seventh

3.3K 332 4
                                    

16.30

Fela masih di rumah memilih baju yang akan ia kenakan ke cafe nanti bersama Iqbaal dan yang lainnya tentunya. Ia sendiri juga bingung, padahal ini cuma hang out saja tetapi entah kenapa baginya ini sangat special dari biasanya.

Tiba tiba ada yang mengetuk ketuk pintu kamarnya, ia pun menghentikan aktivitas mengobrak abrik lemarinya dan segera membuka pintu kamarnya.

Dan ternyata itu Brian.

"Ada apa?" Tanya Fela to the point. Brian hanya cengengesan entah karena apa.

Kening Fela mengkerut seketika, "Kenapa sih? Kenapa lo ketawa tawa? Kayaknya gak ada yang lucu."

Brian menunjuk baju baju Fela yang tergeletak sembarangan di tempat tidur, dia terkekeh lagi, "Ketara banget lo mau nge-date, milih baju yang keren hahaha."

"Apaan sih lo." Fela menonjok bahu Brian pelan, "Tujuan lo kesini mau ngapain sih? Gue mau cari baju lagi nih, kalo gak ada perlu apa apa mending pergi sana!"

"Weits sans dong, sebenernya gue kesini mau.. hhmm.... mau...."

Kening Fela mengernyit, "Mau apa?"

"Mau... aduh gimana bilangnya ya..." Brian memainkan jarinya, kebiasaannya bila sedang gugup. Menyadari hal itu Fela jadi terkekeh geli.

"Mau apa sih ngomong yang jelas do--"

"Brian! Lo lama banget sih, tar kalo gue di sangka maling di rumah lo gimana? Bilang nya sebentar, gimana sih lo--"

Tiba tiba ada yang memotong ucapan Fela dan mata Brian melotot seketika, pipinya merah merona. Fela mengernyit melihat gadis itu dan melirik Brian, melihat perubahan raut wajah kakaknya membuat ia mengerti.

"Ini kak Brianna kan ya? Hai kak, gue Fela, adiknya Brian." Fela tersenyum sambil mengenalkan dirinya.

Brianna salting dan diam diam malu atas kecerobohannya tadi, teriak teriak dirumah orang, sungguh tidak sopan bukan? Apalagi ini juga merupakan rumah adik kelasnya. Oh tidak bunuh dia sekarang!

"Hai, i--iya gue tau nama lo, Fela kan ya? Brian cerita banyak tentang lo. Dia kayak nya sayang banget ya sama lo. Btw kok lo tau nama gue?"

"Brian sering ceritain gue ke elo? Berarti kita sama dong! Brian juga sering ceritain lo ke gue. Kayaknya dia juga sayang banget deh sama kak Brianna." Brian melotot seketika.

Fela bego, Fela bego, Fela bego. Terkutuk lah kamu adik durhaka! Batin Brian menggerutu.

"Ha?" Mulut Brianna menganga lebar. Pipi nya merona mendengarnya. Siapa sih yang tidak mau kalau sering di sebut sebut oleh Brian? Berarti Brian merasa orang itu penting, dan sejujurnya, Brian bukan pembicara, ia lebih ke pendengar, tetapi justru kalau di rumah ia lebih cerewet 2 kali lipat dari pada Fela.

"Mungkin lo salah denger kali ya hehe, ngomong ngomong panggil Anna atau Ann aja, kalo Brianna kepanjangan dan gue sih lebih suka dipanggil Anna atau Ann."

Tipikal cewek no jaim, cerewet, ngomong asal ceplos. Tapi gue suka. Yang terpenting selalu jadi diri sendiri. Batin Fela menilai Brianna dari atas sampai bawah.

Brianna merasa terintimidasi dengan tatapan Fela, ia menggaruk tengkuknya salah tingkah. "Kok liatinnya begitu banget sih? Gue nyadar kok gue jelek tapi yang bawa gue kesini Brian, bukan gue sumpah!" Ucapnya. Jarinya terangkat dua.

"Tapi jangan usir gue ya? Gue belom makan soalnya, minimal kasih makan dulu deh kalo mau ngusir, jadi kan ada tenaga. Sama kasih ongkos juga sekalian, duit gue tinggal dua rebu soalnya tadi beli kuwaci." Fela tertawa terbahak bahak mendengar penuturan cewek dihadapannya ini, Brian menggeplak kepalanya sendiri, merasa bosan melihat tingkah bodoh gadis di sampingnya.

Someday  ➡IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang