Flashback
Author's POV
"Gomennasai.", seorang pemuda membungkukkan badannya dalam-dalam di hadapan seorang gadis yang hanya bisa menatapnya dengan sendu. Meski butiran air mata mulai tampak membasahi bola matanya, namun gadis itu memaksakan otot-otot di sekitar bibirnya untuk berkontraksi dan menciptakan sebuah senyuman.
"Daijoubu.", gadis itu menggeleng lemah sembari tersenyum tipis. "Aku yakin Allah tahu apa yang terbaik untuk kita. Aku harap kalian bahagia."
"Ai...", pemuda itu mengangkat kepalanya dan menatap gadis di hadapannya. "Kau tidak marah?", butuh waktu berhari-hari baginya untuk berani datang menemui gadis itu dan menjelaskan semuanya, menjelaskan kenapa ia tidak menepati janjinya untuk datang melamar gadis itu.
"Aku akan marah jika kalian tidak mengundangku ke pernikahan kalian.", gadis itu kembali tersenyum, meski tampak dipaksakan.
"Aku benar-benar minta maaf. Ini adalah permintaan terakhir Ibuku dan aku tidak bisa menolaknya. Aku harus melaksanakan wasiat ini. Aku..."
"Aku mengerti.", gadis itu melangkah mendekati seorang gadis lain yang sengaja berdiri menjauh dari mereka berdua.
"Narasaki Erika-san, deshou?", ia memulai percakapan, di belakangnya tampak Keito yang juga mulai mendekat.
"Hai'.", gadis itu mengangguk.
"Kirishima Aisyah desu. Yoroshiku onegaishimasu.", Ai membungkukkan badannya setelah memperkenalkan diri.
"Kirishima-san, gomennasai.", gadis yang bernama Narasaki Erika itu membungkukkan badannya dalam-dalam, sama seperti yang Keito lakukan tadi.
"Tidak perlu minta maaf.", Aisyah memaksa gadis di hadapannya untuk tidak terus membungkuk seperti itu. Kini ia menatap lembut ke arah gadis itu. "Keito adalah laki-laki yang baik, berbahagialah bersamanya."
"Kirishima-san...", gadis itu tak dapat berkata-kata lagi, bulir-bulir airmata tampak mulai mengalir dari kedua matanya. "Arigatou..."
"Iie, daijoubu. Kalau begitu aku pamit pergi dulu, masih ada hal yang harus aku lakukan. Assalamu'alaikum.".
Keito hanya bisa menatap punggung Ai yang semakin menjauh. Meski pun hatinya juga terluka, namun ia sadar rencana Allah pasti yang terbaik.
Flashback end
***
Aku hanya bisa terdiam mendengar cerita Keito. Bodohnya aku, bagaimana bisa aku melewatkan begitu banyak peristiwa penting ini. Aku bahkan tidak ada di samping Keito saat ibunya meninggal. Hhhh. Aku menghela nafas, menyesali kesalahan besar yang telah kulakukan.
"Maaf, aku baru bisa menceritakan semuanya sekarang.", Keito mengakhiri ceritanya.
"Bukan salahmu, aku yang salah karena tidak pernah menghubungi kalian, aku bahkan tidak memberitahu bahwa alamat emailku sudah berubah."
"Aah, pantas saja kau tidak pernah membalas email-emailku. Dasar kau ini.", Keito pura-pura marah, mencoba untuk mengubah suasana hati kami yang sempat sendu.
"Gomen."
"Kau tahu, awalnya aku benar-benar marah ketika dipaksa untuk menikahi Erika, aku bahkan sempat berfikir untuk mengajak Ai kabur.", Keito berhenti sejenak, ia menatap langit yang membentang luas di atas sana, seolah memutar kembali kenangan yang pernah ia lalui. "Tapi setelah mendengar apa yang Ai katakan, aku sadar, Allah yang paling tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya."
"Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik buatmu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik buatmu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al Baqarah:216)", aku teringat sebuah ayat dalam Al Qur'an dan tanpa sadar membacakan artinya.