London

27K 712 2
                                    

"Selamat datang Mrs. Rupert, perkenalkan saya Edward kepala pelayan dirumah ini, ijinkan saya menemani anda berkeliling rumah ini" ucap Edward sambil membungkukkan tubuhnya.
"Terima kasih Edward, mohon bantuannya ya" ucapku sambil tersenyum
Rumah ini terlalu besar untuk dihuni oleh seorang bayi kecil, sementara daddynya pasti jarang berada disini, dia sangat sibuk dengan bisnisnya.
"Mrs. Rupert ini kamar pribadi anda" ucap Edward sambil membukakan pintu kamar
"Terlalu besar Edward, apa tidak ada kamar yang lebih simple?" tanyaku sambil mengagumi kemewahan kamarku
Kami pun terus melangkah menyusuri setiap ruangan, hingga sampai pada kamar yang di desain agak berbeda dengan kamar-kamar yang lain.
"Ini adalah kamar anda bersama Tuan Forst" ucap edward sambil membuka pintu kamar
Ruangan ini sedikit aneh desainnya, setidaknya itu menurutku, ruangan yang serba putih, banyak kaca dan dindingnya terlihat berbeda dibandingkan dengan kamar-kamar sebelumnya.
"Edward kenapa dinding kamar ini berbeda dengan kamar-kamar lain?" tanyaku heran
"Mohon maaf Mrs. Rupert ruangan ini kedap suara, karena itu dindingnya dibuat tidak sama seperti kamar-kamar lain" jawab Edward sigap
Aku masih bingung dan tidak mengerti mengapa kamar yang disediakan untukku dan Ron dibuat kedap suara, sementara edward terus berjalan berkeliling. Kami sampai pada kamar yang bertulis nama seseorang "belle", aku yakin kamar ini milik bayi kecil itu.
"ini kamar nona belle" ucap edward sambil mempersilahkan aku masuk
"Hai belle, kau cantik sekali dengan pipi merahmu itu" ucapku sambil mengelus pipi belle dengan dua jariku.
"Baiklah Mrs. Rupert, silahkan nikmati waktu istirahat anda, Tuan Forst akan datang pada bulan depan setelah pekerjaannya di indonesia selesai" pamit Edward

*******
Aku hanya memandangi belle yang tertidur dengan pulasnya, malang sekali dia harus kehilangan ibunya saat dia baru terlahir di dunia. Aku akan menjadi ibu untukmu belle, aku akan membesarkanmu seperti puteriku sendiri. Apa yang ku katakan barusan, aku hanya wanita berusia 24 tahun yang belum berpengalaman, tapi sudah menawari belle untuk menjadi ibunya.
"nona, makan malamnya sudah siap" ucap pelayan
"baiklah aku akan turun" jawabku sambil menggendong belle di pelukanku
Sesampainya di meja makan aku meletakkan belle di kereta dorong yang dibawakan pelayan tadi.
"Edward, jika hanya aku sendiri tolong sediakan makanan yang simple saja, ini terlalu banyak" ucapku pada Edward
"Kata siapa kau sendiri?" ucap Ronald mengagetkanku
"loh...kata edward kamu pulang bulan depan?" tanyaku heran
"tinggalkan kami, kenapa membawa belle kesini? Jangan katakan kau akan memberikan dia makan nasi" tanya Ron menyelidik
"tentu saja tidak, belle hanya minum susu, aku membawanya kesini karena takut dia menangis" ucapku sambil menyantap makan malamku
"oh...setelah makan malam layani aku" ucapnya tenang
"uhuk...apa?" tanyaku saat tersedak karena kaget
"apa kau tidak dengar? Layani aku setelah makan malam" ucapnya kesal
"Kau tidak malu berbicara seperti itu didepan belle dan para pelayan?" tanyaku bingung
"tidak, para pelayan sudah tidak ada sedangkan belle belum bisa mengerti apa yang kita bicarakan" ucapnya santai
Aku meletakkan nasi dan lauk di piring untuk Ron makan malam. Dia terlihat sesekali melirik anak perempuannya yang masih tertidur. Kami tidak banyak bicara selama makan malam, masih sibuk dengan pikiran masing-masing

*********
Aku mempersiapkan diriku di cermin dan memakai lingerie yang sudah disiapkan. Ini bukan pertama kalinya aku bercinta dengan Ron, 2 tahun lalu aku pernah bercinta dengannya sebelum dia menikah dengan mommy belle. Aku masih bingung kenapa Ron tidak menikah lagi, malah memintaku melayaninya dan mengasuh puterinya. Wanita manapun tidak akan menolak bila dinikahi oleh Ronald Forst, Pintu kamar pun terbuka dan Ron masuk ke dalam kamar.
"Belle akan dijaga oleh pelayan" ucap Ron sambil menyentuh pundakku.
Aku berbalik menghadap Ron dan mengalungkan tanganku dilehernya, mencium bibirnya, ron menekan tengkukku agar memperdalam ciuman kami. Ron memasukan lidahnya kedalam mulutku, sambil terus menuntunku sampai di ranjang. Ron menindih tubuhku sambil terus menciumi, menjilati dan menghisap kulitku, sehingga meninggalkan bekas merah di seluruh tubuhku. Aku merasa ada yang berbeda dengan Ron malam ini, dia seperti hewan buas yang baru saja mendapatkan mangsanya, begitu liar dan sedikit kasar. Aku sangat kewalahan saat Ron menjilat, menghisap dan menarik-narik putingku, nikmat bercampur sakit karena Ron agak kasar. Dia seperti sudah lama tidak bercinta dengan wanita, aku hanya bisa mendesah, berteriak dan meminta Ron berhenti saat dia sudah sangat kasar.
"aakkhh...akhhh...Rooonnn...hentikan...akhhh" erangku saat Ron mulai kasar saat bermain dengan payudaraku. Bukannya berhenti Ron semakin menyiksaku dengan sentuhan-sentuhannya. Ron mengeluarkan batangnya yang besar dan menghujamkannya masuk ke dalam milikku, dengan cepat dan kasar. Dia tidak perduli meskipun aku menangis-nangis memintanya berhenti, dia malah mempercepat pompaan batannya di dalam tubuhku
"akkkhh...Ron...hentikan...akhhh...sakiiitt...akhhh....ku..mohoonn...aakhh..." ucapku dengan desahan dan tangisan
Ron hanya diam dan menikmati memandang wajahku yang menangis dan memohon padanya berhenti.
"Aku tidak mungkin berhenti sayang...ini nikmat sekali, sempit dan hangat berada didalammu, ouuggghhh...melihatmu menangis dan menjerit membuatku semakin gila...ougghhh" ucap Ron sambil terus memompaku tanpa henti
"oh...shit...aku akan keluarrr..." ucap ron semakin mempercepat hujaman batangnya
"Aaaakkkkkhhh...." erang kami bersamaan
Ron masih terbaring lemas diatas tubuhku setelah menyemprotkan spermanya didalam milikku. Dia mencium bibirku dan turun dari tubuhku mengambil posisi disampingku.

If Love is BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang