"Assalamu'alaikum.", aku mendengar seseorang mengucapkan salam dari balik pintu. Hanya selang beberapa detik, seorang gadis muncul dengan sekaleng minuman di tangannya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.", aku menjawab salamnya.
Dia tampak terkejut melihatku, bahkan sampai menyebabkan kaleng minuman di tangannya terlepas dan jatuh ke lantai. Wajar saja, entah sudah berapa lama aku tidak menginjakkan kaki ke negeri kelahiranku ini. Bahkan aku tidak pernah memberi kabar apapun kepada orang-orang yang kutinggalkan.
Dan sekarang, setelah sekian lama, aku muncul di hadapannya dan membalas salamnya, wajar jika dia sampai sekaget itu.
"Ryosuke?", dia menyebut namaku, masih dengan wajah tak percaya.
Aku tidak tahu harus berkata apa, jadi aku hanya membalasnya dengan sebuah senyuman.
***
Flashback
"Suki dayo.", kalimat itu meluncur begitu saja dari lidahku. Hari ini adalah hari kelulusanku dari SMA Diamond, sebelum aku pergi ke Eropa bulan depan, aku benar-benar ingin mengutarakan perasaanku padanya.
Gadis yang berdiri beberapa meter dariku hanya terpaku. Jujur, ini pertama kalinya aku menyatakan perasaanku kepada seorang gadis, dan anehnya, kenapa harus gadis ini? Gadis aneh yang baru masuk ke kehidupanku setahun yang lalu.
Bukan karena dia cantik, bukan pula karena dia pintar atau kaya, aku menyukainya. Aku sendiri tidak mengerti.
"Sejak kapan?", dia bertanya, matanya masih tetap menatap ke lantai, sama sekali tidak membalas tatapanku.
"Sejak pertama kali kau memanggilku Ryosuke.", gadis itu tampak terkejut mendengar jawabanku. Aku tidak bohong, aku bahkan masih mengingat dengan jelas hari itu, hari ketika aku menunjukkan liontinku padanya, dan dia memanggilku "Ryosuke".
"Ryosuke...", dia menyebut namaku dengan hati-hati. Aku tersenyum. Caranya memanggilku sama seperti Okaa-chan, wanita yang paling aku cintai. Lembut, ceria, penuh dengan cinta dan kasih sayang. Mungkin itulah yang membuatku menyukainya.
"Gomen...", aku melihat butiran airmata jatuh di pipinya. Eeh? Nande? Apa aku menyakiti perasaannya?
"Nande?", aku menyuarakan rasa penasaranku. Bukan berarti aku terlalu percaya diri, tapi aku tahu di luar sana banyak gadis yang menyukaiku dan berharap untuk mendapat balasan dariku. Dan kini, ketika aku menyatakan perasaanku pada gadis yang kusukai, dia malah meminta maaf padaku?
"Cinta ada untuk memuliakan, bukan menghinakan, cinta datang bukan untuk dipermainkan, ia hadir untuk membawa kita semakin dekat pada Sang Pemilik Cinta. Aku ingin menjaga cintaku, sampai Tuhanku mempertemukanku dengan orang yang benar-benar berhak menerimanya. Karena itu... gomennasai.", dia membungkukkan badannya. Itu artinya aku ditolak, iya kan?
"Apa aku tidak pantas untuk menerimanya? Apakah aku bukan orang yang berhak?", aku tidak semudah itu menerima apa yang dia katakan.
Dia mengangguk pelan.
"Kenapa? Apa yang tidak kumiliki hingga aku tidak berhak menerima cintamu?"
"Ada satu hal yang tidak kau miliki." dia berhenti sejenak.
"Apa?", aku semakin penasaran.
"Cinta pada Tuhanku, Allah SWT."
Aku terdiam. Kalimat itu terpatri jelas dalam ingatanku.
"Kau tidak menyukaiku?", aku mencoba mencari-cari alasan logis yang dapat kuterima.
"Jawabanku akan tetap sama, bahkan jika aku...", aku menunggu lanjutan kalimatnya,