fifth

3.1K 333 2
                                    

"Hai Fee!" Sapa Iqbaal begitu melihat Fela memasuki kantin dengan Caca, temannya karena kebetulan hari ini Zidny belum masuk. Mungkin telat atau tidak masuk?

"Iyaa." Sahut Fela singkat. Iqbaal mendengus dan mencari topik untuk pembicaraannya.

"Zidny kemana?" Tanya Iqbaal berbasa basi pada Fela.

"Gatau, telat mungkin. Lo kan pacarnya harusnya tau dong dia kemana." Desis Caca menggantikan Fela untuk menjawab pertanyaan Iqbaal.

Iqbaal menatap Caca sinis, "Gue gak nanya lo ya nenek."

"Heh! Gue bukan nenek."

"Emang bukan sih tapi mirip hahaha." Tawa Iqbaal meledak seketika membuat seluruh isi kantin menatap kearahnya.

"Apa liat liat?!" Ucapnya setelah berhenti tertawa. Yang lain langsung melanjutkan aktivitas mereka yang terhenti.

"Udahlah Baal jangan jailin Caca terus, kasian tau." Lerai Fela mendenguskan nafasnya.

"Oke oke maafin gue, Ca."

"Ogah."

"Tuh liat sendiri Fee, dia gak mau maafin gue!"

"Ca," Fela menatap Caca untuk segera memaafkan Iqbaal karena ia tidak ingin berlama lama disini karena malas menjadi pusat perhatian dan malas memperpanjang masalah.

"Oke oke gue maafin lo Baal." Ringis Caca melihat tatapan Fela yang tajam.

"Oke masalah selesai, yuk ke kelas." Ajak Fela. Setelah selesai membeli roti sandwich ia langsung pergi ke kelas bersama Caca.

"Yah gue ditinggal," gumam Iqbaal sedih lalu bergabung kembali bersama teman temannya.

"Kenapa lo?" Tanya Danu melihat wajah Iqbaal yang menekuk.

"Miris gue liat lo Baal sumpah, yang sabar ya. Lo tungguin aja deh tuh si Fela mrs. Frozen yang cuek parah." Sahut Yovie

"Lo gak tau dia orangnya gimana, kalo lo tau sifat asli dia juga pasti lo langsung jatuh cinta sama dia." Tegas Iqbaal.

"Kali ini gue setuju sama Iqbaal, karena sedikit demi sedikit sih gue mulai tau sifat asli Fela." Karel menimpali.

"Yoi, Karel emang kawan terbaik." Iqbaal merangkul Karel.

"Tapi lo ngarepin dia seolah gak ada cewek lain aja. Lo liat si Zidny coba? Dia bener bener cinta sama lo tapi lo abaikan." Danu mulai angkat bicara.

"Nah coba lo mending liat dulu si Fela. Dia tuh orangnya mau mengalah, dan cewek kayak gitu tuh udah langka banget. Dan Yang gue suka dari Fela sih dia dewasa." Karel mulai membela Fela.

"Yaya terserah, lain kali coba lah lo main ke hati cewek lain. Siapa tau aja kan lo betah." Kata Danu mengendikan bahunya lalu pergi ke mang Otay untuk membeli air mineral.

____

"Lo kenapa bisa telat sih Zee?" Zidny baru sampai dikelas dan ia sudah dilontarkan berbagai pertanyaan dari Fela.

"Tadi malem gue face time sama Iqbaal sampe malem banget. Jadi gue lupa waktu deh hahaha." Jawabnya sambil tertawa manis.

Fela meringis mendengarnya. Tau gini mending tadi ia tidak usah bertanya saja deh. Fela mengeluarkan buku  kimia dari dalam tasnya.

"Fee, hari ini gak ada pr kan?" Fela menggeleng.

"Eh iya gue mau kasih tau sesuatu nih ke elo."

"Apa?" Tanya Fela penasaran. Ia mendekat kan jaraknya ke Zidny agar bisa lebih jelas mendengar ucapan Zidny.

"Jadi gini Fee, bunda gue diterima kerja di Cafè Amour." Zidny tersenyum senang membuat Fela ikut tersenyum. "Terus nih ya Fee, kata bos bunda, Bunda boleh bawa tamu gratis yang boleh makan minum sepuasnya di Cafe itu."

"Wah asik tuh." Komentar Fela senang.

"Ya, maka itu gue mau ajak lo, Iqbaal, sama siapa lagi gatau deh." Fela mengangguk.

"Makasih Zee, semoga bunda lo awet ya kerja disana. Gue ikut seneng deh. Semoga betah terus bosnya baik juga ya." Zidny tersenyum manis.

"Sama sama Fee. Amiin juga." Zidny tersenyum ceria. "Lo emang sahabat terbaik gue Fee."

Fela menanggapinya hanya dengan senyuman yang menghias di wajah cantiknya.

Keluarga Zidny memang bukan orang kaya tetapi sikap sederhananya itulah yang membuat Fela senang berteman dengan Zidny. Zidny juga pintar, cantik, polos, ramah tapi agak sulit begaul. Tapi Meski baru berteman tahun ini, mereka berdua terasa seperti sudah berteman dari kecil.

Tiba tiba Fela teringat Aldi yang lusa akan pindah ke sekolah Globanic HS ini.

"Gue juga mau kasih tau sesuatu, Zee." Zidny yang sedang mengetik sesuatu di hp nya langsung menghentikan aktivitasnya.

"Apa?"

"Lusa sahabat gue bakalan pindah kesini, dia anak home schooling gitu dan dia bosen home schooling mulu."

"Wah, siapa namanya?"

"Aldi, lo tau kan tentang dia? Lo kan waktu itu pernah gue ceritain kan. Masih inget gak tentang Aldi?"

"Oh yang Alvaro itu yaa? Iyaa iya masih lumayan inget kok walaupun kebanyakan lupanya hehe."

"Dasar." Fela menggeleng melihat tingkah polos Zidny, "Gue boleh minta satu permintaan gak?"

"Apa?"

"Nanti kalo misalnya gue jarang ada waktu bareng lo pas Aldi udah masuk sekolah ini gapapa kan?"

"Emangnya kenapa?"

"Lo tau kan Zee kalo dia anak home schooling dan pasti dia belom terbiasa dengan lingkungan yang baru dan dia juga belom terbiasa bersosialisasi langsung." Zidny mengangguk paham.

"Iyaa gak apa apa kok, gue ngerti."

Fela melebarkan senyumannya "Thanks Zee,"

"Oh iya kayaknya gue tau deh siapa yang bakal gue ajak juga ke café Amour. Kalo Aldi aja yang diajak gimana?" Usul Zidny

"Lo serius Zee?"

"Serius lah Fee, dua rius malahan. Bilang sama Aldi, kita jalan ke cafenya jam 7 malam. Lo sama Aldi, gue sama Iqbaal. Setuju?"

"Oke setuju."

Sejujurnya Fela masih belum menerima kalau Zidny pergi bareng Iqbaal. Apasih Fee masih mending lo diajak coba, bersyukur ajalah. Batinnya.

"Makasih yaa Zee, lo baik banget sumpah." Zidny merona mendengarnya.

"Ini bagian dari terimakasih gue Fee karena lo udah baik, sering ngebantu gue kalo gue lagi kesusahan, selalu ada buat gue. Thank you ya Fee."

Dan termasuk bagian gue udah ngerelain orang yang gue cinta ke elo ya, Zee?

"Ih gitu doang padahal. Gue kan gak minta balasan, Zee."

"Udahlah gak papa, itung itung gue traktir lo kan? Jarang jarang loh gue traktir lo."

"Hehe iyadeh."

Taklama kemudian bel masuk berbunyi dan bu Aya pun masuk ke dalam kelas.

Someday  ➡IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang