Chapter 7

560 28 11
                                    

I'M BACK!!! SORRY IT TAKE LONG LONGG TIME FOR AN UPDATE.

-Louis-

Setelah kejadian itu aku tidak tahu harus bagaimana. Aku tidak tahu apa yang akan kulakan dengan hidupku. Sudah seminggu  sejak malam itu aku kacau. Aku sangat berantakan. Yang aku lakukan hanya pergi ke bar pada malam hari dan pulang pada dini hari. Kurasa wajahku sudah tidak seperti manusia lagi.

Sudah ada 79 misscall dan 44 pesan yang kuterima, ketika ku lihat semuanya dari Simon, Liam, Niall, Sander dan bahkan Harry menelpon ku. Dan pesan mereka, seperti yang kuduga, mereka menanyakan keberadaanku, keadaanku, etc.

Aku mulai berpikir apa yang aku lakukan selama ini. Aku tidak akan hidup seperti orang mati begini. Semalam aku tidak tidur karena memikirkan kejadian itu. Aku berusaha keras untuk mencari alasan yang dapat meyakinkanku bahwa aku masih bisa membuat Shanaz mencintaiku. Tapi tidak, aku tidak menemukan alasannya.

Aku tidak pernah menyesal karena mencintainya. Aku tidak pernah menyesal pernah memperlakukannya dengan baik. Aku tidak menyesali segalanya. Itu memang menyakitkan. Tapi apa yang bisa kulakukan? Aku tidak akan bisa memaksanya untuk mencintaiku. Begitu juga dengan Harry, aku tidak bisa melarangnya mencintai Shanaz.

Tadi malam ku lihat #WhereIsLouis menjadi Trending Topic World Wide di Twitter. Dua hari setelah kejadian itu dan dua hari yang lalu One Direction harus mendatangin interview di acara Talk Show, tetapi aku tidak datang. Kukira karena itu para Directioners menanyakan keberadaanku. Aku tidak tahu apa yg the boys katakan saat ada yang bertanya dimana keberadaanku.

Pagi ini aku memutuskan untuk membuka lembaran baru dalam hidupku. Berpakaian rapi dan menata rambutku. Kulihat dicermin, pipiku menirus, ada lingkar hitam dimataku. Aku memasang senyum tipis diujung bibir kanan ku, apa yang kau lakukan selama ini? Mengasihani dirimu? Tidak lagi. Aku akan melanjutkan hidupku. Meskipun rasanya masih sakit dan akan tetap sakit, biarkan hanya aku yang tahu. Mereka semua tidak perlu tahu. Aku bisa melakukannya, aku bisa.

Aku berjalan keluar hotel dengan bersemangat, ku tegakkan kepalaku, memasang senyum terbaikku. Dipagi yang sibuk ini sepertinya belum ada yang menyadari keberadaanku. Aku mengendarai mobilku dan berhenti di Sbux di dekan kantor (studio) ku. Aku memesan minuman dan donat, ketika aku mendapatkan pesananku, aku duduk sebentar lalu membuka Twitterku dan segera menggerakan jariku

@Louis_Tomlinson : it's been forever since my last tweet. How are you guys? Have a nice day :)

Dalam sekejap handphone ku sudah dipenuhi oleh notification Twitter.

Handphoneku berdering, kulihat ID nya 'Payno' tertulis disitu. Aku merasa gugup untuk mengangkat telponnya, taoi aku sudah memutuskan untuk melanjutkan hidupku walaupun harus menutupi rasa sakitku. Aku mengangkatnya
"Helloww Paynooo!!!" Sapaku dengan bersemangat.
"OH GOD, LOUIS! Dari mana saja kau? Dimana kau selama ini?"
"Calm down, payno. Aku batusaja bangun dari tidur panjangku. Aku sangat bersemangat pagi ini. Tapi aku ingin mengingatkan sesuatu, jangan terkejut ketika melihat wajahku nanti. Tentu saja aku masih tampan, hanya saja sekarang berbeda. Tenang saja, kurasa akan kembali normal dalam beberapa hari. Ohiya---"
"Stop it! Kau terus berbicara tanpa henti. Kau tahu? Kami semua khawatir padamu, kau bahkan tidak mengirim kabar sedikitpun. Kau tidak mengangkat telpon kami dan tidak membalas satupun pesan kami. Tiba-tiba kau muncul di Twitter dan terdengar sangat bahagia tanpa masalah sama sekali. Apa kejadian malam itu--"
"Aku tidak akan membahasbitu lagi, Liam" jawabku dengan dingin, suaraku tidak lahi bersemangat. Kenapa Liam membahasnya lagi, kupikir dengan aku terlihat bahagia mereka tidak akan menyinggung kejadian itu lagi.
"Okay, memang bukan saat yang tepat untuk membahasnya. Kau tahu? Aku sangat kesal padamu. Tapi yang terpenting bagiku adalah bahwa kau baik-baik saja. Dimana kau sekarang? Kami semua sedang di studio membahas tentang albu baru kita, Made In The A.M, hari ini kau datang kan?"
"Tentu saja aku datang, sekarang aku sudah di Sbux didekat studio. Tunggu saja sebentar lagi. Bye, Payno" aku langsung mematikan telpon tanpa menunggu balasan darinya.

Aku merasa semakin gugup. Jantungku berdebar kencang. Aku akan menemui mereka semua setelah melangkahkan kaki keluar dari tempat ini. Kau bisa, Louis. Jangan biarkan hal itu mengganggu pikiranmu lagi. Kau harus terus mencari kesibukan agar pikiranmu tidak berjalan ke arah itu.

Aku mengambil nafas dalam, dan membuka pintu itu. Okay Louis, kau sudah membuka pintunya itu berarti kau tidak bisa melangkah mundur lagi. Aku berjalan dan menyapa receptionist yang ada di lobby. Berjalan ke lift dan menekan tombol 4, ya studio kami ada dilantai 4. Pintu lift terbuka, aku berjalan ke arah studio. Sekarang aku berdiri didepan pintu studio, rasanya tak sanggup bertemu mereka semua dan bertindak seolah tidak terjadi apa-apa. Semoga taidak ada satupun dari mereka yang membahas kejadian itu. Yap! Sekaranglah saatnya. Sekali lagi, kau pasti bisa Louis. Aku menegakkan kepalaku, dan memasang senyum di wajahku serta menegakkan tubuhku agar terlihat lebih bersemangat. Aku membuka pintunya.

"Good morning! Sorry i'm late. How are you guys? I miss you so much. Okay, jadi sudah sampaimana progres album kita?" Kataku dengan bersemangat.
"Hi, Louis. Umm ya...akhirnya kau datang. Umm kami semua baik, begitupun denganmu, kurasa." Jawab Niall, kulihat dia menyembunyikan wajah bingungnya, umm tidak, itu terlihat seperti wajah sedih, kasihan, apa mereka tidak bisa melihat aku ingin melupakannya saja.
"Yeah. Kami baik. Umm... yeah... ummm album kita lancar, karena kita sudah melakukan rekaman sebelum.. umm you know, yeah kita sudah melakukan rekaman sejak lama." Jawab Liam. Yeah, mereka belum bisa melupakannya.
"Hey, Louis. Senang melihatmu kembali." Ucap Harry, ya sepertinya dia memang merasa bersalah kalau kulihat wajahnya. "Yeah, baguslah kalau begitu. Kurasa aku perlu ke toilet dulu"
Jawabku kemudian pergi meninggalkan ruangan.

-Niall-

Terlihat jelas bahwa Louis tidak baik-baik saja, dia hanya menyembunyikannya. Tapi kurasa dia tidak dapat menyembunyikannya dari kami. "Ekhem... yeah that's awkward. You know it right? The smile was fake" ucapku.
"Tentu saja. Mungkin orang-orang berpikir dia baik-baik saja. Tapi kita pasti bisa melihatnya dengan jelas" jawab Liam.
"Ini salahku kan? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" balas Harry.
"Harry, pada saat itu, yeah itu memang hal yang salah untuk dilakukan. Tapi ketika itu kau tidak tahu apaoun tentang hubungan mereka, berhenti menyalahkan dirimi, Harry"
"Yeah mate. Kurasa Louis sudah memikirkannya dalam saminggu ini, kurasa dia tidak menyalahkanmu, dia tidak menyalahkan Shanaz juga. Dia hanya benci dengan keadaan. Dia sudah mebuat keputusannya, mungkin sekarang dia ingin semuanya terlihat normal. Walaupun kita tahu pasti bahwa semuanya tidak baik-baik saja" jawab Liam
"Yeah, kau bisa lihat dari wajahnya, dia mengalami waktu yang sangat sulit, lihat pipinya dan lingkar hitam dimatanya, kuharap dia benar-benar bisa melupakan semuanya, mungkin untuk sekarang sebaiknya kita tidak membahas kejadian itu, Louis baru akan bangkit" kataku.

-Louis-

Aku berjalan ke arah toilet, semakin banyak langkah yang kuambil, semakin menipis pula senyum diwajahku. Ketika aku berjalan dikoridor, kulihat kearah bawah dan melihat Shanaz baru memasuki gedung ini. Aku langsung terdiam, rasanya sudah sangat lama aku tidak melihatnya, dia masih memakai kacamata hitam walauoun sudah didalam ruangan, dia menyembunyikan matanya. Aku berpikir dia mengalami hal yang sama denganku hingga matanya sembab atau ada lingkar hitam juga dimatanya. Tapi ntahlah, kurasa itu tidak mungkin.

Aku kembali tersadar kitika Shanaz sudah tidak lagi berada pada jangkauan mataku. Tanpa kusadari air mata menetes di pipiku, aku menghapusnya dan langsung berjalan ke toilet.

Aku melihat bayangan diriku di toilet. Pertama, apa masih begitu jelas terlihat bahwa aku sakit? Kurasa mereka semua menyadari semua kepalsuan yang kupasang diwajahku. Kuharap setidaknya mereka berpura-pura tidak tahu bahwa aku masih kacau.
Kedua, kenapa dihari pertama aku ingin memulai semuanya dari awal aku harus melihatnya lagi? Kenapa?

Aku terus memandang bayangan wajahku di cermin, ntah apa yang aku pikirkan.
Kubasuh wajahku dan memasang wajah palsuku dan berjalan keluar toilet, ketika aku membuka pintu toilet, seorang perempuan juga baru keluar dari toilet wanita. Kami berpandangan cukup lama
"Hai"
"Hai"





PLEASE VOTE :)
Maaf karena banyak banget kekurangan dicerita ini.
Sorry for the typos too.

We Need Each other (Louis Tomlinson) ON HOLD!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang