan makanan ini"

"Aku? Lainkali saja" aku segera membalikkan tubuhku dan bermaksud meninggalkannya.

"Jika kau pergi, akan ku ambil kembali sapu tangan itu!"

Aku terdiam, sepertinya rencanaku berjalan dengan lancar. Memasang rawut wajah malas seakan tak mau, adalah cara jitu untuk memberi rasa penasaran wanita yang mengajakmu makan malam bersama.

Aku pun duduk dikursi yang berhadapan langsung dengan Clary. Kami pun mulai menikmati makan yang tersedia.

"Oh ya Edward, sepertinya kita pernah bertemu, benarkan?"

"Hm? Aku tak tahu" sikap dingin seakan tak tahu apa-apa membuat wanita menaru perhatian padamu. Dan itu berhasil padaku.

"Mungkin aku salah, maaf"

"Tak apa"

Clary tak tahu, jika aku dan dia pernah bertemu ketika kami bertabrakan. Tak memberi tahunya akan lebih baik demi kelancaran rencanaku.

Kami bercakap-cakap tentang banyak hal bahkan setelah makanan kami habis, tak terasa bahkan hingga pelanggan restauran tersisa aku dan dia.

Dari tatapan matanya dan gerak tubuhnya mengisyaratkan bahwa ia tertarik padaku dan jika benar maka langkah pertama sudah berhasil.

EARTH IN 2150Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang