'Dingin. Disini dingin. Diluar juga kelihatannya dingin.' Sandra bergumam seraya menghangatkan dirinya-- maklum jomblo gaada yang ngangetin (baca: meluk). Sesekali ia menengok keluar kaca mobil untuk melihat butiran salju yang mulai berjatuhan karena sebentar lagi tiba musim dingin di Aussie.
Sandra melihat ke sekelilingnya. Sepi& sunyi. Hanya ada suara deru mobil& senandung dari si supir taksi. Terpampanglah muka muka aib dari Fino, Risty& Nate. Ingin rasanya Sandra tertawa sekarang, tapi ia lebih milih mengurungkan niatnya karena tak ingin mengganggu ketenangan mereka.
Dingin dan mencekam saat taksi yang Sandra tumpangi melintasi komplek pemakaman disamping kanannya. Tiba tiba Sandra teringat kejadian beberapa tahun lalu. Ugh, hatinya makin teriris jika ia mengingat ingat itu. Itu memang sudah lama tapi Sandra masih susah untuk melupakannya. Sandra menggeleng gelengkan kepalanya seakan tak ingin mengingat kejadian itu (lagi).
'Udahlah San, itu ga pantes untuk diinget inget lagi. Udah..' gumamnya sambil mengeluarkan earphone putih dari saku sweaternya. Lagu classic milik Franz Scuhubert langsung menjadi incarannya. Kemudian Sandra terlelap di dalam alunan merdu dari lagu Franz yang Sandra putar.
●
"SANN BANGUN!! TAKSINYA KEBAKARANN!!" Sontak Sandra gelagapan sambil melihat ke sekelilingnya dengan muka panik. Taksi yang ditumpanginya tiba tiba dipenuhi dgn tawa. Sandra langsung bersungut seraya memberikan tatapan 'fino-ampe-rumah-gue-bakar-lo-' nya pada Fino yang masih cekikikan."Serba salah gua mah di mata lo! Sok bener banget lo, ishh.." Fino bergidik jiji mendengar omelan Sandra.
"Kalian apa apaansih! Inget, kalian tuh bukan anak kecil lagi. Malu ama pak supir.." Sandra dan Fino masih meringis karena kupingnya tengah dijewer oleh Risty.
● -5.10AM-
"Woi San, lo mau disini terus ikut ama abang abang taksi? Gue tutup ya pintu-" Sandra melompat keluar taksi. Ia merutuki dirinya sendiri saat ia hampir terjatuh.
"Oma, Opa!! Aduh!" Teriak Sandra sambil memeluk mereka. Nate& Risty hanya terkekeh kecil melihat tingkah Sandra. Sementara Fino memasang muka jijiknya.
"Dih najis. Dasar bocah.." Sandra menengok pada Fino.
"Lah biarin. Orang kangen mah bebas.."
"Sabodo teuing.." lalu mereka tertawa bersama.
●
-Sandras pov-Setelah kami masuk, Papa ngomel ngomel ke gue dan Fino karena barang bawaan kami yang bejibun. Gue dan Fino diminta untuk ngerapihin barang barang bawaan kami.
"Sandra selesai! Pa, mama mana?" teriak gue saat masuk ke kamar mereka.
"Mama lagi di dapur nyiapin sarapan. Sana bantuin mama gih.." gue ngangguk lalu berlari turun ke arah dapur.
"Maa, Sandra bantuin yaa" Mama langsung memberikan tatapan kecut ke gue.
"Yakin? Ntar kalo masakan mama gosong lagi gimana?"
"Yaela si mama, itukan Sandra yang dulu, bukan Sandra yang sekarang. Udahlah, biar Sandra bantu.." Gue langsung memotong sayuran sayuran yang telah bertengger di atas talenan.
"Gimana, maa? Enak gak masakan Sandra?" Mama mulai menyicipinya. Tiba tiba ekspresi wajahnya berubah jadi.. asem, kecut, basa-- kayak orang abis nyium keteq.
"SANDRA INI PASTA ASEM BANGET!!" Teriak Mama sambil berlari mengambil minuman. Karena gue penasaran gimana rasanya, gue langsung menyicipi masakan yang tadi gue buat. Gue mendecakkan lidah gue berkali kali, lalu mengambil air.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY [on going]
Teen Fiction(!!!) cerita ini diprivacy (chapt 3) Banyak yang bilang kalau persahabatan antara cewe& cowo, lama- lama bisa membuat salah satu dari mereka jatuh hati. Apakah itu bener? Gue masih kepo akan hal itu. -S Diem diem gue masih care sama dia walapun gue...