Chapter 6

450 33 2
                                    

Maaf banget karena updatenya lamaaa. Semoga gak bosen ya baca cerita yg diciptakan oleh otak ku yang kurang bakat nulis ini(?)

Enjoy!

-Louis-

Hurt. Hurt. Hurt.

Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Semenjak aku pergi dari ruangan itu dan memutuskan untuk menyewa kamar hotel agar mereka tidak bisa menemuiku, bayangan Harry mencium Shanaz tak pernah hilang dari pikiranku. Aku tidak sedang memikirkan 'ini salah Harry' ataupun 'ini salah Shanaz'. Pikiranku tidak bisa pergi dari bayangan Harry mencium Shanaz. Ingin sekali rasanya bisa menyalahkan seseorang. Tapi kurasa ini semua salahku.

Aku yang mendekatinya lebih dulu, aku yang menemaninya disetiap pemotretan, aku tahu dia menyukai greentea, aku tahu dia benci hujan, aku yang selalu mengucapkan 'you are beautiful' dan 'i love you' dengan tulus setiap hari, bahkan aku tahu semua tentang owen!
Tapi kenapa? Kenapa semuanya belum cukup?

-------------------------

Aku memarkirkan mobilku di dekat taman. Ya, sekarang pukul 1.23 am tetapi sepertinya aku tidak bisa tidur nyenyak seperti yang seharusnya, kulihat handphone ku dan melihat banyak sekali misscall dan sms yang kuterima.

Aku tidak tahu apa yang membuatku ingin ke sini. Aku memang pernah ke teman ini. Bersama Nazy. Aku berjalan kearah dimana aku dan Nazy pernah duduk. Dari kejauhan aku meliahat seseorang duduk di rerumputan, rambutnya masih terikat, tangannya memeluk kakinya yang terlipat, kepalanya menunduk, masih memakai baju hijau yang sama......tanpa jaket. Sudah selarut ini dan dia berada disini sendirian dan tidak memakai jaket. Apa dia ingin sakit? Bagaimana jika terjadi sesuatu saat dia pulang larut begini? Dia pasti tidak membawa mobil, karena dia pergi bersamaku tadi.
Aku menghampirinya dan bediri dibelakangnya.
"Pulang sekarang."

-Shanaz-

Louis pergi.
Semenjak dia pergi begitu saja, aku langsung pergi mencarinya, aku sudah mencari ke rumahnya, starbucks, bar-bar yang sering dia kunjungi, bahkan aku sudah mengelilingi kota untuk mencarinya, tapi aku tidak melihatnya, aku meneleponnya tapi tak pernah ada jawaban, dan sekarang aku disini. Ditaman yang pernah ku kunjungi bersama louis, tapi dia juga tidak ada.

Akhirnya aku memilih untuk duduk di rerumputan, direrumputan dimana aku pernah berbaring bersama louis, melihat bintang dan membicarakan semua hal, ku akui itu adalah malam yang sangat indah, walaupun aku belum mencintainya.

Tapi sekarang semua berbeda, aku disini sendiri, tidak bersama louis. Aku duduk, tidak lagi berbaring bersama louis. Aku diam, tidak lagi berbicara hal abstrak bersama louis. Dan sekarang aku menunduk, tidak lagi memandang bintang-bintang bersama louis.

Aku rindu Louis.

"No, Naz. Kalau kau memang tidak ingin bersamaku, just say it! Aku tidak akan memaksamu!"

Itu adalah kalimat terakhir yang Louis ucapkan kepadaku.
Tidak lagi dengan nada lembut, melainkan dengan kasar. Tidak lagi dengan mata yang berbinar, melainkan dengan mata yang menyiratkan amarah.
Aku melihatnya hampir menangis, dan jujur itu juga menyakitiku.

Aku tidak melakukan apapun, Harry yang memaksaku. Tapi aku tidak menyalahkan Louis, aku pasti akan berbuat hal yang sama jika ada di posisi louis, bahkan mungkin aku akan melakukan hal yang lebih parah lagi.

"No, Naz. Kalau kau memang tidak ingin bersamaku, just say it! Aku tidak akan memaksamu!"

Hanya ucapan itu yang terngiang dibenakku. Louis pasti sangat hancur, dia sudah berusaha untukku, dia melakukan semuanya untukku, dia bersedia menungguku, tapi tadi dia melihat semua kejadian itu. Tidak seharusnya di melihat itu semua. Seharusnya Harry tidak melakukan itu. Tak bisa terbayang olehku apa yang Louis rasakan saat ini. Aku memang belum bisa mencintainya, tapi bukan berarti aku tidak peduli dengan perasaannya.

We Need Each other (Louis Tomlinson) ON HOLD!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang