Chapter 15

23 0 0
                                    

Ashley POV

Max.

Dia yang sekarang sedang memayungi ku agar tidak kehujanan, dan membiarkan badan nya basah oleh guyur hujan. Dia sahabat yang baik, awal bertemu aku tak pernah menyangka kalau kami akan sedekat sekarang ini.
Max mengantar ku pulang, kutawari dia untuk sekedar minum teh hangat dan berganti baju.

"Max, mau ganti baju tidak?"
"Memang baju mu muat di badan ku?"
"Tidak lah, jelas tidak. Kalau tidak salah ada baju Navyne disini"
Dan benar saja, ada baju Navyne. Aku masih menyimpan nya, belum sempat ku kembalikan. Dan kurasa dia tidak keberatan jika aku menyimpan nya. Baju ini bisa ada padaku karena waktu itu kami kehujanan dan dia menyuruh ku menggunakan baju nya.
Aku menyerahkan baju itu pada Max.

"Bagaimana bisa baju Navyne ada di lemarimu?"

"Apa kau sudah packing? Kurasa besok sudah tak ada waktu," aku menjawab pertanyaan nya dengan pertanyaan lagi. Aku tak mau mengungkit setiap kenangan ku bersama Navyne, semua nya sungguh menyakitkan. Max tampak nya mengerti, kulihat dia sekarang tersenyum, sudah ku bilang dia sahabat yang baik.

Max dengan segera mengganti baju nya, setelah itu dia bangkit berdiri dan memeluk ku, sesekali dia mengusap rambut panjang ku. "Sudah siap meninggalkan negara ini?" Tanya nya dengan intonasi rendah, aku hanya mengangguk dalam pelukan nya.

----------------------------------------

Setelah Max pulang, aku mulai merapikan semua barang-barang ku, karena besok pagi aku harus keluar dari hotel ini dan pergi ke bandara karena besok aku akan pulang ke rumah ku. Yay, aku bertemu orang tua ku, aku merindukan mereka.
Aku mulai mengemasi pakaian-pakaian ku, barang-barang ku serta oleh-oleh. Aku membuka laci di samping tempat tidur ku untuk memastikan tidak ada lagi barang yang tertinggal. Tak ada apapun dalam laci itu, kecuali secarik kertas lusuh yang agak robek, mungkin terkena air.

Aku membuka surat tersebut, ah... Aku ingat surat ini. Ini hanya sedikit curahan hati ku yang ku tuangkan dalam kertas. Curahan hati ku tentang Navyne.

Hari ini kau seperti memperhatikan ku...?
Itu benar atau hanya perasaan ku saja?
Apa itu artinya kau mulai menyukai ku?
Atau kau hanya memandang ku hina?
Aku tak tau, dan kuharap tak kan pernah tau.
Kadang aku bertanya-tanya tentang perasaan mu, apa sudah ada yang mengisi hati mu? Boleh aku tau siapa? Boleh aku hadir dalam hidup mu? Boleh aku menjadi sebagian kecil dalam tawa mu?
Tapi kurasa aku tak ingin tau jawaban nya, karena aku yakin jawaban mu akan sangat menyakitkan.

Apa kau senang menghabiskan hari-hari mu bersamaku?
Apa kau sadar aku selalu memperhatikan mu?
Apa kau sadar aku mengingat lekuk senyum mu?
Apa kau sadar aku ikut tersenyum melihat tawa mu?

Aku tak tau perasaan seperti apa ini.
Yang ku tau adalah, aku ingin kau bersama ku, cukup disisi ku, tak perlu mencintai ku.

Aku menangis,lagi. Kalau tidak salah, berarti benar, surat ini aku tulis di hari ku yang ke 3 di Indonesia, berarti hari ke 2 aku mengenal seorang Navyne Pramodyo. Dengan cepat aku menepis sekelebat memori yang berusaha menyeruak keluar, aku menghapus sisa-sisa airmata ku yang semakin lama semakin deras. Ku simpan surat itu ke dalam tas ku, lalu aku merebahkan diri dan tertidur.

---------------------------------------

Pagi ini aku sudah menapakkan kaki ku di bandara internasional Soekarno Hatta. Sekitar pukul 11, aku dan Max akan pergi meninggalkan negara ini.
Aku memperhatikan sekeliling ku, aku bukannya berharap kalau Navyne ada disini, hanya saja.......
Aku tak bisa bohong, aku memang menginginkan dia ada di sini, sekedar mengucapkan maaf dan selamat tinggal mungkin, atau memberikan hadiah yang bisa mengingatkan ku padanya, walau kenyataan nya aku pasti akan selalu mengingat nya meski aku sudah kembali ke negara asal ku.
Gengsi ku memang sangat tinggi, sehingga aku mengabaikan telfon nya, atau pesan-pesan nya. Walaupun ku akui, terlepas dari itu semua, aku memang sangat mencintai dia.

"Nyariin siapa hayo?" Max menggerling di samping ku, aku hanya tertawa menanggapi nya.

Aku yakin dia memang tak akan datang, aku saja yang terlalu berharap. Sepulang nya dari sini, aku benar-benar harus move on, melupakan Navyne memang sulit, tapi setidaknya aku ingin sedikit melupakan perasaan ini, aku ingin memulai hidup ku lagi seperti saat sebelum aku ke negara ini.

Aku memasuki ruang tunggu karena sekitar 1 jam lagi pesawat ku akan take off. Adanya sosok Navyne disini memang sangat tidak mungkin, maka dari itu aku berharap setidaknya dia mengirimi ku pesan hanya sekedar mengucapkan 'safe flight'. Setidaknya aku tau bahwa dia tau kalau hari ini adalah hari kepulangan ku ke negara asal ku. Tapi aku tak mendapati satu pun pesan dari nya, hanya beberapa pesan dari teman ku yang lainnya.
Akhirnya aku menghabiskan sisa waktu dengan bercerita bersama Max. Max yang bercerita tentang pengalaman nya disini, makanan yang dia makan disini, dan segala tempat rekreasi yang sudah dia kunjungi di Indonesia.

15 menit sebelum take off. Aku tetap tak mendapati pesan atau pun telfon dari nya. Kurasa memang sudah saat nya aku merelakan nya, sudah saat nya aku tidak mengharapkan dia lagi. Biarlah kenangan ku dengan nya terkubur jauh di tanah Indonesia, aku tak mau mengingat nya lagi sampai akhirnya itu merusak hari-hari baru ku yang baru saja akan aku mulai di negara asal ku.

I will miss you so much, vyne.

----------------------

YEYEEE UDAH SELESAI NIH CHAPTER INI, MENURUT KALIAN NAVYNE PILIH SIAPAA? HAYOOO HEHEE

VOTE + COMMENT YAAA, MAKASIHH

She or SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang