Chapter 3

277 24 2
                                    

Saat aku terbangun, ranjang disebelahku terasa kosong. Jemariku hanya merasakan tumpukkan selimut yang tak beratuan, aku pun berguling ke kanan dan ke kiri.

"Kau sudah bangun?" tiba tiba Harry datang dari arah dapur dengan keadaan shirtless, sambil membawa roti yang sudah digigitnya

"Seperti yang kau lihat"

"Nanti kita akan check-out dari sini dan pergi kerumah baru kita"

baru aku ingin angkat bicara tiba tiba ada telfon masuk dari ponselnya

"..e-eh sebentar" Ia pun langsung mengangkat telfonnya

Daripada aku harus menunggunya bertelfon, lebih baik aku pergi ke dapur untuk mengisi kekosongan didalam perutku ini

"Ada apa?.. ya aku minta maaf.. tapi itu bukan salahku atau salahnya. bahkan itu juga bukan kemauanku.. oh ayolah kau harus mengerti ini semua.. baiklah aku kesana sekarang.. ya ya ya.." yaa seperti itulah kurang lebih percakapan Harry dengan seseorang saat bertelfon tadi

"Harr, kau mau kemana?" mataku tak berhenti hentinya memperhatikan gerak geriknya setelah ia menutup telfonnya tadi

"Aku ada urusan, sudah jangan tanya lagi. Aku akan kembali nanti siang, jika aku belum kembali, mungkin aku akan kembali sore" ucapnya cepat seraya pergi tanpa basa basi lagi

.

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore dan Harry belum kunjung datang. Karena bosan menunggunya, ku putuskan untuk mengitari daerah sini untuk mencari hiburan.

Saat sedang berjalan jalan, mataku pun tertuju pada kedai kopi yang letaknya hanya beberapa blok dari hotel yang kami tempati. Aku langsung masuk kedalam dan memesan sebuah minuman, lalu duduk di pinggir dekat kaca.

Baru saja aku mendaratkan bokongku di kursi, tiba tiba mom menelfonku

"Kau dimana sih Elena?"

"Di kedai kopi dekat hotel, ada apa?"

"Cepat pulang.. Tadi Harry bilang kamu pergi tanpa pamit, lain kali jangan diulangi lagi ya"

"Ya mom"

"Lebih baik sekarang kamu balik ke hotel, terus check-out dari sana dan pulang kerumah baru kamu ya"

"Ya. Aku akan pulang sekarang"

Tanpa menunggu mom berbicara lagi, ku putuskan untuk mengakhiri panggilan ini. Ya, aku tahu ini tidak sopan, tapi aku tidak tahan jika mom sudah mengomel panjang lebar seperti ini.

Karena takut Harry akan ngomel ngomel, ku percepat langkahku agar segera sampai disana. Sesampainya disana, aku langsung membuka pintu kamar dengan card key yang ku pegang. Dan tadaaaa... Aku disuguhkan pemandangan sepasang kekasih sedang make-out. Yap, siapa lagi kalau bukan Harry dengan wanita pirang yang ku yakini adalah kekasihnya

"Oh my god.." Teriak wanita itu sambil merapihkan pakaian dan rambutnya

"Sorry.. Ku kira tidak ada orang disini" ucapku dengan santainya

"Mengganggu saja, ck" gerutu Harry pelan tapi aku masih bisa mendengar suaranya

"Harr, siapa dia?" Tanya wanita itu dengan tatapan sengitnya

"Dia Elena Algorio, istriku. Dan El kenalkan, ia Emma Hazel, kekasihku."

Mengapa mom Anne tidak menikahkan Harry dengannya saja? Bukankah mereka lebih cocok dan serasi

"Oh jadi ini wanita yang kemarin menikah denganmu?" sekarang ia mulai menatapku dari atas hingga bawah. apa ada yang salah?

"Ya"

"Apa ia bisa memuaskanmu semalam?"

"Ew.. We would never do that" kataku dengan cepat sebelum Harry berbicara apapun

"Oh baguslah kalau begitu, ku harap kau serius dengan perkataanmu tadi. Ok Harry, ku rasa aku harus pulang sekarang karena sudah ada pengganggu disini"

Cih, kalau mom tadi tidak menelfon juga aku tidak akan menonton film porno secara live kali.. Dasar gadis jalang

Sebelum jalang itu pergi, ia sempat mencium Harry dengan nafsunya. Aku jijik berada di ruangan yang sama dengan mereka

"Ku rasa kau harus memesan kamar hotel satu lagi untuk kalian berdua" sindirku setelah Harry menutup pintu

"Untuk apa? Lagipula ia sudah pulang. Kalau kau tadi tidak mengganggu juga kami pasti sedang melakukan itu disini"

"Ew" ucapku jijik

.

"Bagaimana rumahnya? Apa kalian suka" ucap mom ku melalui skype saat kami baru saja tiba di rumah baru kami

"Ya kami menyukainya.. Terimakasih mom"

"Sama sama sayang, kalau ada apa apa telfon mom ya.. Bye"

"Ya mom, bye"

Walaupun ia begitu cerewet, tapi aku tetap menyayanginya. Dan tanpa kusadari, penglihatanku mulai buram karena genangan air yang membendung dimataku

"El.. Kau menangis? Ada apa?" Harry yang disampingku tiba tiba langsung memelukku tanpa ragu sambil mengelus eluskan puncak kepalaku

"Tidak"

"Baiklah jika kau tidak ingin cerita sekarang"

* * *

DON'T FORGET LEAVE UR VOMMENTS GUYS!

KALO ADA KRITIK ATAU SARAN KOMEN YAAA

Give me 5++ vomments for next chapter..

Thank you:)xx

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang