PS 4 - Ngajinya Kok Begini?

37.3K 1.6K 20
                                    

Rencana menelfon Revan harus ku tunda. Karena sekeluarnya aku dari dalem rumah Umi. Farha menghampiriku. Dan mengajakku ikut dengannya mengaji. Dia sudah memakai mukenanya seperti biasanya, kali ini pita dan renda mukenanya berwarna Biru muda.

"gue gak bisa ngaji, udah deh sana aja sendiri. gue ada urusan penting" kataku. Mencoba menolak.

"anu mbak, anu, kalo mbak gak ikut aku ngaji, aku dapet hukuman dari mbak Linda, aku takut mbak" kata Farha lagi. Nada suaranya begitu menyedihkan.

Siapa sih? Yang bernama Linda-linda itu?

"Linda mana yang berani ngancem lo gitu? Sini gue labrak" kataku.

Aku bingung bisa-bisanya si Linda-linda itu mengancam Farha hanya gara-gara aku. Rasanya kan tidak adil saat kita yang melakukan sesuatu tapi orang lain yang kena imbasnya. Aku bisa saja membiarkan Farha kena hukuman tapi itu bukan sikapku. Aku memang gila, tapi aku rasa si linda itu lebih gila karena berhasil mengancam Farha yang terlanjur polos ini.

Aku bisa gila jika lama-lama disini.

"Mbak awas!" pekik Farha.

Aku pun langsung sadar dari lamunanku. Dan aku menoleh ke depan dan belakang, lalu ke kiri dan ke kanan tak ada mobil ataupun motor yang hendak menabrakku. Aku mangkel setengah mati, karena merasa dibodohi oleh Farha. akupun menatapnya tajam.

"lo bohongin gue?" tanyaku, sambil melipatkan tanganku didada.

"minggir mbak ada putra mau lewat" kata Farha. Dia sedikit menarikku ke tepi jalan. Aku melongo mencoba mengerti apa arti dari ucapannya barusan.

Farha berdiri disampingku dengan wajah yang sengaja dia tundukkan. Aku yang penasaran dengan seseorang yang bernama putra itupun menengok ke depan dan benar saja ada seorang cowok yang,, OMG! Dia masih jauh banget disana, dan apa maksudnya kita harus minggir-minggir begini? Demi apapun tubuh cowok itu enggak kayak Truk Tronton yang sering berlalu lalang ditanjung priuk.

"heh! Elo ngapain?" tanyaku, pada Farha yang masih saja menunduk.

"itu mbak ada Putra" katanya lagi.

"iya gue tau namanya dia putra, trus kenapa lo ajak gue minggir?" tanyaku lagi.

"namanya bukan Putra mbak, putra itu sebutan untuk santri laki-laki" kata Farha lagi. Matanya masih saja betah menatap tanah walaupun sesekali melirikku, tapi tidak berani melirik ke cowok yang semakin dekat.

"kok lo nunduk? Ayo jalan lagi" kata ku, menarik tangan Farha.

"Ada putra mbak, malu" kata Farha lagi.

Demi saus tartar yang dibuat sama spongebob! Apa katanya? Ketemu sama cowok malunya sampe segininya? Ampe kira tela-relain minggir walaupun tuh cowok masih jauh banget trus nunduk. Dan ngebiarin cowok itu lewat dulu baru kita jalan? Heeeiii jangan bilang aku masuk ke dunia abad 10! Enggak kan?

"ya elahh, ayok ah, katanya mau ngaji, mumpung gue mau nih." Kataku, mencoba menarik Farha yang masih tak bergeming ditempatnya.

"enggak mau mbak, nanti tunggu putranya lewat dulu" kata Farha, keras kepala.

"aku melipat tanganku didepan dada lagi, lalu menatap cowok yang sudah lumayan dekat itu dengan geram. Gara-gara dia, aku harus berdiri disini uman buat nungguin dia lewat.

Seketika pandangan kami bertemu. Ternyata cowok itu sangatlah tampan. Bayangkan Mario Maurer aja kalah! Tapi dengan angkuhnya dia langsung mengalihkan pendangannya ke arah lain. Aku melototinya. Apa maksudnya? Kenapa dia seakan enggan hanya untuk melihatku? Dasar cowok kurang ajar. Dia gak tau apa kalo di Jakarta cowok-cowok pada ngeliatin aku dengan tampang mupeng. Gue ini diem-diem model lho. Dan dia gak mau ngeliat aku kayak aku arca rusak yang gak layak lagi buat di liat.

Penjara Suci (NOVELTOON/MANGATOON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang