Baru beberapa langkah aku pergi menjauh dari pondokku, aku mendengar pengumuman menggunakan bahasa Arab yang aku tidak mengerti sama sekali, lalu diakhiri dengan bahasa Jawa yang lagi-lagi tak bisa aku tau artinya.
Sekarang aku bingung. Aku mau kemana?
Aku terkejut saat melihat santri putri berlarian dengan mukena yang dipakai mereka lalu sajadah, bawahan mukenah di tangan mereka, dan al-qur'an beserta buku kecil yang ntah isinya apa. Aku bersembunyi dibalik pohon, aku tau bersembunyi dibalik pohon mangga itu gak baik karena pasti ada penghuninya diatas sana yang sedang mengamatiku.
Kalau si penghuni itu macam-macam padaku, aku malah bersyukur dan akan meminta dia untuk membunuhku sekalian. Tapi nyatanya suara kuntilanak yang ada difilm-film yang sering aku tonton dulu dirumah. Please jangan singgung tentang rumah lagi!
Setelah tak ada santri lagi yang lewat aku keluar dari tempat persembunyianku. Ini saatnya aku kabur! Ini bathinku. Tapi aku harus kemana?
Tapi sebuah ide lain terlintas di benakku. Kenapa aku tidak bunuh diri dari pondok pesantren ku saja? Aku yakin tingginya cukup untuk membuatku mati seketika. Yeah! Aku berlari lagi kearah pondokku. Dari depan pondok aku terdiam. Suasana disini begitu sepi. Karena santri-santri pergi kemasjid, tapi bagaimana yang sedang Haid? Aku tak peduli.
"Sh*t! Kenapa lantai paling atas harus dijeruji sih? Trus gue lompat dari mana coba? " kataku geram. Aku mengacak-acak kepalaku yang masih tertutup kerudung sebagian, karena memang aku tidak bisa memakainya. "apa gue lompat dari lantai 4 aja?" tanyaku.
"lantai 4 cuman buat kamu masuk rumah sakit" suara seseorang. Suaranya lembut. Suara Cowok!
Aku tertegun! Bengong! Melongo!
Aku langsung membalikkan tubuhku. Mencari keberadaan cowok yang barusan ngomong. Tapi yang aku liat adalah sosok seorang cowok dengan perawakan mungkin bagus menggunakan sarung hijau, koko putih beserta peci putih.
"Heiii,, lo bisa ngomong bahasa indonesia????" teriakku, aku senang! Benar benar senang! Kini aku tau fakta ada 2 orang yang bisa berbahasa Indonesia. Ternyata tidak semua penghuni sini dari planet Mars!
Cowok itu tak menoleh sedikitpun. Aku geram sendiri. Coba bayangin aja, ada orang ngomong bukannya jawab malah kabur gitu aja, noleh enggak, jawab enggak, apa-apa enggak. Apa dia bisu? Tapi diakan tadi ngomong sama aku!
Aku mengambil sepatu hak milikku. Lalu melemparkannya ke arah kepala cowok itu. Yang sebentar lagi masuk kedalam sebuah gang.
PLETAKKK!
Sial!
"Aduhh" ringis santri yang terkena sepatu hak tinggiku. Dia berjongkok.
Lemparanku salah sasaran. Sepatu hakku mengenai kepala santri yang sedang lewat. Mereka berdua. Dan yang memakai mukena berpita Ungu yang kena lemparanku. Yang satunya si pita Merah ikut berjongkok membantu temannya lalu menatap tajam kerahku.
Kabur enggak kabur enggak kabur enggak.. duh gimana ya? Kabur gak ya? Tapi kalo kabur gak seru. Gak usah ah, gue tantangin aja hoho bathin iblisku tertawa.
Aku menyilangkan tanganku didepan dada. Balik menatap tajam si pita merah yang menilai pakaianku melalui matanya lalu dia tersenyum sinis.
"ngapain lo senyum-senyum? Mau gue anterin berobat di grogol?" kataku.
"tuingtingkahsiahidgaudgwewbamanha..." si pita merah mendekatiku. Sambil berbicara menggunakan bahasa planet mars, yang aku tidak tau dia ngomong apa.
"Ngomong gitu aja terus ampe lebaran monyet, gue dengerin sumpah" kataku. Mengejeknya.
Dia menghela nafas. Lalu menarik tanganku dengan kasar lalu membawaku kearah temannya yang aku tebak lagi nangis karena aku masih bisa mendengar isaknya, dia melipat kakinya dibawah mukena yang dipakainya lalu menenggelamkan kepalanya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjara Suci (NOVELTOON/MANGATOON)
Teen Fiction[Pindah Ke Noveltoon/Mangatoon] "Kalo memang papa sama mama gak tahan lagi sama sikap Nindy, kenapa kalian harus buang Nindy ke Pesantren? Kenapa gak bunuh Nindy aja sekalian!" -Anindya Athaya Zahran.