Atmosfir ketegangan dalam ruangan rapat begitu kental terasa. Rapat besar yang sudah berjalan kurang lebih 2 jam setengah, masih belum bisa menemukan titik terang dari hasil pembahasan yang di rapatkan. Aku senantiasa menunggu keputusan yang akan diambil karena apa yang di putuskan dalam rapat ini, itu akan membawaku kembali ke kota Margin untuk menyampaikan informasi yang sudah ku gali selama berbulan-bulan. Semoga rapat ini segera selesai dan menemukan keputusan finalnya.
Setiap divisi masih terlihat saling berdiskusi sembari menunggu keputusan yang akan segera diumumkan oleh pimpinan rapat. Menunggu dengan cemas, semua terlihat begitu gelisah. Aku tahu apa yang akan terjadi, melalui pengamatan dan informasi yang telah ku sejajarkan menjadi rentetan petunjuk-petunjuk tentang maksud yang terselubung dari proyek Ekpedisi ini. Semua berkat Clary. Hanya ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, jika keputusan Ekpedisi Antar Galaxy disetujui maka sebagian manusia terancam punah. Kedua, jika manusia tetap bertahan di Bumi yang semakin terpuruk, mungkin takkan ada satu manusiapun yang tersisa.
"Mencoba memikirkan apa yang akan terjadi?"
Ucap Clary sukses membuatku sadar dari lamunanku.
"Hm. Entahlah"
"Jangan kau pikirkan apa yang akan terjadi, coba berpikir bagaimana cara menghentikan semua konspirasi ini"
"Maukah kau membantuku?"
Aku menatapnya, mencoba menembus ruang baik dalam hatinya melalui tatapan mata.
"Akan ku bantu sebisaku. Ingatlah, hal ini sangat beresiko, kau mungkin akan terbunuh!"
"Hm! Hm..."
Pembicaraan antara aku dan Clary terhenti ketika suara seseorang menggema di seluruh ruangan rapat.
"...kami sudah memutuskan secara matang-matang, segala konsekuensi buruknya sudah kami pertimbangkan. Proyek Ekpedisi Antar Galaxy akan tetap dilakukan, hal ini untuk mengantisipasi kondisi Bumi yang semakin sekarat. Tujuan kita yaitu menuju sebuah planet yang telah diobservasi selama bertahun-tahun oleh PROC, planet itu kami sebut Planet X seperti yang telah di sampaikan oleh pak Presiden beberaa waktu lalu. Dan untuk proyek ini kami PROC akan bekerja sama dengan divisi YSA untuk mengatur keseluruhannya. Untuk pengaturan kami serahkan kepada yang bersangkutan, silahkan Kapten Ben"
John segera duduk setelah menyampaikan hasil diskus mereka. Dan kini, giliran Ben yang berdiri memegang kendali rapat untuk menyampaikan hal penting.
"Terima Kasih John. ...seperti yang telah dikatakan tadi, aku selaku pimpinan divisi Young Space Academy, kami akan berusaha semampu kami untuk merangkum segala persiapan agar dapat terlaksana dengan baik. Untuk evakuasi keseluruhan akan di mulai dalam waktu 10 hari lagi. Apa ada yang keberatan?"
Semua peserta rapat saling tatap menatap, menggelengkan kepala dan mulai menimbulkan bisik-bisik tapi untung saja tak satupun yang berusaha memprotes dan kelancaran rapat pun terlaksana dengan baik. Keputusan pun sudah diambil, 10 hari dari sekarang manusia akan dievakuasi menuju Planet X. Tapi hal itu berarti sebaliknya, pemusnahan masal akan dimulai 10 hari dari sekarang. Sayangnya, tak semua orang mengetahui hal tersebut, hanya segelintir orang di balik jas berdasinya yang tahu semua ini.
Perlahan ruangan mulai mengosong, peserta rapat satu persatu meninggalkan ruang rapat tak terkecuali Clary yang pergi tanpa sepatah katapun. Aku masih duduk dan berdiam diri dan terus mencoba berfikir apa yang harus kulakukan sekarang. Mereka--orang-orang dibalik konspirasi ini--menjalankan rencana kotor mereka dengan baik, tak nampak secara kasat mata. Tapi aku, aku tahu semua konspirasi ini, hanya saja cara menghentikan yang justru membuatku ragu-ragu dan tak satupun yang bisa membantu. Semua yang ku kenal adalah aktor dan aktris di balik skenario kotor yang diatur oleh sang sutradara, yang tak lain adalah sang Presiden. Motivasi mereka melakukan hal tersebut masih sesuatu yang abstrak bagiku.
Kemana aku harus meminta bantuan, kecuali... ya, benar mungkin ini saat aku harus kembali Margin, menyampaikan semua informasi yang berhasil kurangkum. Ya, malam ini. Apapun resikonya informasi ini harus bisa kusampaikan pada profesor.
***
Persiapan sudah matang, mental dan keberanian sudah berada pada level maksimal. Aku benar-benar siap melakukannya. Waktu pukul 8.23 malam. Kemungkinan beberapa Poltron masih berjaga di Veltron's Gate bersama para Cyborg. Kaki ini terus berjalan mengikuti naluri keyakinan dalam hatiku, mengesampingkan segala kemungkinan yang terjadi. Aku tak memberitahu Ben atau siapapun, jika mereka tahu, aku mungkin dalam bahaya. Membunuh orang lain demi suatu tujuan yang jahat, pada akhirnya akan berakhir buruk.
Tak terasa aku sudah berada hampir dekat dengan Veltron's Gate. Aku bersembunyi dibalik gedung tua tak jauh dari 2 orang Poltron dan 2 Cyborg yang sedang berjaga. Benar saja, masih terlihat Poltron yang sedang berjaga. Aku butuh beberapa menit menunggu hingga kedua Poltron tersebut pergi. Inilah saatnya aku beraksi.
Sedikit helaan nafas aku mulai melangkah pasti menuju Veltron's Gate dengan kedua Cyborg yang sedang berjaga. Langkah ini sudah mantap tanpa rasa takut sedikitpun. Maksud hendak melangkah, seseorang menahanku dari belakang. Hal itu sontak membuat terkejut dan panik kalang kabut, aku takut jika yang berada di belakangku adalah Poltron atau hal buruk yang mungkin terjadi. Dengan rasa kekhawatiran dan perasaan gugup, aku perlahan menoleh ke belakang. Tangannya masih menggenggam pundakku.
Perasaanku kembali legah ketika ketika aku tahu siapa yang berada di belakangku. Entah legah atau cemas, aku coba bersikap biasa di depan Clary yang ternyata sedari tadi berada di belakangku.
"Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?"
Pertanyaannya begitu membuat sulit menjawabnya.
"A-aku, a-ada yang harus kulakuan"
"Kau akan pergi ke Margin, kan? Aku sudah tahu dari mana kau berada, data dirimu di server begitu janggal, hal itu membuat mencari tahu siapa dirimu"
Aku sedikit menunduk dan coba menenangkan diriku.
"Ya benar, aku bukan berasal dari sini, aku berasal dari balik gerbang. Sebaiknya kau menjauhiku"
Aku segera membalikkan tubuhku dan berlalu pergi daripadanya.
"Aku akan menunggumu kembali. Aku butuh bantuanmu disini"
Aku terus berlalu hingga suara Clary kini tak terdengar lagi. Pintu gerbang pembatas dua kota berbeda di tengah Bumi yang sama menjadi pemandanganku malam ini. Aku mendekati salah satu Cyborg lalu mengangkat tanganku yang sudah menggenggam sebuah kartu emas sama saat pertama kali aku datang kesini--Veltron.
Awalnya, ada yang aneh ketika salah satu Cyborg mencoba memindai data dari kartu emas milikku, aku terus menatap sekitar kalau-kalau ada yang melihat. Cyborg tersebut, ia mengangkat kepalanya kearah atas. Sebuah benda persegi kecil terlihat menggantung di dinding gerbang. Aku pun ikut menatapnya tapi entah apa itu? Kamera? tak menjadi masalah bagiku yang terpenting aku harus bisa keluar dari kota ini.
Kembali pandangan Cyborg tersebut tertuju padaku lalu berpaling kearah kartu emas yang ku tunjukkan. Lalu, pintu gerbang Veltron perlahan mulai terbuka. Aku segera beranjak hingga gerbang tertutup kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
EARTH IN 2150
Science FictionAsteroid besar menghantam Bumi membawa bencana bagi peradaban umat manusia, sebuah alat dibuat untuk mencegah kepunahan. Efek samping dari alat ini membuat manusia berhibernasi selama bertahun-tahun dan akan mengalami amnesia bahkan hilang ingatan s...